logo Kompas.id
MetropolitanSenjata Masih Dicari
Iklan

Senjata Masih Dicari

Oleh
· 3 menit baca

BOGOR, KOMPAS — Senjata tersangka Abdul Malik Azis atau Mochamad Akbar (37) untuk menembak istrinya, Indria Kameswari (38), pegawai Diklat Badan Narkotika Nasional masih dicari Polres Bogor. Tersangka diduga dibantu beberapa pihak untuk menyembunyikan senjata dan melarikan diri.Kepala Satuan Reskrim Polres Bogor Ajun Komisaris Bimantoro Kurniawan menyatakan, penyidikan masih fokus mencari senjata dan selongsong peluru yang digunakan pelaku. "Saat ini penyidikan belum bisa dikembangkan karena senjata belum ditemukan," ujar Bimantoro di Polres Bogor, Rabu (6/9)."Tersangka Abdul Malik Azis atau AMA tidak kooperatif dan tidak konsisten saat menjawab. Kami sudah membawa dia ke tempat kejadian perkara (TKP). Dia mengatakan senjata di sana, tetapi sewaktu dicari ternyata tidak ada. Namun, dia sudah mengakui dia yang menembak korban," kata Bimantoro. Polisi tak ingin senjata digunakan pihak yang tak bertanggung jawab.Polisi masih menyelidiki mereka yang membantu AMA menyembunyikan senjata dan melarikan diri. Tersangka AMA memesan tiket pesawat menggunakan KTP milik kakaknya, Mohammad Tawakal. Keluarga tidak tahuNamun, kakak AMA, M Tawakal (40), mengaku tidak mengetahui penyebab MA memiliki dua KTP. "Kami jarang bertemu dan menanyakan itu. Keluarga tidak membantu dan tidak memiliki sangkut paut terhadap pelarian AMA ke Batam," tutur Tawakal, di Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu malam. "Keluarga tidak tahu penangkapan dan penetapan AMA sebagai tersangka," katanya. Dalam keluarga, AMA dikenal sebagai sosok yang sabar. AMA anak ke-6 dari 8 bersaudara. AMA pernah bekerja sebagai juru masak di Amerika Serikat sebelum memutuskan pulang ke Indonesia dan menikah untuk kali kedua dengan Indria.Selain itu, dalam rekaman kamera CCTV di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, terlihat ada dua pria yang mengantar AMA saat berangkat ke Batam, Kepulauan Riau.Polisi juga masih mendalami motif pembunuhan. Berdasarkan keterangan 17 saksi, termasuk anak korban dan tersangka, dan petunjuk di TKP, motif pembunuhan diduga kuat pertengkaran rumah tangga.Pertengkaran rumah tangga AMA terjadi sejak tiga tahun lalu. Salah satu alasannya AMA tidak memiliki pekerjaan tetap sejak pulang ke Indonesia dan tuntutan materi yang besar dari Indria. Menurut Tawakal, AMA mengalami kekerasan dari Indria dan itu dibuktikan dari visum yang ditunjukkan keluarga.Indria dipastikan tewas akibat ditembak di rumah kontrakannya di Perumahan River Valley, Desa Palasari, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/9). Penembakan terjadi pada pukul 06.30. Warga mendengar bunyi tembakan. Kondisi Indria diketahui setelah anak korban yang berumur empat tahun meminta bantuan ke tetangga mereka, Melan (54). Jenazah Indria ditemukan tertelungkup di kamar mandi. Korban diotopsi di Rumah Sakit Polri di Kramatjati, Jakarta Timur. Proyektil senjata api itu mengenai paru-paru dan tulang belakang korban. Indria dimakamkan di Ciamis, Jawa Barat.Sekitar pukul 07.00 setelah penembakan, petugas keamanan bersaksi AMA memacu mobil minibus putih keluar dari kompleks. Pada pukul 12.00, AMA terlihat di Bandara Halim Perdanakusuma menuju Batam.AMA lolos pemeriksaan bandara dan berangkat ke Batam. AMA dijemput dan tinggal di rumah salah satu kerabatnya. AMA ditangkap di Kavling Bengkong, Batam, Kepulauan Riau, oleh satuan gabungan Polda Kepulauan Riau, Polda Jawa Barat, dan BNN, Minggu (3/9). Pelaku dibawa ke Bogor keesokan harinya. Indria adalah PNS yang bertugas di Balai Diklat BNN Lido sejak 2015. Keduanya warga Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang sudah satu tahun mengontrak rumah di River Valley, Bogor. (DD13/ DD15)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000