JAKARTA, KOMPAS — Polres Metro Jakarta Selatan masih mendalami kecelakaan kerja yang menewaskan tiga pekerja di proyek apartemen Pakubuwono Spring, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (26/12). Dokumen terkait gambar perencanaan site bangunan dan besi cor plafon podium disita Pusat Laboratorium Forensik Polri sebagai barang bukti.
Kepala Polres Metro Jaksel Komisaris Besar Mardiaz Kusin Dwihananto mengatakan, empat saksi diperiksa, di antaranya korban luka Muklas (44), mandor proyek Kurmen (42), Rizal dari bagian keselamatan proyek, dan Wayan dari HRD proyek. Sebelumnya, tim Puslabfor Polri yang terdiri atas ahli teknik sipil, metalurgi, dan kimia juga mengecek lokasi serta menginvestigasi penyebab runtuhnya plafon itu.
”Kami masih mendalami kasus, saksi sudah diperiksa, dan kami juga meminta dokumen proyek. Surat visum korban juga sudah kami minta. Sekarang tinggal menunggu hasil koordinasi dari Puslabfor,” ujar Mardiaz.
Kemarin, pengembang proyek apartemen Pakubuwono Spring dipanggil Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI. Mereka diminta mengklarifikasi investigasi keselamatan dan kesehatan kerja proyek itu. Pihak yang datang antara lain manajer proyek PT Total Bangun Persada dan pengawas proyek.
Manajer proyek dari PT Total Bangun Persada, Merdi Ardiansyah, mengatakan, pihaknya berduka dan prihatin atas kejadian yang menyebabkan tiga orang meninggal, yaitu Adi (30), Khoirul Ma’sum (35), dan Dedi Irawan. Tiga korban terluka adalah Aris Suryanto (33), Muklas, dan Idris.
Korban meninggal adalah pekerja yang bertugas memasang ornamen kayu yang akan dipasang di atap kebun. Mereka bekerja di bawah plafon podium yang roboh. Adapun di atas bangunan beton podium sedang dilakukan pekerjaan penggeseran tanah untuk tanaman. Tanah digeser karena ada indikasi kebocoran di komposit baja.
”Secara visual, kami tidak bisa melihat di mana kebocorannya. Nah, posisi itu sedang kami selidiki bagian mana yang bocor, makanya tanah digeser sedikit-sedikit supaya kelihatan bocornya,” ujar Merdi.
Pengawas dan pelaksana proyek tak menyangka konstruksi beton plafon podium bisa runtuh. Sebelumnya, mereka mengklaim sudah sesuai kaidah konstruksi.
Ia menyangkal temuan tim investigasi Disnakertrans yang menyatakan baut penahan ujung kanopi atau podium rumput tak kuat menahan tanah dan tanaman. ”Kami mesti berhati-hati menyikapinya karena harus ada pihak yang kompeten menyatakan baut itu tidak kuat menahan beban di atasnya,” kata Merdi.
Terkait perubahan desain podium dari beton menjadi kaca, hal itu masih dikaji. Itu masih dibahas pihak perencana. Mengganti desain memang akan dilakukan karena struktur beton dianggap gelap secara pencahayaan.
Pihak PT Total Bangun Persada siap mempertanggungjawabkan insiden itu dan kooperatif terhadap penyelidikan dari Disnakertrans serta kepolisian. Dari sisi korban, PT Total sudah memulangkan jenazah hingga pemakaman. Mereka juga sudah memberikan tanda kasih dan penghormatan.
Kepala Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan Disnakertrans DKI Kadik Triyanto mengatakan, pihaknya mengundang ahli konstruksi sipil dari Universitas Trisakti untuk mendalami perencanaan dan pengujian beban tanah dalam konstruksi plafon yang roboh. Tim Disnakertrans hanya masuk dalam kategori ketenagakerjaan dan memastikan pekerjaan sudah sesuai standar keselamatan kerja. (DEA)