JAKARTA, KOMPAS – Aktivitas jual beli di Pasar Puri Indah masih sepi. Hanya ada sepuluh pedagang yang membuka lapak di pasar tersebut, Kamis (29/6). Para padagang yang berjualan adalah pedagang sayuran, buah-buahan, dan bumbu dapur. Pedagang lain, seperti beras, minyak goreng, atau telur, belum terlihat membuka lapaknya.
Pasar Puri Indah Jakarta Barat dibuka kembali sejak Senin (26/6). Sebelumnya, pasar tersebut ditutup selama dua hari karena libur Lebaran 2017.
Jumlah pembeli yang menurun terlihat dari sedikitnya pembeli yang berbelanja. Pantauan Kompas, Kamis siang, pembeli yang datang hanya berjumlah tiga orang. Pembeli umumnya berbelanja sayur atau buah-buahan.
”Sekarang masih sepi. Orang-orang masih banyak yang mudik, jadi yang datang ke sini juga berkurang. Apalagi kalau siang, hampir tidak ada orang datang,” kata Gito, pedagang sayuran dan bumbu dapur di Pasar Puri Indah.
Ia menjelaskan bahwa sejak membuka kembali dagangannya, persediaan sayuran dan bumbu dapur miliknya tidak pernah kurang. Strategi yang ia terapkan untuk mengatasi penurunan jumlah pembeli adalah mengurangi jumlah sayuran dan bumbu dapur yang ia jual.
”Sayuran dan bumbu dapur di tempat saya dibeli dari Pasar Senen dan Rawa Buaya. Kalau lagi sepi seperti ini, kami harus pintar-pintar melihat keadaan, terutama jumlah pembeli. Sejak buka kembali, saya hanya membeli bahan dalam jumlah sedikit, soalnya kalau lagi libur Lebaran, pembeli biasanya berkurang. Kalau beli banyak, takutnya tidak laku,” kata Gito.
Ia menambahkan, yang ia kurangi jumlahnya adalah sayuran karena sayuran yang dijual harus selalu segar. Pembeli selalu mencari sayuran segar. Sementara untuk bumbu dapur, tidak terlalu ia khawatirkan karena umumnya bumbu dapur dapat bertahan lebih lama.
Atik, pedagang buah-buahan, juga mengatakan bahwa jumlah pembeli di Pasar Puri Indah menurun saat libur Lebaran. Penurunan jumlah pembeli menyebabkan jenis buah yang ia jual di lapaknya tidak banyak. Hari ini di lapaknya hanya terdapat semangka merah dan pepaya.
”Pembeli belum stabil, jadi saya belum berani menjual banyak jenis buah. Semangka saya jual cukup banyak, lebih banyak dari pepaya karena bisa bertahan cukup lama,” kata Atik.
Selain sepi pembeli, pedagang di pasar tersebut juga masih banyak yang belum membuka kembali lapak-lapaknya. Para pedagang tersebut masih mudik ke daerah asalnya. Pedagang yang sudah kembali buka adalah pedagang sayuran, buah-buahan, dan bumbu dapur. ”Tadi ada yang datang mau beli beras dan minyak goreng, tapi terpaksa pulang karena belum ada penjual beras dan minyak goreng yang buka,” kata Gito.
Selain lapak-lapak yang belum dibuka, warung-warung yang berada di sekitar area Pasar Puri Indah juga masih banyak yang tutup. Padahal, warung-warung tersebut juga menjadi salah satu faktor yang menarik pengunjung untuk datang ke Pasar Puri Indah. Pasar Puri Indah juga menyediakan area kuliner di dalam kompleks pasar.
Suasana sepi juga terlihat di Pasar Induk Kramat Jati di Jakarta Timur dan Pasar Ciputat, Tangerang Selatan. Aktivitas diperkirakan normal pada Senin (3/7).
Di kedua pasar tersebut, stok sayur mencukupi tetapi jumlah pembeli berkurang sehingga harga pun diturunkan. Di Pasar Induk Kramat Jati, harga sayur cenderung turun dengan kisaran Rp 1.000 hingga Rp 10.000. Sayur-mayur, seperti kol, pada H-1, Sabtu (24/6), seharga Rp 5.000 turun menjadi Rp 4.000 per kilogram pada H+3, kembang kol dari Rp 16.000 menjadi Rp 13.000 per kilogram, sawi putih dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.000 per kilogram, dan buncis dari Rp 18.000 menjadi Rp 9.000 per kilogram.
Selain itu, wortel dari Rp 8.500 menjadi Rp 6.000 per kilogram, tomat dari Rp 7.000 menjadi Rp 6.000, kentang dari Rp 15.000 menjadi Rp 14.000 per kilogram, bawang merah dari Rp 27.000 menjadi Rp 26.000 per kilogram, cabai keriting dari Rp 16.000 menjadi Rp 12.000 per kilogram, dan cabai rawit merah dari Rp 34.000 menjadi Rp 24.000 per kilogram.
Penurunan harga itu, menurut anggota Staf Usaha dan Pengembangan PD Pasar Jaya Pasar Induk Kramat Jati, Suminto, karena stok banyak, tetapi pembeli masih sedikit. ”Tidak ada kenaikan harga, semua normal. Justru cenderung menurun karena pembeli dan pasar eceran masih belum aktif karena masih libur Lebaran. Di Los G dan H bisa dilihat banyak cabai menumpuk,” katanya.
Iyem (54), salah satu pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, menyatakan, ”Kami masih ada stok, pembeli berkurang banyak akhirnya yang gampang rusak, kayak tomat dan brokoli, dibuang kalau sudah sore. Tidak ada kulkas untuk disimpan, kami simpan di karung saja.”
”Nanti paling harganya normal lagi Senin (3/7). Kan sudahselesai libur,” kata Yani (43), pedagang sayur.
Di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, beras dari Karawang dengan kualitas rendah dijual seharga Rp 7.500 per kilogram dan yang berkualitas bagus dijual dengan harga Rp 10.000 per kilogram dan telur dijual dengan harga Rp 21.000 per kilogram.
Adapun minyak goreng dijual dengan kisaran Rp 13.000 sampai dengan Rp 14.700 per liter, daging sapi dijual seharga Rp 120.000 per kilogram dan ayam seharga Rp 35.000 per kilogram, serta gula dijual dengan kisaran Rp 14.000 sampai Rp 17.000 per kilogram.
Penjual beras di Pasar Ciputat, Santi (50), menyatakan, ”Harga-harga di sini stabil semua, enggak ada yang naik, kan untuk makan sehari-hari.” (D03/D13)