logo Kompas.id
MetropolitanGeng Motor Tegas Diberangus
Iklan

Geng Motor Tegas Diberangus

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Polisi siap menindak tegas geng motor, khususnya yang berani melawan petugas. Tidak ada toleransi lagi meski anggota geng motor masih di bawah umur. Demikian disampaikan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rudy Heriyanto Adi Nugroho."Tindakan geng motor saat ini bukan lagi sebatas kenakalan remaja, tetapi sudah kriminal, melukai, menganiaya, bahkan merampok korban. Kami sudah tak bisa menolerir situasi itu," kata Rudy, Kamis (1/6). Anggota geng motor yang melawan dengan senjata tajam atau benda berbahaya lainnya akan ditembak."Perintah Kapolda dan Kapolri, tembak di tempat sesuai standar operasi prosedural penegakan hukum," kata Rudy.Polisi selalu mempertimbangkan aspek hak asasi manusia (HAM). Namun, jika para pelaku menyalahgunakan HAM untuk melawan petugas, kata dia, jawabannya tembak kaki atau tembak di tempat sesuai prosedur.Ia sudah berkoordinasi dengan kepala polres di wilayah hukum Polda Metro Jaya. "Saya sampaikan, kurangi patroli agar kami bisa menangkapi," ujarnya.Patroli keliling hanya akan membuat geng-geng motor bersembunyi sebelum muncul kembali. "Sekarang tidak lagi. Harus disapu dan diproses hukum. Biar hakim yang memutuskan apa ganjaran bagi mereka, baik yang berumur maupun yang masih di bawah umur," kata Rudy.Sebelumnya, tujuh anggota geng motor yang sering terlibat tawuran bersenjata tajam ditangkap di Jalan Mawar 1, Depok Jaya, Pancoran Mas, Kota Depok, Selasa (30/5) pukul 23.00."Mereka dibekuk anggota Subdit Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Argo Yuwono. Awalnya, ditangkap 10 orang. Mereka adalah anggota geng motor Jepang (Jembatan Mampang), GP (Gudang Perkara), dan Geng Solter 18 yang mangkal di sekitar Depok.Masih remajaMenurut Argo, mayoritas anggota geng motor itu tergolong remaja. Kekerasan didorong mencari ketua. "Yang paling berani melukai orang akan dipilih menjadi ketua," katanya.Anggota Geng Solter 18 yang ditangkap adalah Muhammad Bayu Judanto (16). Pria putus sekolah ini terlibat 15 aksi tawur bacok di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Depok. Berikutnya Tegar Syahputra (15) dan Muhammad Khadafi (15), siswa SMP di Depok.Adapun anggota geng motor GP yang ditangkap adalah David Irawan (18). Operator warung internet (warnet) itu mengaku 11 kali terlibat tawur bacok di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Depok. Lalu, Erlangga Abriel Syahputra (17), Jivan Anry (15), dan Rio Cahya Putra (17). Erlangga dua kali terlibat tawur bacok di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.Selain menangkap dan menetapkan tersangka, polisi menggeledah dua warnet: Warnet KTC Net di Jalan Poin Mas, Pancoran Mas, Kota Depok, dan Warnet 3 Net di Jalan Raya Tanah Baru, Beji, Depok.Polisi menyita satu set panah beserta busur di Warnet KTC serta kelewang di Warnet 3 Net.Kepala Bagian Humas Polres Depok Ajun Komisaris Firdaus membenarkan penangkapan tujuh remaja di Kota Depok karena geng motor. Namun, Polres Depok tidak menangani kasus itu.Dari 7 remaja yang ditangkap, 5 di antaranya pelajar, yaitu TSP (16), siswa SMP Kusuma Bangsa, Depok; MK (16), siswa SMP Perintis, Depok; JA, siswa SMP Negeri V, Depok; RCH, siswa SMK Citra Negara 2, Depok, dan EAS (18), siswa Paket C.Identitas kelompokKepala Polres Jaktim Komisaris Besar Andry Wibowo menjelaskan, geng motor terbentuk karena kebutuhan identitas kelompok. Pembentukan kelompok lewat perekrutan aktif atau meniru tayangan film atau paduan keduanya. "Karena ini bagian dari kultur centeng, pemimpin geng umumnya mereka yang paling punya nyali, nekat, tega, dan jago berantem," ujarnya.Unsur kedua dalam kepemimpinan geng adalah senioritas. "Dalam skala kecil, pemimpin geng motor dipilih karena yang bersangkutan dianggap kelompoknya paling sangar, jagoan. Tapi, dalam skala lebih besar, sang pemimpin dipilih para seniornya. Mereka jadi king maker," papar Andry.Anggota geng motor itu tidak hanya berasal dari lingkungan keluarga yang tidak harmonis, keluarga prasejahtera, atau siswa putus sekolah, tetapi juga dari keluarga harmonis. Meski demikian, ujung kebrutalannya sama."Dipicu minuman keras dan narkoba," ucap Andry.(UTI/WAD/WIN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000