JAKARTA, KOMPAS — Pencarian satu awak Kapal Motor Alam Samudera 88 hingga Rabu (6/12) belum bisa dimulai. Kapal nelayan pencari cumi-cumi itu tenggelam di Kepulauan Seribu, Selasa (5/12) subuh, salah satunya karena cuaca buruk.
”Angin masih kencang, gelombang masih tinggi. Kami baru bisa evakuasi korban selamat,” kata Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Kepulauan Seribu Utara Kepolisian Resor Kepulauan Seribu Inspektur Dua M Dekky, dari Pulau Kelapa, dihubungi Rabu. Keterangan kapten kapal, Rukhul Amin (41), kapal membawa total 12 orang dan 11 orang dipastikan sudah dievakuasi. Korban hilang bernama Rossi (20).
KM Alam Samudera 88 dikabarkan berangkat menangkap cumi-cumi dari Pelabuhan Muara Angke. Di tengah jalan, cuaca memburuk dan gelombang makin besar sehingga kapten kapal memutuskan lego jangkar di dekat Kepulauan Sebaru.
Kapten dan para awak tertidur. Pukul 02.00, kapal kemasukan air dan tenggelam pukul 04.00.
Dekky mengatakan, kapal Polsek Kepolisian Seribu Utara hanya kapal berkapasitas 4-5 orang sehingga berisiko di tengah gelombang tinggi. Namun, ia sudah menghubungi Kesatuan Kepolisian Perairan Polres Kepulauan Seribu, Badan SAR Nasional, dan kantor kesyahbandaran.
Untuk evakuasi korban selamat, Polsek Kepulauan Seribu Utara bekerja sama dengan nelayan. Setelah Selasa anggota polsek hanya mengevakuasi kapten kapal karena keterbatasan armada—10 awak kapal menginap dulu di kapal nelayan cumi-cumi lain—pada Rabu pukul 11.00 mereka mengevakuasi seluruh penumpang ke Pulau Kelapa.
Informasi dari Rukhul, lambung KM Alam Samudera 88 bocor dan mesin kapal mati. ”Mereka masih shock. Kapten kapal juga masih bengong saat ditanya,” ujar Dekky.
Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Hary Tirto Djatmiko mengatakan, ketinggian gelombang di utara Jakarta relatif aman untuk pelayaran, ketinggian berkisar 0,5-1 meter. Namun, embusan angin di atas rata-rata, 15 knot atau 27 km per jam. (JOG)