logo Kompas.id
MetropolitanWaspadai Angin Kencang dan...
Iklan

Waspadai Angin Kencang dan Petir

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Bagian selatan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi mulai memasuki musim hujan. Selama masa awal musim transisi ini, angin kencang dan petir berpotensi terjadi seiring meningkatnya curah hujan.Adapun bagian utara Jabodetabek masih berada dalam masa perubahan musim kemarau ke musim hujan atau pancaroba. Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Harry Tirto Djatmiko mengatakan, Jabodetabek sudah memasuki awal musim hujan selama sepekan terakhir. Hujan sudah mengguyur hampir setiap hari di Jakarta Selatan serta bagian selatan Jakarta Barat dan Jakarta Timur.Curah hujan diperkirakan terus meningkat hingga puncak musim hujan antara Desember dan Februari. Adapun hujan di Jakarta bagian utara belum sesering di bagian selatan. "Bagian utara diperkirakan baru memasuki musim hujan pada Desember," kata Harry, Minggu (19/11).Ia menambahkan, selama masa transisi sekitar dua pekan ini, seluruh pihak perlu mewaspadai terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang dalam durasi singkat.Banjir serta genangan berpotensi terjadi di dataran rendah, cekungan, dan bantaran kali. Masyarakat diimbau memeriksa drainase, membersihkan saluran-saluran air, dan mengurangi sampah di aliran sungai.Terkait petir, kata Harry, warga juga perlu memeriksa ulang instalasi listrik di rumah supaya aman dari bahaya petir. Dampak angin kencang juga perlu diwaspadai dengan memeriksa kualitas pohon-pohon tinggi besar dan merapikannya.Pemeriksaan kekuatan juga perlu dilakukan pada bangunan nonpermanen dan semipermanen, konstruksi papan reklame, baliho, dan crane. Harry juga menyebutkan, ada potensi hujan es, puting beliung, dan hujan ekstrem atau curah hujan lebih dari 100 milimeter per jam. Ini merupakan hal yang lumrah dan biasa terjadi selama masa transisi. BMKG akan memberi peringatan hujan lebat disertai angin kencang dan petir. Kejadian ini baru bisa diprediksi sekitar 30 menit sebelum terjadi.Ubah pola penangananMemasuki musim hujan, intensitas hujan akan meningkat, tetapi petir dan angin kencang akan berkurang. Potensi banjir dan genangan perlu lebih diwaspadai di puncak musim hujan.Peneliti Masyarakat Air Indonesia, Fatchy Muhammad, berpendapat, antisipasi yang selama ini dilakukan pemerintah belum memadai. "Sejak 1621, cara mengatasi banjir dan genangan ini sama, yaitu dengan membuang air lewat saluran. Ini hanya memindahkan banjir dan genangan. Nyatanya, banjir dan genangan masih terus terjadi," katanya.Menurut Fatchy, DKI perlu mengubah pola penanganan dan antisipasi banjir, yaitu dengan menambah resapan melalui konservasi total. Pembuatan sumur resapan dan biopori merupakan bagiannya.Ia mengusulkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengajak warga membuat biopori dan resapan-resapan tersebut, yaitu 40 persen oleh Pemprov DKI dan 60 persen oleh warga. Biaya pembuatannya berkisar Rp 1 juta-Rp 8 juta, tergantung kapasitas dan kualitas sumur. Setiap sumur resapan bisa menampung 4.000- 12.000 liter per jam. (IRE)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000