logo Kompas.id
MetropolitanTak Ada Jalan Keluar Lain
Iklan

Tak Ada Jalan Keluar Lain

Oleh
· 3 menit baca

Pita kuning garis polisi melintang tak beraturan di mulut gang selebar sekitar 1 meter. Gang di Jalan Cipinang Pulo, RT 011 RW 012, Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur, itu jadi satu-satunya akses menuju empat rumah yang terbakar, Senin (8/5) pukul 03.00. Mengerikan ketika membayangkan korban kesulitan saat mencari selamat dari jilatan api dengan keluar lewat gang itu.Keempat rumah yang hangus saling berimpitan dan berada di lingkungan hunian padat.Penghuni rumah yang terbakar adalah keluarga M Naedi Musdjai, Jumadi (anak Naedi), M Tuny (adik Naedi), serta Amirah yang mengontrak kepada Tuny. Adapun korban meninggal ialah Naedi (61); istrinya, Siti Maryam (56); anaknya, Nadian (17); serta cucunya, Azis (10). Tiga jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Prumpung, sementara Azis dimakamkan di daerah Depok, Jawa Barat.Tuny (58) bersama istri dan dua anaknya serta Amirah beserta tiga anaknya mampu menyelamatkan diri. Adapun Jumadi sekeluarga sedang di luar kota saat kebakaran.Masih segar dalam memori Tuny saat api berkobar dan asap meliputi ruangan rumahnya. Ia mengingat rasa seakan hampir mati karena menghirup asap. "Saya mau pingsan, tetapi saya tahan. Anak langsung saya tarik," kata Tuny seusai pemakaman anggota keluarganya, Senin.Mereka tergolong berpendapatan menengah ke bawah. Tuny dan Naedi, misalnya, bekerja sebagai buruh lepas. Mereka pun membangun bagian lantai dua dengan kayu dan tripleks, mulai dari dinding, lantai (atau atap lantai satu), hingga tangga. Material ini memperbesar risiko kebakaran.Saling berimpitKepala Kepolisian Resor Jakarta Timur Komisaris Besar Andry Wibowo mengatakan, lokasi rumah yang tidak beraturan dan padat menjadi pemicu berbagai masalah sosial, termasuk kerentanan pada kebakaran. "Tanah milik sendiri dan tanah tetangga langsung menempel menggunakan tembok," katanya.Jalur evakuasi untuk menghadapi kemungkinan bencana pun tidak dipikirkan. Semua berfokus membangun hunian untuk mengimbangi peningkatan jumlah penduduk.Hunian padat dan tidak teratur pun jadi "langganan" kebakaran. Tanggal 21 April lalu, bayi berusia setahun, Nabila Aprilia, tewas terbakar ketika api menyambar tujuh rumah bedeng dan ilegal di area depo sampah dekat Kelurahan Cakung Barat, Jakarta Timur.Pada 8 Februari, kebakaran melanda 40 rumah semipermanen di Jalan Kramat 3, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat. Empat orang terluka dan 250 jiwa kehilangan rumah.Sementara kebakaran di Jakarta lebih banyak disebabkan jaringan listrik (instalasi luar gedung) di kawasan perumahan. Pada 1 Januari-27 April 2016, sebanyak 92 kebakaran diawali dari jaringan listrik. Jumlah ini meningkat jadi 106 kasus pada periode 1 Januari-27 April 2017.SosialisasiMenurut Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur Gatot Sulaiman, sulit untuk mengintervensi lingkungan hunian yang telanjur padat untuk sekadar menyediakan ruang bagi jalur evakuasi bencana.Karena itu, langkah terbaik saat ini adalah memperbanyak sosialisasi penanggulangan kebakaran guna meningkatkan kepedulian warga, terutama di area hunian padat.Sosialisasi dilakukan antara lain agar warga memastikan peralatan elektronik sesuai standar, mengganti kabel-kabel tua, dan tidak memasang steker bertumpuk. Urusan tidak memarkir kendaraan di pinggir jalan juga terus diingatkan agar, jika terjadi kebakaran, laju mobil pemadam kebakaran tak terhambat.Di sisi lain, lanjut Gatot, Pemprov DKI berupaya melengkapi sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran, antara lain penyediaan pompa penyedotan air di setiap kelurahan dan RW. "Di Jakarta Timur, saat ini 20-30 persen kelurahan dan RW yang terjangkau."Kepala Bidang Pengendalian Kebakaran Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta Rahmat K, Selasa, menjelaskan, pihaknya memiliki cukup peralatan.Justru yang menjadi kendala adalah kekurangan sumber daya manusia. Saat ini ada sekitar 3.000 petugas pemadam dan 600-an pekerja harian lepas. Petugas dibagi dalam tiga shift dan disebar di lima wilayah.Rahmat mencontohkan, satu mobil pompa yang seharusnya membawa enam petugas, saat ini, dikelola empat orang. (Helena F Nababan/J Galuh Bimantara)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000