logo Kompas.id
MetropolitanKemacetan Kian Menjadi-jadi
Iklan

Kemacetan Kian Menjadi-jadi

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kemacetan parah di beberapa kawasan di Jakarta Selatan makin menjadi-jadi akibat pembangunan sejumlah proyek infrastruktur transportasi dan jalan. Namun, masih banyak warga memilih menggunakan kendaraan pribadi dan moda di luar transportasi umum.Laras Kusuma Dewi (33), karyawan di kawasan Kuningan, tetap memilih menggunakan mobil pribadi. Dia merasa kerepotan jika menggunakan bus transjakarta karena harus berulang kali berganti koridor untuk menuju tujuan.Setiap dua hari sekali, warga Karet, Jakarta Selatan, ini menempuh jalur Kuningan, Mampang Prapatan, hingga Pejaten Timur, menembus kemacetan untuk pergi ke gym sepulang kerja. "Saya pernah mencoba naik transjakarta karena lelah dengan kemacetan. Ternyata sama saja capeknya. Di dalam transjakarta, saya harus berdiri karena padat banget pas jam pulang kantor," kata Laras, Jumat (16/6).Ia mengakui, menggunakan transjakarta di kala macet memang lebih cepat daripada menggunakan kendaraan pribadi. Namun, ia juga merasa tak bebas untuk bepergian ke luar kantor jika tak membawa mobil pribadi. Padahal, pekerjaannya membuat dia harus kerap melakukan pertemuan di sejumlah tempat di Jakarta.Salah satu jalur dengan kemacetan tertinggi di Jakarta Selatan saat ini adalah Mampang Prapatan hingga Kuningan karena saat ini pembangunan terowongan (underpass) Mampang-Kuningan sedang dikerjakan. Kemacetan terparah terjadi pada Senin pagi awal pekan lalu sehingga jalur sepanjang 6 kilometer saja ditempuh empat jam menggunakan transjakarta.Jalur jalan lainnya dengan kemacetan terparah adalah Jalan MT Haryono sampai sepanjang Jalan Jenderal Gatot Subroto, atau dari Cawang menuju Pancoran, dan Semanggi hingga Slipi. Di jalur yang sebelumnya sudah kerap macet ini, kemacetan diperparah akibat pembangunan jalur kereta ringan (LRT) dan jalan layang (flyover) Pancoran.Kemacetan di dua jalur ini diperkirakan mereda paling cepat awal 2018 seiring selesainya pembangunan jalan layang Pancoran, terowongan Mampang-Kuningan, dan LRT. Transportasi umumDalam Focus Group Discussion "Mencari Solusi Kemacetan di Jabodetabek" yang diselenggarakan Masyarakat Transportasi Indonesia, pekan ini, Direktur Pengembangan dan Perencanaan Badan Pengelolaan Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (BPTJ) Suharto memaparkan, dari pengamatan di Jalan MT Haryono, jumlah kendaraan yang melintas pada puncak kemacetan di pagi hari pukul 09.00 rata-rata mencapai 14.089 kendaraan per jam.Kepadatan lalu lintas ini masih didominasi kendaraan pribadi yang mencapai 98 persen. Sebanyak 85,4 persen di antaranya sepeda motor dan 12,8 persen mobil pribadi. "Jika pengguna kendaraan pribadi beralih ke transportasi massal, tidak semacet seperti saat ini ketika infrastruktur dibangun," katanya.Pembangunan infrastruktur LRT dan jalan layang menyebabkan Jalan MT Haryono menyempit dari sembilan lajur di Cawang Universitas Kristen Indonesia hingga hanya menjadi 1,5 lajur di Pancoran. Ini menyebabkan sumbatan yang berujung pada kemacetan di puncak-puncak jam sibuk. Tanpa rekayasa lalu lintas, kecepatan kendaraan di Jalan MT Haryono, atau Cawang hingga Pancoran, hanya 9 kilometer per jam.Berbagai rekayasa lalu lintas sudah dilakukan untuk mengurangi kemacetan, di antaranya penutupan pintu keluar tol Tebet dan putaran balik Pancoran. Selain itu, juga dibangun jalan pengganti sementara (detour) di Wisma Nusantara. Namun, hasilnya hanya meningkatkan kecepatan menjadi rata-rata 11,3 kilometer per jam.Suharto mengusulkan pemberlakuan kebijakan ganjil-genap sampai ke Jalan MT Haryono untuk membatasi kendaraan pribadi di jalur itu. Menurut Suharto, pembangunan infrastruktur transportasi massal tak bisa ditunda lagi meskipun saat pembangunan mengakibatkan kemacetan. Sebab, penundaan justru membuat kemacetan pada masa mendatang semakin parah dan semakin sulit tertangani.Sepanjang tahun 2017, sebelas proyek infrastruktur transportasi dibangun di DKI Jakarta. Enam proyek di antaranya ditargetkan selesai akhir 2017. Selain terowongan, jalan layang, dan kereta ringan, proyek transportasi lainnya adalah angkutan massal cepat (MRT). (IRE)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000