Dua orang berjaket hijau berboncengan motor mendatangi seorang wanita yang sedang menunggu di sebuah halte bus. Si wanita segera berlari, dikejar dan dirampas tasnya oleh salah seorang berjaket hijau itu. Tidak hanya merampas tasnya saja, si perampas juga membanting wanita apes itu dengan keras. Tidak ada warga lain yang menolong si wanita tersebut karena lokasi kejadian terlihat sepi.
Dari penelaahan berbagai elemen gambar video-halte, mobil yang terekam-bisa dipastikan jika kejadian tersebut bukan terjadi di Indonesia. Namun, beredarnya video itu menambah teror tersendiri bagi warga Jabodetabek mengingat aksi kriminalitas yang terjadi akhir-akhir ini. Davidson Tantono (31) ditembak perampok di SPBU Jalan Daan Mogot Cengkareng, Jakarta Barat. Komplotan perampok yang mengawasi Davidson sejak dari bank merampas uang Rp 300 jutaan milik korban. Kejadian mengenaskan juga menimpa seorang dokter gigi muda, Italia Chandra Kirana Putri (22), yang juga tewas ditembak perampok di halaman rumahnya.
Meskipun ada yang hoax, beberapa video atau foto di sosmed, seperti Facebook, adalah kejadian nyata seperti aksi kelompok bermotor yang seolah-olah memberi tahu si pengemudi calon korbannya. "Bannya berasap tuh! Bahaya," kata pengemudi motor menunjuk ban mobil calon korban. Beberapa orang lain meneriakkan hal serupa. Pengemudi mobil pun terpancing turun, mengecek bannya. Panik atau merasa cuma sebentar, dia akan lupa mengunci pintu mobilnya. Saat lalai itulah perampok menggasak barang korban di dalam mobil.
Di berbagai grup WA, warga kini saling mengingatkan untuk menjaga keamanannya masing-masing. "Hati-hati menjelang musim mudik gini, penjahat merajalela," katanya. Mengapa? Ya, karena penjahat juga ingin mudik dan untuk mudik butuh uang juga, kan? Imbauan lainnya, "Jangan lari atau bersepeda sendirian, rawan aksi kejahatan."
Pekan-pekan lalu juga jejaring bincang diramaikan oleh perampokan yang menimpa pesepeda. Salah satunya kabar pesepeda yang dibegal di Sentul, Bogor. "Korban nggowes sepeda sendirian, perampok menabraknya dengan motor, kemudian merampas barang-barangnya," kata informasi yang beredar.
Walaupun berharap pihak kepolisian mengatasi maraknya berbagai aksi kriminal sadistis ini, sejumlah perumahan sudah mencoba melakukan pengamanan. Di kawasan perumahan Alam Sutra Tangerang, tersedia tombol-tombol darurat (emergency button) di sejumlah titik di pinggir jalan yang biasa dipergunakan lintasan pelari atau pesepeda. Tombol itu terhubung ke pihak satuan pengamanan kompleks perumahan. Warga perumahan banyak memasang CCTV di lingkungannya.
Kita memang belum seperti Jepang, negeri yang tingkat kejahatannya terus menurun selama 13 tahun. Tingkat pembunuhan pun terendah di dunia, hanya 0,3 per 100.000 orang. Masyarakat Jepang merasa aman dengan keberadaan polisi di lingkungannya.
Mungkin seperti digambarkan komedian Cak Lontong, ada perbedaan antara polisi kita dan Jepang. "Di Jepang itu satu polisi mengawasi 250-300 orang. Di Indonesia, 250-300 orang itu yang mengawasi polisi." Duh!