Rumah Mewah Menjadi Sarang Sindikat Penipu
Brigjen (Purn) Anton Sudarto (77), pemilik rumah mewah di Jalan Sekolah Duta Raya, Pondok Indah, Jakarta Selatan, terkejut dan sedih karena rumahnya ternyata dikontrak sindikat penipuan siber dari China. Rumah di kawasan elite itu dikontrak selama setahun oleh seseorang berinisial Y. Biaya kontrak 3.600 dollar AS per bulan (sekitar Rp 48 juta). "Saya bertemu Y yang mengaku tinggal di Pantai Indah Kapuk. Orangnya sopan. Dia ingin mengontrak rumah saya karena rumahnya sedang direnovasi. Rumah ini katanya untuk menyimpan barang," kata Anton, Minggu (30/7).Anton mengatakan, dia sering lewat di depan rumahnya untuk mengontrol. Namun, dia tidak bisa masuk dan suasana sepi seperti tidak berpenghuni. Nita (47), putri Anton, menuturkan, Y mengajak bertemu di Pondok Indah Mall, Sabtu sore, untuk membicarakan perpanjangan kontrak rumah karena kontrak habis bulan Agustus 2017. "Tiba-tiba Y membatalkan janji. Dia tidak bisa dihubungi lagi. Mungkin dia tahu kalau ada penggerebekan," kata Nita.Menurut Nita, rumahnya kerap dikontrak ekspatriat. Biasanya pengontrak menyampaikan keluhan soal AC atau kolam renang. Namun, Y yang misterius itu tak pernah berkeluh kesah.Senjata makan tuanKomplotan pelaku penipuan siber itu memodifikasi rumah mewah milik Anton menjadi kedap suara. Mereka memasang busa peredam suara di setiap pintu dan jendela rumah. Para pelaku menipu korbannya di China melalui telepon sehingga tidak boleh terganggu suara metromini atau knalpot berisik. Kondisi kedap suara itu justru menjadi senjata makan tuan. Orang-orang di dalam rumah tidak tahu saat polisi mengepung rumah. Polisi sempat kesulitan mendobrak pintu depan yang sudah diperkuat. Polisi lalu mendobrak pintu samping yang terbuat dari kaca hingga pecah berkeping-keping. Komplotan itu panik. Ada yang mencoba melarikan diri melalui loteng, tetapi bisa diringkus. Sehari-hari para tersangka yang berjumlah 29 orang beraktivitas di dalam rumah. Mereka tidur berdesakan di kamar tidur dengan alas busa tipis. Sementara ruang tengah yang luas menjadi ruang kerja mereka."Saya curiga mengapa mengontrak rumah begitu mahal cuma untuk menyimpan barang. Saya pernah terpikir jangan-jangan rumah dikontrak oleh suatu komplotan. Seharusnya saya lapor polisi sejak dulu," kata Nita. (wisnu aji dewabrata)