logo Kompas.id
MetropolitanSampah dan "Nyampah"
Iklan

Sampah dan "Nyampah"

Oleh
· 3 menit baca

Foto-foto tentang sampah di kereta rel listrik menyebar di dunia maya, akhir Juni lalu. Tidak banyak penumpang di KRL yang kotor dengan sampah yang berserakan di lantai ataupun di tempat duduk penumpang itu. Bagi pengguna yang rutin ulang-alik saban hari, perubahan tingkat kebersihan di dalam KRL bisa langsung terasa. KRL yang mengangkut 900.000 hingga 1 juta penumpang setiap hari kerja ini relatif bersih meskipun penumpang berjubel.Tanda dilarang membuang sampah sembarangan yang ditempel di setiap pintu KRL, bagi sebagian orang, sudah cukup sebagai rambu. Namun, belum semua orang terbiasa menyimpan sampah sementara waktu sampai menemukan tong sampah. Sebagian kalangan ini terbiasa nyampah alias sesegera mungkin membuang sampah di mana pun berada, termasuk di lantai kereta."Toh, ada petugas yang nanti ngebersihin." Begitu barangkali yang terlintas di benak mereka.Memang, petugas kebersihan hilir mudik di KRL sepanjang perjalanan, kecuali jika penumpang kereta sudah berjejalan. Berbekal sapu, kain pel bertongkat, dan cairan pembersih lantai, petugas berseragam kuning ini membersihkan lantai setiap rangkaian kereta dari debu, botol plastik kemasan minuman, tisu, bungkus makanan, sampai remah-remah. Ada 2-3 petugas di setiap rangkaian KRL.Jumlah sampah yang terkumpul dari pembersihan kereta saja memang luar biasa. Dari sekitar 20 perjalanan KRL rute Jakarta Kota-Bogor selama setengah hari, misalnya, pernah terkumpul 12 kantong sampah hitam ukuran besar. Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek MN Fadhila, Rabu (5/7), mengatakan, pihaknya selaku operator KRL terus-menerus meminta penumpang kereta untuk menyimpan sampah mereka dan membuangnya di tempat sampah di stasiun tujuan. "Kami tak mungkin menyediakan tempat sampah di dalam kereta. Selain akan mengambil ruang untuk berdiri penumpang, tempat sampah di kereta akan menimbulkan masalah lain, seperti sampah yang bau dan mengundang kecoak," kata Fadhila di ruang kerjanya. Ia juga meminta setiap pegawainya yang berseragam untuk menegur penumpang yang kedapatan membuang sampah sembarangan. Sanksi sosial ini diharapkan mengurungkan niat para penyampah ini.Mengandalkan petugasKeberadaan petugas di kereta ini mengingatkan kita kepada para petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) di Jakarta ataupun pekerja harian lepas (PHL) yang bertugas membersihkan jalan dan sungai. Para petugas ini tidak hanya membersihkan jalan dari dedaunan atau ranting yang gugur-karena daun dan ranting tak bisa pergi sendiri ke tempat sampah-tetapi juga mengambil sampah yang dibuang sembarangan oleh orang-orang ke jalanan, sungai, selokan, ataupun di tempat mana pun. Tangan 10.000 PHL dan ribuan PPSU ini seakan menjadi satu-satunya tumpuan kebersihan kota. Ketua Umum Indonesia Solid Waste Association Sri Bebassari mengakui belum ada budaya bersih di masyarakat kita pada umumnya. "Ini butuh waktu untuk pendekatan sistem. Sistem pengelolaan sampah kita belum standar sehingga kedisiplinan enggak jalan," katanya.Sistem yang membutuhkan waktu panjang ini bisa diawali dengan adanya aturan dan sanksi sehingga membentuk kebiasaan tidak membuang sampah sembarangan. Kita pun bisa andil untuk saling mengingatkan agar tidak nyampah di mana pun kita berada. (Agnes Rita Sulistyawaty)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000