Seperti tak ingin menyerah menghadapi persaingan usaha bermodal dan berjejaring besar di bisnis ritel, kalangan usaha kecil membuka warung kelontong 24 jam. Ketika jaringan minimarket menabrak rambu larangan dan membuka usaha sampai ke jantung kawasan permukiman padat, kalangan usaha kecil lewat jejaringnya juga mendirikan usaha serupa.
Bagi pengusaha kecil tak mungkin merebut pasar jaringan minimarket yang lebih kuat. Sebab, dengan omzet lebih besar, minimarket mampu menawarkan harga lebih murah dengan fasilitas nyaman dan areal parkir bagi konsumen.
Namun, tampaknya para pengusaha kecil masih jeli menemukan celah berbisnis tanpa harus bersaing berhadapan dengan jaringan minimarket. Buka jejaring warung 24 jam, mereka memungut remah pasar minimarket di malam hari.
Sebenarnya, pada satu masa, di kawasan Jakarta dan sekitarnya pernah ada beberapa jejaring minimarket buka usaha 24 jam untuk memenangi persaingan. Namun, setelah jejaring itu jadi sasaran perampok yang memanas pada 2012-2015, mayoritas pengelola minimarket memilih tutup pukul 21.00 atau 22.00.
Nah, langkah itulah yang dimanfaatkan kalangan pemodal kecil berjaringan daerah membuka warung kelontong 24 jam. Namun, langkah mereka pun tampaknya tercium kawanan perampok.
Coba hitung risikonya. Risiko merampok warung kelontong lebih kecil, karena warung-warung itu tanpa kamera pemantau(CCTV), tanpa anggota satuan pengaman, tanpa penerangan warung yang cukup, dan hanya dijaga dua orang, bergantian. Pendapatan yang kecil dari merampok warung kelontong disiasati dengan merampok tiga hingga empat warung kelontong dalam beberapa hari berturut-turut.
Bagian dari lingkungan
Mari lihat data. Akhir Agustus hingga pertengahan September 2017, para perampok beraksi di Bekasi, Depok, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, dan beberapa tempat di kawasan penyangga Jakarta. Setiap kelompok perampok beranggotakan empat orang, naik dua sepeda motor, berbekal celurit dan golok. Mereka beraksi pukul 03.00-03.30.
Pekan ini, Selasa (12/9), perampokan warung di Jalan Kayu Manis, Matraman, Jakarta Timur, terjadi pukul 01.30. Satu pelaku ditangkap setelah dikeroyok warga, dan tiga yang lain melarikan diri membawa hasil merampok senilai Rp 16,7 juta.
Bagaimana mengakhiri perampokan di warung-warung ini? Tentu mereka harus menjadi bagian dari lingkungan permukiman. Dengan demikian, warung kelontong itu jadi bagian dari pengelolaan keamanan lingkungan. Pemilihan lokasi warung sebaiknya beralas standar pengamanan lingkungan.
Hubungan sosial antara pengelola warung dan warga sekitar, pengurus lingkungan—terutama anggota hansip—sepatutnya terjalin hangat, saling kenal, dan tanggap. Jika hal semacam itu terpenuhi dengan baik, kehadiran warung-warung bermodal terbatas di lingkungan permukiman justru bisa menjadi bagian dari sistem menjaga lingkungan sekitar.