Sri Kustiningsih (53), duduk di bangku paling depan di sebelah pengemudi. Di sebelahnya ada cucunya, Auliyah (6). Keduanya menumpang Metromini bepergian dari arah Ciledug menuju Blok M. Sesaat sebelum Jembatan Layang Kebayoran Lama, bus itu sempat berhenti sejenak.
”Kayaknya ada yang dicek sopir dan kernet. Setelah jalan lagi, kernet teriak, ’Jangan ngebut… jangan ngebut’. Saya kaget karena metromini nabrak-nabrak pas turunan,” tutur Sri.
Sri kini trauma dan sedih, apalagi Auliyah harus dioperasi di RS Sari Asih, Ciledug, Tangerang, karena matanya terkena pecahan kaca depan bus.
Kejadian itu terjadi pukul 09.40. Nonong (40), penjual bensin eceran di lokasi kejadian, dekat halte transjakarta Velbak, Kebayoran Lama, mengatakan, dirinya mendengar teriakan penumpang metromini yang kehilangan kendali saat turun dari jalan layang, dan menabrak sejumlah mobil hingga menerobos pembatas jalan setinggi 15 cm.
Metromini lalu menabrak sepeda motor dan mobil yang melawan arah. ”Sopirnya banting setir dan menabrak pagar tangga Halte Velbak. Di dekatnya, ada pengemudi sepeda motor online yang ikut tertabrak dan tewas di tempat,” ujar Nonong.
Korban yang meninggal itu adalah Febriantoro (49). Febriantoro tinggal di Pondok Kacang Prima, Pondok Aren, Tangerang Selatan. ”Dia meninggalkan dua anak, SMA dan TK, serta seorang istri,” kata Sri Agustin (59), kakak Febriantoro, saat ditemui di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, Jakarta Selatan.
Kepala Bagian Humas Polres Jakarta Selatan Komisaris Purwanta mengungkapkan, pengemudi metromini bernama Agus Santoso (63). Polisi telah menahan dan menetapkannya sebagai tersangka. ”Penyebab kecelakaan karena sopir tidak bisa menguasai bus,” katanya.
Purwanta menambahkan, ada pesepeda motor bernama Nanak Rusdiana (30) yang juga terluka di kepala, dan diobati di RS Muhammadiyah Taman Puring.
Menurut keterangan saksi, Sandy Reza Peradana (32), dua bus metromini melaju dengan kecepatan tinggi. Satu bus kehilangan kendali dan menabrak mobil yang dikendarai Sandy hingga terseret.
Kecelakaan yang melibatkan bus berukuran sedang, seperti metromini, sangat sering terjadi. Bus sebagian besar dalam kondisi buruk, rusak di sana sini, rem blong, ban gundul, dan sopirnya suka ngebut di jalan. Kadang serasa naik kaleng berjalan karena nyaris tidak ada penjamin keamanan dan kenyamanan di dalam bus yang berkarat dan reyot itu. Entah kapan Jakarta bebas dari kaleng-kaleng maut itu. (DD08/ADY)