Simbol Kemenangan Indonesia
Setiap Gubernur DKI Jakarta pada masa jabatannya berhak tinggal bersama keluarga di rumah dinas di Jalan Taman Suropati Nomor 7, Menteng, Jakarta Pusat. Rumah dinas Wali Kota Batavia itu simbol kemenangan Republik Indonesia atas penjajahan Belanda di Ibu Kota.
Rumah dinas yang juga dikenal sebagai TS 7 (singkatan dari Taman Suropati Nomor 7) ini terletak di seberang Taman Suropati. Taman ini pada masa pendudukan Belanda dinamai Burgemeester Bisschopplein. Bagian depan halaman membentuk garis melengkung mengingat TS 7 menempati lahan pojok (hook), yaitu di persimpangan antara Jalan Taman Suropati dan Jalan Syamsurizal (dulu Serangweg).
Hanya ada pagar besi setinggi 50 sentimeter yang membatasi area rumah dengan area luar. Itu membuat orang yang melintas masih bisa melihat jelas keasrian taman yang terawat di halaman depan TS 7, sekaligus mengetahui bentuk dari rumah dinas itu.
Bangunan utama TS 7 terdiri dari dua lantai. Bangunan lantai satu seluas 730 meter persegi dan lantai dua seluas sekitar 500 meter persegi. Adapun luas tanah total 4.000 meter persegi. Gaya rumah penuh dengan aksen bidang segi empat. Hal itu terlihat dari bentuk pintu, jendela, dan lubang anginnya. Namun, pilar-pilar penyangga atap teras di lantai dua berupa tiang bulat.
Di balik bangunan megah yang tampak dari Jalan Taman Suropati ataupun dari Jalan Syamsurizal terdapat taman di halaman belakang yang seakan terlindung dari dunia luar. Bagian belakang rumah memiliki teras menghadap ke taman tersebut, dengan meja bundar dan sejumlah kursi. "Pak Djarot (gubernur periode Juni-Oktober 2017) sering ngeteh di meja itu sebelum berangkat kerja, sambil mendengarkan suara burung," ujar anggota staf Biro Umum Pemerintah Provinsi DKI untuk Rumah Dinas Gubernur, Sakib, saat Kompas berkunjung ke TS 7, Senin (16/10).
Djarot penyuka burung berkicau. Ia memiliki enam burung, di antaranya jenis cucakrowo dan poksay, yang mesti turut diangkut dari TS 7 ke kediaman pribadinya saat masa jabatannya berakhir. Ia juga mengisi kolam di area taman belakang dengan ikan koi yang didatangkan langsung dari Blitar. Sebelumnya, Djarot Wali Kota Blitar 2000-2010.
Sakib lantas mengajak Kompas berkeliling untuk merasakan suasana TS 7.
Lantai satu terdiri dari ruang penerimaan tamu, kadang-kadang dijadikan tempat pertemuan oleh gubernur atau istri gubernur. Terdapat ruang makan, tetapi sudah disulap untuk menjadi ruang pertemuan. Presiden Jokowi semasa menjabat sebagai Gubernur DKI tahun 2012-2014 memasukkan meja panjang dan kursi kayu ke ruang itu. Adapun istri Gubernur periode 2014-2017 Basuki Tjahaja Purnama, Veronica Tan, memasang layar proyektor permanen di dinding agar melengkapi jati diri sebuah tempat rapat.
Pengaruh Veronica pada TS 7 juga terlihat dari penggantian wallpaper (dekorasi pelapis dinding) pada dinding bangunan lantai satu. Vero juga mengganti cat kayu-kayu dekorasi di lantai satu menjadi berwarna putih klasik seperti zaman kolonial Belanda, dari yang tadinya menampilkan warna asli kayu dan hanya dipelitur. Warna coklat kayu masih terlihat pada pintu dalam dari ruang-ruang di lantai dua.
Lantai dua TS 7 khusus untuk aktivitas privat keluarga gubernur. Setelah menaiki anak tangga, ruang pertama yang dijumpai adalah ruang kerja, yang memiliki pintu putih untuk mengakses teras lantai dua.
Keaslian bangunan masih terjaga dan perbaikan-perbaikan yang dilakukan selama ini hanya perawatan yang tidak sampai mengubah struktur bangunan cagar budaya. Akan tetapi, tegel asli dari zaman penjajahan Belanda hanya tersisa sedikit, antara lain terdapat di lantai pergantian arah anak tangga antara lantai satu dan lantai dua. Sementara bagian lainnya sudah dipasangi marmer.
Rumah Wali Kota Batavia
Ketua Tim Sidang Pemugaran DKI Bambang Eryudhawan menemukan informasi tentang TS 7 dari buku Batavia: Beeld van een Stad (1989) karya RPGA Voskuil. Buku itu memuat foto rumah dinas wali kota Batavia, dipotret 14 September 1941 oleh M Ali. Saat itu, belum ada pagar seperti sekarang. Rumah itu dibangun pada 1939, beralamat di Burgemeester Bisschopplein nummer 7 dan pada 1941 ditempati Wali Kota EA Voorneman.
Rumah ini dirancang arsitek Belanda bernama Blankenberg. Dia juga merancang bangunan yang sekarang menjadi rumah dinas Duta Besar Amerika Serikat dan Museum Perumusan Naskah Proklamasi (sebelumnya rumah Laksamana Maeda).
Dokumen lain adalah foto yang menunjukkan Presiden Soekarno dan istrinya, Fatmawati, mengunjungi rumah yang saat itu ditinggali oleh Wali Kota Jakarta Raya Sjamsuridjal (1951-1953).
Latar belakang Presiden Soekarno saat difoto adalah tangga rumah dinas. Bentuk tangga saat ini sama dengan yang ada dalam foto. Kemungkinan fotografer memotret antara tahun 1951 dan 1953.
Foto itu memberi makna khusus bagi TS 7. Menurut Bambang, Sjamsuridjal adalah Wali Kota Jakarta Raya pertama yang mendiami rumah dinas itu setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949. Selama 1946-1949, Belanda menduduki Jakarta dalam upaya mengembalikan Hindia Belanda ke genggaman kekuasaannya.
"Ketika Republik Indonesia pindah dari Yogyakarta ke Jakarta, Presiden (Soekarno) kemudian berdiam di istana. Pada waktu yang berdekatan, Sjamsuridjal yang menjadi wali kota menggantikan Suwirjo mendiami rumah dinas itu," tutur Bambang.
Jakarta yang dulunya dikuasai Belanda kemudian utuh dimiliki Indonesia lewat simbol tinggalnya pemimpin Jakarta di TS 7. Jakarta penting bagi RI karena merupakan kota perjuangan kemerdekaan. "Budi Utomo berdiri di Jakarta. Sumpah Pemuda di Jakarta. Proklamasi Kemerdekaan juga dibacakan di Jakarta," kata Bambang.