JAKARTA, KOMPAS — Perayaan Natal tak harus identik dengan segala sesuatu yang mewah dan meriah. Justru khidmat Natal lebih terasakan jika umat Kristiani mampu melihat lebih jauh ke dalam diri sendiri ataupun lingkungan di sekitarnya dan menyadari bahwa masih banyak masalah yang terjadi dalam masyarakat. Masalah yang terjadi semestinya dilihat sebagai tantangan yang bisa menghasilkan sesuatu jika ditangani dengan benar.
Pendeta Meisilo Mewengkang dalam khotbah malam Natal di GPIB Immanuel Jakarta, Minggu (24/12), memberikan contoh dari konsep tersebut menggunakan lagu ”Malam Kudus”. Lagu tersebut adalah ”Kidung Natal” karangan pastor asal Austria, Fr Josef Mohr, dan pemimpin paduan suara Austria Franz X Gruber.
Lagu itu awalnya akan dibuat melodinya dengan orgel, tetapi akhirnya diiringi dengan gitar karena alat musik itu rusak. Tidak disangka, para jemaat gereja justru lebih menyukai versi gitar hingga lagu tersebut terkenal hingga sekarang.
”Sesuatu yang luar biasa bisa muncul dari satu kekurangan, kecelakaan, dan kelemahan. Jangan menghina kelemahan karena itu berarti menghina ciptaan Tuhan,” kata Meisilo. Perayaan Natal tahun 2017 di GPIB Immanuel tahun ini bertema ”Merajut Kehendak Baik”.
Meisilo mengatakan, Natal dirayakan di seluruh dunia oleh orang yang memiliki persoalan yang berbeda-beda. Hal tersebut seperti dua sisi mata uang, di mana di balik perayaan terdapat kesusahan.
”Namun, jangan dilihat siapa yang pergumulannya paling berat karena semua ada konteksnya masing-masing,” tuturnya. Ia mengingatkan, harapan selalu datang kepada siapa pun, tidak peduli asal dan latar belakang orang tersebut.
Dalam menemukan harapan, kata Meisilo, manusia tidak boleh memaksakan pengalaman imannya kepada orang lain. Ia menekankan, hal tersebut tidak boleh dilakukan karena setiap individu memiliki pengalaman iman yang berbeda-beda. Ia menyatakan, kesabaran akan membuahkan damai dan sejahtera.
Frida (62), salah seorang jemaat, menyatakan hal senada. Apalagi, ia melihat, kondisi Indonesia semakin rapuh dalam hal toleransi beragama. ”Kita harus hidup rukun agar tidak ada bentrok. Tidak ada agama yang mengajari yang tidak baik,” ujarnya.
Pengamanan Natal
Wakil Kepala Polsek Metro Gambir Komisaris Slamet Subagyo menyatakan, pengamanan perayaan Natal di GPIB Immanuel melibatkan 118 personel. Personel berjaga di area gereja dan sekitarnya. Pengamanan melibatkan berbagai instansi dan divisi terkait, seperti Polri, TNI, dan dokter.
”Pos Pelayanan Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 aktif selama 24 jam selama perayaan Natal dan Tahun Baru,” tutur Subagyo.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo datang berkunjung ke GPIB Immanuel sekitar pukul 20.00. Tak lama kemudian, beberapa pejabat lain juga datang, seperti Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tiba sekitar pukul 20.30.
Saya minta maaf kalau pengamanan terlalu ketat. Pemerintah ingin menjamin agar warga dapat beribadah secara khusyuk tanpa ada gangguan sampai selesainya ibadah Natal.
”Saya minta maaf kalau pengamanan terlalu ketat. Pemerintah ingin menjamin agar warga dapat beribadah secara khusyuk tanpa ada gangguan sampai selesainya ibadah Natal,” ujar Tjahjo di depan para jemaat. Ia juga menyampaikan ucapan selamat Natal dalam kunjungan tersebut.
Anies menambahkan, ia berharap agar kebahagiaan dan keteduhan selalu mengiringi seluruh warga Jakarta. Ia mengimbau agar seluruh warga menjaga suasana yang damai sehingga persatuan dapat tercipta. ”Melalui kunjungan ini, kami juga ingin memastikan bahwa Jakarta adalah adalah rumah bagi setiap warga Jakarta,” katanya. (DD13)