logo Kompas.id
Metropolitan"Si Anak Tiri" yang Kian Sepi,...
Iklan

"Si Anak Tiri" yang Kian Sepi, Nyaris Mati

Oleh
· 3 menit baca

Lampu penerangan di selasar kios Pasar Blok G Tanah Abang di Jakarta Pusat menyala redup. Pedagang duduk-duduk sembari melamun di depan kiosnya. Mereka menunggu ada pembeli "nyasar" masuk ke kiosnya. Sejauh mata memandang, banyak kios yang tutup. Karena terlalu lama tutup, rolling door tertutup debu tebal. Tiga pasang eskalator tidak dioperasikan, hanya menjadi pajangan, dan lagi-lagi tertutup debu. Aktivitas pasar meredup, makin sepi, boleh dikata nyaris mati. Siang itu, Pak Can (68) sedang mengobrol bersama sesama pedagang di depan kiosnya. Can sejak 2004 berjualan di Pasar Blok G Tanah Abang. Awalnya, dia adalah pedagang kaki lima (PKL) yang memadati jalan raya di depan Pasar Blok G. Pada era Gubernur Sutiyoso, ia dan 1.200-an pedagang lainnya ditertibkan. Mereka lalu mulai menempati tempat penampungan sementara hingga akhirnya dipindahkan ke Pasar Blok G. Can memilih tetap bertahan di Pasar Blok G karena tidak mau kucing-kucingan dengan petugas satuan polisi pamong praja (satpol PP). Di usianya yang sudah uzur, ia memilih berjualan dengan tenang di kios yang disediakan pemerintah. "Kadang, sehari cuma laku beberapa potong. Untuk makan- minum di pasar saja tekor. Tapi, sejak awal dipindahkan, kami berjanji tidak turun lagi ke jalan," katanya.Pedagang lain, Ahmad (26), juga tetap bertahan di Blok G. Pria yang menjual pakaian pria itu merasa lebih aman dan nyaman berjualan di kios resmi. Ia tak mau mengambil risiko dirazia petugas satpol PP setiap saat. "Saat baru dipindah ke sini, omzet bisa Rp 1 juta per hari. Kini, laku beberapa potong saja sudah bersyukur," kata Ahmad.Manager Blok A-G Tanah Abang Sunarto mengatakan, hingga November 2017, terdata masih ada 939 pedagang yang menempati Blok G Tanah Abang. Mereka di antaranya adalah pedagang tekstil, pedagang kebutuhan sehari-hari, dan kuliner. Dari 2.200 tempat usaha yang tersedia, hanya ada 1.041 yang masih aktif."PKL yang direlokasi dari jalanan itu rata-rata menempati lantai II dan III. Memang, sekarang ini sudah banyak pedagang yang keluar," ujar Sunarto.Menurut Sunarto, salah satu penyebab sepinya Blok G adalah karena banyak pesaing, seperti Pasar Tasik dan eks bongkaran. Pasar ini adalah pasar musiman yang buka setiap hari Senin dan Kamis. Selain itu, pedagang Blok G juga kalah bersaing karena tidak memiliki kekhasan produk yang ditawarkan. Kondisi ini diperparah dengan tidak tersedianya lokasi parkir memadai. Kini, para pedagang di Blok G Tanah Abang sudah mendengar rencana bahwa PKL akan diberi keleluasaan untuk berjualan di trotoar. Bahkan, mereka juga sudah mendengar bahwa saat akhir pekan, Jalan Jatibaru Raya akan ditutup untuk menampung PKL. Tentu saja hal itu membuat pedagang Pasar Blok G resah. Mereka meminta pemerintah untuk bersikap tegas."Kami ini pedagang resmi, dan membayar retribusi ke pemerintah. Tapi, sekalipun kami belum pernah diundang sosialisasi. Kami berharap kebijakan penataan Tanah Abang tidak hanya berpihak pada kepentingan preman, tetapi semua pedagang yang ada di sini," ujar Can.Apa yang terjadi di Blok G makin menegaskan begitu kompleksnya masalah di Tanah Abang. Antarpedagang saja berbeda-beda problemnya. Sekali lagi penataan menyeluruh dibutuhkan agar rezeki bersama yang juga mengalirkan pendapatan besar ke pemkot, juga negara, itu terus hidup subur. (DIAN DEWI PURNAMASARI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000