Fuminori Yamaguchi dari Biro Transportasi Nagoya menjelaskan, kereta di Nagoya terdiri atas lima koridor. Di dalam OCC yang disebut Centralized Traffic Control (CTC) itu terdapat panel-panel yang mengawasi lima koridor (line). Satu tim mengawasi satu panel. Mereka bekerja 24 jam sehari, 365 hari setahun. Setiap tim berisi 3-4 orang yang bekerja bergantian. Setiap hari, kereta beroperasi pukul 05.30-00.30.
Setiap petugas mengontrol sistem persinyalan, perjalanan kereta, dan kepatuhan masinis pada sinyal. Mereka bekerja dengan komputer berteknologi tinggi, radio panggil untuk berkomunikasi dengan masinis, dan layar video menampilkan situasi peron. Lokasi, kecepatan, dan laju kereta termonitor.
Setiap ada keterlambatan kereta atau kereta tiba lebih cepat, muncul bunyi alarm. Dengan jarak antarkereta yang terpaut beberapa menit saja, pengontrolan itu sangat vital adanya.
Selain itu, CTC Biro Transportasi Nagoya juga terhubung alat pendeteksi gempa yang dipasang di sudut ruangan, yang akan menerima skala kegempaan dari detektor gempa di sekitar Nagoya. Alat itu langsung menginformasikan skala gempa sehingga petugas di CTC bisa memutuskan operasi kereta dihentikan sementara atau dihentikan total, termasuk perintah evakuasi penumpang, jika skala gempanya besar.
Di sinilah rahasia efisiensi, ketepatan waktu, dan keselamatan jaringan operasional kereta di Nagoya dipertaruhkan.
Pelatihan petugas
Kepastian keselamatan operasional juga berawal dari pelatihan masinis dan petugas stasiun. Aspek itu menjadi fokus operator kereta Jepang lainnya, Odakyu Electric Railway.
Operator swasta yang beroperasi sejak 1927 itu menempatkan pusat pelatihan menyatu dengan depo dan workshop di Kitami, Tokyo. ”Kami membagi pelatihan ini untuk kepentingan bisnis dan internal,” ujar pimpinan pusat pelatihan Odakyu, Takao Takahashi.
Kepentingan internal terkait kepentingan operasional kereta milik Odakyu. Saat calon masinis diterima, ia bersama karyawan petugas stasiun wajib mempelajari segala hal terkait stasiun selama satu bulan. Untuk masinis, pelatihan berlanjut ke simulator.
Odakyu memiliki simulator menyerupai situasi nyata di ruang kemudi masinis. Di sana, calon masinis berlatih dua bulan. Dinyatakan bisa, ia dilepas membawa kereta dengan pengawasan tiga bulan (dua bulan dengan pendampingan dan satu bulan pengawasan).
”Untuk sertifikat masinis, negara yang mengeluarkan. Bukan kami,” kata Takahashi.
Dalam pengujian dan pengawasan internal calon masinis, mereka memiliki alat pemantau detak jantung. Itu untuk mengetahui calon masinis tegang atau santai saat membawa kereta.
Dengan memiliki sendiri pusat pelatihan masinis di samping ruang kontrol, kata Takahashi, manajemen Odakyu bisa terus mengawasi, mengontrol, dan mengevaluasi keamanan, keselamatan, ketepatan waktu, dan efisiensi operasional. (HLN)