”Buat gue sih terbantu banget. Turun dari commuter line, langsung naek ojek online ke kantor atau tempat meeting. Praktis, enggak pusing,” ujar seorang pekerja swasta suatu saat. Dia mengaku tidak perlu pusing-pusing lagi dengan kemacetan jalanan Jakarta yang ora uwis-uwis. Sehari, dia bisa dua-tiga kali rapat atau melakukan pertemuan dengan klien-kliennya di tempat berbeda. Praktis, cepat, dan relatif murah, itulah ojek.
Pekerja itu tidak sendiri. Banyak warga Jakarta yang melakukan mobile seperti itu. ”Lagian, kita sesampai di tujuan enggak perlu nyari tempat parkir yang susahnya juga minta ampun,” ujarnya.
Tidak dimungkiri lagi, kehadiran ojek berbasis aplikasi atau yang juga dikenal sebagai ojek online (daring) kini menjadi bagian dari kehidupan warga Ibu Kota walaupun bukan moda angkutan umum resmi. Hal itu antara lain tecermin dari salah satu aplikasi ojek daring yang sudah diunduh lebih dari 15 juta kali.
Membanjir
Jalanan Jakarta kini dipenuhi para pengojek berbasis aplikasi ini. Apalagi, penampilan mereka mencolok: dengan seragam helm dan jaket yang khas. Kehadiran ojek daring menjadi alternatif lapangan pekerjaan. Fasilitas kredit sepeda motor yang mudah dan murah menjadikan pengojek daring pilihan daripada menganggur.
Namun, tidak dimungkiri jika ojek menimbulkan masalah tersendiri. Kejadian pada Selasa (25/7) ketika lebih dari 100 pengendara ojek daring memblokade Jalan Casablanca arah Kampung Melayu sekitar setengah jam menjadi contoh. Mereka protes larangan sepeda motor melintasi jalan layang non-tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang. Sebelumnya, seorang pengojek daring ditilang polisi karena melanggar larangan itu.
Di ujung jalan sebenarnya terpasang rambu larangan bagi pengemudi roda dua, sepeda, pejalan kaki, dan pedagang menggunakan JLNT. Namun, pengojek ini merasa polisi membiarkannya naik jembatan untuk ditilang di ujung JLNT. Blokade itu setidaknya menunjukkan, pengemudi ojek daring—yang jumlahnya kemungkinan ratusan ribu orang di Ibu Kota—menjadi kekuatan massa.
Beberapa hari ini, sebuah video aksi pengemudi ojek menjadi viral di media sosial. Rekaman video menujukan, seorang pemuda tak berdaya dirubung pengemudi ojek: ditoyor, dicaci maki, dan dikemplang beberapa kali. Entah apa penyebabnya. Ada yang menyebutkan, si pemuda itu memesan ojek daring beberapa kali dan membatalkannya. Apa pun, pemukulan itu tidak bisa dibenarkan dan melanggar hukum.
Warga Jakarta juga mulai terbiasa melihat kelompok pengojek daring di pinggir jalan atau lesehan di trotoar sambil menunggu pesanan. Bukan pemandangan aneh pula jika banyak pengojek melawan arus lalu lintas, seperti terlihat di Jalan Pondok Pinang Raya, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Jika hujan turun, seperti juga para pengemudi kendaraan roda dua lain, banyak pengojek berteduh di bawah jalan layang sehingga kemacetan menjadi-jadi.
Tuntutan masyarakat agar pengelola ojek daring bisa mengendalikan pengemudi dan memberi sanksi bagi mereka yang melanggar hukum bukan hal berlebihan. Jika ratusan ribu pengemudi ojek daring tertib lalu lintas, mereka menjadi contoh bagi pengguna jalan lain. Bagaimanapun, pengemudi ojek daring bukanlah berandal motor yang selama ini meresahkan masyarakat.