”… Bagaimana kamu bisa memberikan tempat yang bisa membahagiakan rakyat Jakarta agar penduduknya menikmati hawa segar laut, bisa melihat cerianya anak-anak bermain di pantai, ditingkahi debur ombak dan tiupan angin yang semilir.”
Demikian pesan Presiden Soekarno kepada Gubernur DKI Jakarta Soemarno Sosroatmodjo saat melaporkan perkembangan Proyek Ancol. Pembangunan tempat rekreasi pantai yang dimulai pada dekade 1960-an itu menjadi salah satu obsesi Bung Karno. Salah satu proyek Pembangunan Modernisasi Jakarta ’60 itu merupakan salah satu obsesi Bung Karno membangun kawasan wisata pantai. Presiden pertama RI itu mendapat ilham setelah dia melawat ke Hawaii. Namun, versi lain menyebutkan, Bung Karno menggagas Ancol setelah dia mengunjungi Disneyland California, Amerika Serikat, pada pertengahan 1956.
Walaupun kawasan pantai Ancol dalam sejarahnya sempat dijadikan kawasan rekreasi kaum elite Belanda, saat memulai pembangunannya Ancol telah menjadi ”tempat jin buang anak”. Ancol ditinggalkan dan menjadi kawasan ”liar” setelah wabah malaria menyerang kawasan tersebut.
Ketua Pelaksana Harian Proyek Ancol Soekardjo Hardjosoewirjo dalam biografinya mengisahkan begitu banyak tantangan berat untuk melaksanakan Proyek Ancol. Para pelaksana proyek bukan saja menghadapi tantangan alam yang saat itu masih berupa rawa-rawa belantara, tetapi mereka menghadapi berbagai kisah mistis dan misterius.
Pesan Bung Karno kepada Soemarno bahwa Ancol harus bisa dinikmati rakyat Jakarta, kini sudah terwujud. Kawasan Taman Impian Jaya Ancol menjadi kawasan wisata yang diimpikan dengan tersedianya berbagai wahana wisata idaman. Keberadaan kawasan Taman Impian Jaya Ancol bisa disejajarkan dengan tempat wisata lainnya di sejumlah negara maju.
Namun, sepertinya Bung Karno tidak membayangkan bahwa untuk menikmati kawasan wisata yang diimpikannya, warga Ibu Kota tidak bisa mendapatkannya dengan gratis. Warga harus membayar biaya masuk ke pantai Ancol Rp 25.000 per orang, sepeda motor Rp 15.000, dan mobil Rp 25.000. Tentu saja belum termasuk menikmati berbagai wahana wisata di dalamnya.
Tuntutan agar warga bisa masuk dan bisa menikmati pantai di Taman Impian Jaya Ancol dengan gratis, seperti disampaikan lagi Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, bukan hal baru. Menurut Djarot, akan ada kerugian dan kekurangan pemasukan jika kebijakan masuk Ancol gratis itu dilaksanakan. ”Tetapi dengan penggratisan, pengunjung Ancol akan semakin banyak,” katanya. Dengan demikian diharapkan, Pasar Seni Ancol maupun wisata kuliner akan hidup.
Manajemen Ancol sudah memperhitungkan pundi-pundi mereka jika kebijakan tersebut dilaksanakan. Pemasukan dari tiket pintu gerbang pendapatan kedua terbanyak. Tahun lalu saja pendapatan dari sektor itu mencapai Rp 249,69 miliar.
Kalaupun tidak seterusnya tiket masuk Ancol digratiskan, mungkin bisa dipertimbangkan agar warga kebanyakan diberi kesempatan masuk Ancol secara berkala. Agar impian Bung Karno Ancol sebagai kawasan wisata rakyat bisa terwujud.