logo Kompas.id
MetropolitanPelanggaran dan Macet Masih...
Iklan

Pelanggaran dan Macet Masih Mendominasi

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Penutupan pelintasan sebidang tahap kedua dan ketiga akan dilakukan setelah Idul Fitri. Tahap pertama, April lalu, empat pelintasan telah ditutup, yakni Jalan Pejompongan I, Jalan Pasar Minggu, Jalan TB Simatupang, dan Pondok Kopi/Penggilingan. Kebijakan itu untuk menurunkan risiko kecelakaan dan kemacetan di jalur pelintasan sebidang. Selasa (13/6) lalu, pelintasan KA Jalan Tanah Tinggi I di Kelurahan Tanah Tinggi dan Jalan Kembang Pacar di Kelurahan Kramat, Jakarta Pusat, menelan korban. Dua orang di mobil boks tewas tertabrak kereta karena lalu lintas tersendat. Terkait rencana penutupan pelintasan sebidang yang akan dilanjutkan setelah Idul Fitri, Kompas mengamati sejumlah lokasi. Di Jalan Angkasa, Jakarta Pusat, lalu lintas terlihat lancar. Mobil dan sepeda motor memilih melalui lintas bawah guna menghindari kereta api lewat."Malahan enak kalau lewat underpass, lebih lancar," ujar Brian (25), pengendara sepeda motor. Namun, ia tidak berani melintasinya jika hari gelap. Belum lama ini, temannya dibacok saat melintas pukul 19.00.Di pelintasan sebidang Pejompongan, Jakarta Pusat, yang ditutup sejak April lalu, Selasa sore masih macet. Arus lalu lintas tersendat saat kendaraan melintasi persimpangan itu.Ketersendatan bertambah, ketika dua pengendara terlibat keributan akibat bersenggolan. Sepeda motor yang hendak memutar balik di putaran ilegal (pembatas jalan dirusak) tertabrak mobil yang melintas lurus.Sejumlah pengendara sepeda motor bahkan nekat memutar arah dengan melintasi trotoar, memanfaatkan celah sempit di atas rel. Akibatnya, kendaraan di belakangnya berhenti mendadak menghindari tabrakan."Penutupan pelintasan itu mengurangi kemacetan. Dulu sebelum ditutup, banyak kendaraan memutar lewat pelintasan itu sehingga membuat macet," tutur Saderi (70), tukang ojek yang setiap hari mangkal di dekat persimpangan di bawah jembatan layang arah Slipi itu.Maksudi, penjaga pintu pelintasan 42 Pejompongan, mengatakan, penutupan pelintasan sebidang itu membantunya mengatur penutupan palang pintu. "Sebelum ditutup permanen, banyak kendaraan tidak sabar dan nekat melintas, meski alarm sudah dibunyikan," ujarnya.Pasar MingguDi pelintasan sebidang Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang ditutup awal Juni lalu, waktu tempuh pengguna jalan bertambah hingga puluhan menit jika macet. "Jika ingin ke sekolah, pasar, dan puskesmas menggunakan kendaraan, harus putar balik di TB Simatupang," kata Agus Salim (66), pedagang nasi di dekat pelintasan kereta api.Arus lalu lintas juga macet parah ketika jam kerja dan pulang kerja pada sore hari. Pasca-penutupan itu, pemasukan Agus berkurang dari Rp 150.000 per hari jadi Rp 75.000 per hari. Warungnya tak lagi di jalur utama pengguna jalan yang kini harus memutar, tak melewati warungnya. Demi menambah pemasukan, ia memulung. Tak jauh dari warung Agus Salim, beberapa warung pedagang buah juga terlihat kosong. "Warga inginnya pelintasan itu dibuka kembali supaya jalan ramai lagi. Kalau tidak diizinkan, tolong diberi pagar agar orang di sini tak melewati rel untuk pergi ke seberang jalan sehingga tidak timbul korban," ujar Agus.Kondisi pelintasan sebidang di Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Selasa sore, juga macet. Setiap kereta lewat, kemacetan di pelintasan yang akan ditutup akhir tahun itu mencapai 500 meter didominasi sepeda motor. Adapun lintas bawah di sebelahnya lengang, hanya dilewati mobil.Petugas transjakarta, Gunawan (26), mengatakan, underpass hanya untuk mobil. "Itu, kan, jalur cepat. Tidak boleh ada sepeda motor," ujarnya. (D06/D08)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000