JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan Bajaj Qute belum terlalu diketahui sehingga masyarakat ragu mencoba bajaj pengganti bemo ini. Sistemnya juga belum ditentukan dengan jelas, apakah bajaj ini akan beroperasi seperti bemo atau bajaj biasa.
Beberapa calon penumpang kebingungan di depan Bajaj Qute yang mengetem di depan Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Minggu (20/8).
”Ini bemo bukan? Atau bajaj? Saya mau ke Rumah Sakit St Carolus. Saya tanya-tanya dulu saja kalau begitu,” kata Hadijah (67) bersama kedua rekannya. Selesai bertanya, mereka pun pergi.
Ali Masdar (40), pengemudi Bajaj Qute, mengatakan, sekarang bajaj itu masih dalam masa pengenalan sehingga banyak yang masih kebingungan. ”Sejauh ini respons penumpang belum terlalu bagus,” katanya di depan Stasiun Manggarai.
Udin (46), pengemudi Bajaj Qute lainnya, menuturkan, pendapatan dari menarik Bajaj Qute belum stabil karena masyarakat belum terlalu familiar dengan bajaj ini.
”Saya dulu sopir bemo, tetapi karena sudah tidak boleh, sekarang narik bajaj ini. Sudah jalan dua bulan sekarang. Ini kendaraan yang baru dirintis. Jadi, orang masih ragu. Kadang narik dapat uang banyak, kadang dapat sedikit, tetapi bisa juga pas-pasan. Belum stabil pendapatannya,” kata Udin.
”Untuk pendapatannya tidak pasti. Penghasilan kotor sehari bisa Rp 200.000, kadang bisa sampai Rp 400.000. Dipotong Rp 120.000 untuk setoran hari Senin-Jumat dan Rp 100.000 untuk hari Sabtu-Minggu,” lanjutnya.
Karena masih dalam penyesuaian, sistem Bajaj Qute juga belum jelas. Bajaj ini terkadang beroperasi dengan sistem mengetem dan mempunyai trayek seperti angkot atau bisa dengan sistem mengetem tetapi dicarter tanpa trayek seperti bajaj pada umumnya.
Fleksibelnya sistem transportasi Bajaj Qute saat ini membuat pengemudi menyesuaikan dengan preferensi penumpang. Pagi hari pada hari kerja, beberapa pengemudi bajaj akan menarik dengan sistem yang digunakan angkot. Namun, pada siang hari, karena kebanyakan penumpang menaiki angkutan berbasis daring, bajaj ini beroperasi seperti bajaj biasa.
”Saya narik sesuai kebutuhan. Kadang kayak bemo, kadang kayak bajaj. Kalau pakai sistem seperti bemo bayar Rp 5.000 per orang, tergantung jarak, dan bisa diisi oleh empat penumpang. Kalau pakai sistem bajaj, kami negosiasi harga dengan penumpang, tergantung jarak tempat tujuan,” tuturnya.
Bajaj beroda empat ini diluncurkan oleh Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) pada 19 Juli 2017. Bajaj ini diluncurkan untuk menggantikan bemo dan bajaj sebagai upaya meremajakan angkutan yang sudah tidak ramah lingkungan. (DD13)