logo Kompas.id
MetropolitanEkonomi Jakarta Tak...
Iklan

Ekonomi Jakarta Tak Terpengaruh

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional kembali menggulirkan wacana pemindahan ibu kota negara. Bagi Jakarta, jika tidak lagi menjadi pusat pemerintahan, dampak dari sisi ekonomi tidak akan terlalu signifikan.Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, memindahkan pusat pemerintahan negara ke provinsi lain bukan masalah yang sederhana. Ia pun merunut wacana yang sudah berkali-kali muncul itu, bahkan sejak era Presiden Soekarno. Saat itu, Soekarno ingin memindahkan ibu kota ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. "Memindahkan ibu kota tidak sederhana karena tidak hanya memindahkan gedung, tetapi juga semua infrastruktur yang ada di dalamnya, termasuk kelengkapan-kelengkapan teknis," ujar Djarot, Rabu (5/7). Ketika ibu kota negara pindah, tidak hanya istana negara dan kantor kepresidenan yang akan dipindah, tetapi juga kantor-kantor kementerian dan kantor duta besar ikut pindah. Oleh karena itu, menurut Djarot pemerintah pusat harus benar-benar membuat kajian mendalam. Kajian tersebut menyangkut kemampuan anggaran, persoalan daya dukung wilayah, dan fasilitas penunjang lainnya. Hal itu menjadi kewenangan Bappenas dan kementerian terkait.Djarot juga mengingatkan pemerintah pusat untuk bijak dan tidak tergesa-gesa. Pemindahan tersebut tentu saja tidak bisa dilaksanakan dalam waktu satu-dua tahun ke depan.Tetap berkembangTerkait dengan dampak bagi DKI Jakarta ketika sudah tidak menjadi pusat pemerintahan, menurut Djarot, Jakarta tetap akan berkembang sebagai pusat ekonomi. Saat ini, Jakarta tumbuh menjadi megapolitan yang menjadi pusat pemerintahan sekaligus pusat perekonomian. Daya dukung lingkungan Jakarta akan lebih bagus ketika kota ini fokus menjadi kota dagang atau bisnis."Di Australia, ibu kota negara, kan, ada di Canberra, dan itu jauh dari Sydney. Sementara Sydney, itu pusat pemerintahan. Begitu juga di Belanda, ada di Denhaag, bukan di Amsterdam. Kalau Jakarta seperti itu, ya, bagus," kata Djarot. Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi berpendapat, tidak ada masalah jika ibu kota negara dipindah ke provinsi lain. Jakarta tetap akan menjadi kota bisnis. Ia menambahkan, Jakarta menjadi kota jasa dan perdagangan. Jadi, dampak negatif ketika tidak lagi menjadi pusat pemerintahan tidak terlalu signifikan bagi Jakarta. Ia berharap, jika wacana itu benar-benar akan dilaksanakan, Pemprov DKI dan DPRD DKI Jakarta akan dilibatkan dalam diskusi-diskusi kajiannya. DPRD akan memberikan masukan mengenai dampak positif dan negatif apabila ibu kota negara dipindahkan. Wacana pemindahan ibu kota, menurut Prasetio, justru akan memicu pemerataan pembangunan di pulau lain. Selama ini, pembangunan masih terpusat di Jawa. Hal itu membuat pembangunan antara satu pulau dan pulau lainnya timpang. "Harus ada perimbangan pertumbuhan ekonomi antara ibu kota negara dan wilayah lain. Pembangunannya, kan, masih jomplang," kata Prasetio.Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia DKI Jakarta Doni P Joewono mengatakan, jika ibu kota negara dipindahkan dari Jakarta, dampaknya bagi Jakarta secara bisnis tidak akan terpengaruh. Pengaruhnya akan terasa pada pengeluaran dari kementerian dan lembaga dari APBN yang besar di Jakarta. Namun, hal tersebut masih bisa ditutup dari kegiatan bisnis di Jakarta yang sudah mapan dan berjalan. "Menurut saya, secara total, dampak secara bisnis bagi Jakarta tidak akan berpengaruh," kata Doni. (DEA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000