Polisi, berpikirlah seperti pencuri,” kata kriminolog UI, Kisnu Widagso, Selasa (19/12). Polisi tak bisa lagi hanya mengandalkan pengalaman crime displacement (pengaturan waktu, orang, perangkat dan sistem, serta modus operasi dalam kejahatan) dari para penjahat yang mereka tangkap. Sebab, apa yang mereka peroleh dari para penjahat adalah crime displacement masa lalu, sedangkan crime displacement terus berkembang. Apalagi menyangkut kejahatan narkoba.
Kemasan dan sajian narkoba terus berkembang, seiring berkembangnya crime displacement.Di Indonesia, kata Kisnu, perkembangan kejahatan narkoba lebih cepat ketimbang perkembangan kejahatan umum.
Terbongkarnya kasus di Diskotek MG di Tubagus Angke, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Minggu (17/12) dini hari, seperti hendak menyadarkan kembali agar polisi berpikir seperti pencuri. Pengelola tempat itu terungkap memproduksi air mineral bercampur sabu cair siap saji lalu menjual produk itu secara terbatas kepada pengunjung yang memiliki kartu anggota.
Modus baru
Menilik sajian narkobanya, sebenarnya tergolong bukan hal baru lagi. Sebab, penyelundupan sabu cair dari Iran ke Jakarta lewat Bandara Soekarno-Hatta telah diungkap Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya, pertama kali pada 2010.
”Kalau modus penjualannya, baru pertama terungkap,” kata Kasubag Operasi Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Ajun Komisaris Besar Gembong Yudha, Selasa (19/12).
Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DKI Brigjen (Pol) Johny P Latupeirissa mengakui, dengan terungkapnya kasus ini, polisi harus ”berpikir seperti pencuri”. Pola-pola penggerebekan di tempat hiburan malam dengan mencari pil narkoba, klip bekas sabu, bong, korek gas dengan api kecil, atau sedotan dan gelas plastik air mineral menjadi usang. Yang bisa diharapkan tinggal pemeriksaan urine. Itu pun baru sebatas usaha awal pengungkapan.
”Saya pastikan, setelah modus di MG terbongkar, para penjahat narkoba bakal tiarap dan menghilang. Mereka juga akan mengubah crime displacement mereka. Oleh karena itu, kami tidak akan melakukan penggerebekan di tempat hiburan malam dalam waktu dekat ini. Mereka pasti sudah pasang kuda-kuda,” kata Johny, kemarin.
Kisnu membenarkan pernyataan Johny. ”Itu menunjukkan, polisi sudah berpikir seperti pencuri,” ucapnya. Menurut dia, agar polisi mampu memperkirakan crime displacement mendatang para penjahat narkoba, polisi harus rajin melakukan survei dan riset pasar terkait peredaran dan usia mayoritas pengguna narkoba. ”Kemampuan sebagai pemasar dan reserse dikawinkan. Dugaan perkembangan kasus kemudian dipetakan,” tutur Kisnu.
Komitmen
Guru Besar Psikologi Sosial UI Hamdi Muluk berpendapat, untuk menekan pasar narkoba dibutuhkan komitmen seluruh pemangku kepentingan, terutama instansi terkait. ”Yang paling lemah dalam soal komitmen itu adalah pengawasan. Mosok kegiatan ilegal di MG sudah berjalan dua tahun, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI enggak tahu? Satpol PP enggak tahu? Koramil dan polsek setempat tidak tahu? Lurah, camat, RT, RW, tidak tahu?” tanya Hamdi.
Komitmen di lingkungan warga pun, kata Hamdi, masih lemah. ”Bukan cuma soal lapor-melapor kasus narkoba, tetapi berhubungan dengan akar masalah narkoba, yaitu kemiskinan dan pendidikan yang minim yang berujung pada frustrasi sosial. Pelarian dari frustrasi itu, antara lain mengonsumsi narkoba. Harus ada penyadaran dan pendampingan bersama dari dan untuk warga,” katanya.
Menurut dia, kalangan TNI dan Polri sudah punya komitmen kuat soal sanksi tegas terhadap para pengguna narkoba di lingkungan mereka. Mereka juga sudah menjauh dari perkara backing-backing-an terhadap para bandar narkoba.
Hamdi mengatakan, aspek selain komitmen adalah penegakan hukum. ”Tekan suplai lewat tindakan represif. Halau penyelundupan, bersihkan penjara dari praktik bisnis gelap narkoba, bongkar pabrik-pabrik narkoba,” ujarnya. Ia mengusulkan pemerintah melibatkan TNI, terutama di perbatasan dan pelabuhan, baik pelabuhan resmi maupun pelabuhan ”tikus”.
”Pernyataan Presiden, kan, sudah jelas. Kejahatan narkoba itu sudah extra ordinary crime. Polisi butuh penguatan TNI,” kata Hamdi. (WINDORO ADI)