JAKARTA, KOMPAS — Rute kereta ringan atau LRT Jakarta fase 2 dipastikan diperpanjang hingga ke wilayah Tanah Abang. Perpanjangan dilakukan karena ada rencana pengembangan Tanah Abang sebagai kawasan berorientasi transit dan potensi penumpang per hari yang mencapai 300.000 orang.
Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Satya Heragandhi, Sabtu (16/12), menjelaskan, rute awal LRT fase 2, sesuai kajian sebelumnya, berawal dari Velodrome, Rawamangun, menuju Dukuh Atas. Kemudian, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno memperpanjang rute hingga ke Tanah Abang.
Korea Selatan, kata Satya, menjadi pihak yang melakukan kajian perpanjangan rute. ”Kajian untuk perpanjangan rute ini dilakukan teman-teman dari Korea Rail Network Authority (KRNA). Mereka sedang mengerjakan itu,” ujar Satya.
Karena masih dalam proses kajian, titik-titik indikatif stasiun dan area yang akan dilewati LRT Jakarta fase 2 belum jelas.
Sigit Wijatmoko, Wakil Kepada Dinas Perhubungan DKI Jakarta, menyebutkan, rute fase 2 LRT Jakarta akan bertambah sekitar 3 km dari Dukuh Atas hingga Tanah Abang.
Pemprov DKI Jakarta memperpanjang rute tersebut, menurut Sigit, karena ada potensi 300.000 penumpang KRL yang turun dan naik di Stasiun Tanah Abang setiap hari. Selain itu, Pemprov DKI juga ingin memberikan alternatif pilihan moda.
”Kami juga mau mengoptimalkan aset dari pemprov, dari PD Pasar Jaya, ataupun dari area yang mau kami kembangkan dengan menambah jaringan transportasi LRT di sana,” ujar Sigit.
Dengan adanya keputusan perpanjangan rute itu, dinas perhubungan belum memiliki perhitungan potensi penumpang LRT Jakarta. ”Pembicaraan belum mengarah ke potensi penumpang bagi LRT Jakarta. Pembicaraan masih tentang mekanisme pembiayaan,” ujar Sigit.
Pendanaan
Untuk perpanjangan rute, kata Sigit, ada pekerjaan rumah yang mesti segera diputuskan, yaitu pembiayaan untuk pembangunan fase 2.
Pemprov DKI berkeinginan mencari pendanaan di luar APBD agar tidak membebani. Itu akan berbeda sepenuhnya dengan pembiayaan fase 1 sepanjang 5,6 km dari Kelapa Gading ke Rawamangun yang sepenuhnya dibiayai APBD. Itu karena fase 1 merupakan fase penugasan untuk Asian Games 2018.
Satya menambahkan, terkait pendanaan, diperlukan pembelajaran yang detail. Itu karena saat ini Jakpro dan Korea Selatan sudah menandatangani nota kesepahaman (MOU), yaitu pihak Korea Selatan bersedia berinvestasi senilai 500 juta dollar AS untuk pembangunan LRT.
”Lalu, yang mau ambil alih siapa? Jakpro atau pemprov? Kalau pemprov, mekanismenya bagaimana? Dengan kerja sama antara pemerintah dan badan usaha (KPBU) atau dengan proses tender biasa? Kalau Jakpro (yang ditugaskan), bagaimana mekanismenya? Jakpro ditugaskan kembali seperti kemarin atau bagaimana?” kata Satya.
Meski Pemprov DKI Jakarta sedang berproses mengenai pembiayaan, Satya menegaskan tetap butuh keputusan dari pemegang saham, yaitu Pemprov DKI Jakarta. ”Jadi di dalam proses pengambilan keputusan ini mesti jelas. Itu sebabnya kami juga terus-menerus beraudiensi dengan Gubernur dan Wakil Gubernur untuk memastikan arahannya dari awal clear,” kata Satya. (HLN)