Adu Kuat Negara Vs Mafia Narkoba
Modus penyelundupan ini terbilang sangat berani, bahkan nekat. Kapal Wanderlust berangkat dari Guangzhou, China, menuju perairan Myanmar untuk dimuati sabu. Dari sana, Wanderlust menyusuri pantai barat Sumatera menuju Pantai Anyer. Penyelundup yang semuanya warga negara
Taiwan memakai perahu karet untuk memindahkan 1 ton sabu dari lambung Wanderlust ke darat.
Komisaris Besar Nico Afinta yang pada saat penggerebekan di Pantai Anyer menjabat Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya mengatakan, jaringan penyelundup di Pantai Anyer bermodal besar. Para anak buah kapal yang berjumlah tiga orang mendapat upah masing-masing Rp 200 juta. Belum lagi biaya untuk membeli kapal, memodifikasinya, dan isi bahan bakar.
Menurut Nico, yang kini menjabat Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, kapal Wanderlust telah dimodifikasi sehingga dapat menampung 1 ton sabu dan bahan bakar cadangan. Dengan bahan bakar berlimpah, Wanderlust bisa kabur ke Laut China Selatan tanpa isi bahan bakar. Pelarian Wanderlust berakhir di perairan sekitar Batam setelah disergap kapal patroli bea dan cukai.
Sukses penggerebekan 1 ton sabu di Pantai Anyer bukan satu-satunya keberhasilan. Badan Narkotika Nasional (BNN) sukses menggagalkan penyelundupan 284 kilogram sabu dari China yang disembunyikan dalam mesin pemoles pada Juli 2017. Lalu, September 2017, Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri menangkap jaringan pengedar sabu Medan-Jakarta dengan barang bukti 142 kilogram sabu.
Jajaran Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya berulang kali menggagalkan penyelundupan sabu dengan modus disembunyikan dalam benda lain. Contohnya, 41 kilogram sabu yang diselundupkan dalam meja taman dan 86 kilogram sabu yang dimasukkan dalam alat berat forklift. Awal 2017, Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya juga menggulung jaringan Malaysia dengan barang bukti sabu seberat 106 kilogram. Dalam waktu hampir bersamaan, polisi menggerebek pabrik pil ekstasi di Cakung, Jakarta Timur, dengan barang bukti 202.935 pil ekstasi.
Pengiriman ganja dalam jumlah besar dari Aceh ke Jakarta tiga kali digagalkan Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya selama 2017. Barang bukti dari penangkapan pertama sebanyak 225 kilogram ganja, penangkapan kedua 252 kilogram ganja, dan penangkapan ketiga 386 kilogram ganja.
Peredaran pil ekstasi kembali marak di tengah gencarnya peredaran sabu. Pertengahan 2017, Bareskrim Polri menggagalkan penyelundupan 1,2 juta pil ekstasi dari Belanda. Pil itu
akan diedarkan di tempat hiburan malam di Jakarta. Beberapa bulan berselang, yaitu November 2017, Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri membongkar jaringan penyelundup 600.000 pil ekstasi dari Belanda.
Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Suwondo Nainggolan mengutarakan, penindakan yang dilakukan polisi bertujuan utama mencegah narkoba sampai ke tangan pemakai. Jika 1 gram sabu bisa dikonsumsi 3-5 orang, ribuan orang bisa terselamatkan.
”Selama ada permintaan, maka ada penawaran. Kami melakukan penindakan untuk memotong pasokan narkoba,” kata Suwondo.
Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, yang dihubungi pada Jumat (15/12/2017) mengatakan, dalam kasus penyelundupan 1 ton sabu yang merupakan kejahatan transnasional, wajar jika pengungkapannya lintas negara. Kepolisian Taiwan memberikan informasi berharga kepada kepolisian Indonesia. Pemberi informasi dan yang mengeksekusi sama pentingnya.
Tantangan dan realitas
Adrianus ragu polisi dapat mengulang atau menyamai prestasi menggagalkan penyelundupan 1 ton sabu. ”Kecenderungan Polri itu masih kuat pada fase eksekusi saja. Sementara yang mau berpikir keras guna mengumpulkan data, mencari info tersembunyi, atau melakukan perkiraan yang rumit bisa dihitung dengan jari. Itu karena orientasi kerjanya pragmatis dan materialistik,” ujarnya.
Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar menuturkan, keberhasilan menggagalkan peredaran 1 ton sabu merupakan prestasi. Pertanyaannya, apakah prestasi itu sudah sepadan dengan realitas obyektif maraknya peredaran narkoba di Indonesia?
”Jangan-jangan antara prestasi dan realitas obyektif peredaran narkoba justru lebih banyak yang enggak tertangkap. Karena itu, polisi jangan hanya puas dengan hasil penangkapan itu, tetapi juga melakukan pencegahan yang canggih,” kata Bambang.
Adrianus yang juga anggota Ombudsman RI menambahkan, Indonesia merupakan pasar narkoba yang menarik karena jumlah anak mudanya besar. Mereka datang dari keluarga menengah yang mementingkan gaya hidup. Mereka juga perlu pengakuan sosial dan permisif. Itu semua ciri-ciri orang yang mudah terperosok jadi pencandu. Itu pula yang menyebabkan narkoba terus membanjiri Indonesia meskipun sudah ada 1 ton sabu yang digagalkan, ditambah tindakan tegas aparat di semua kepolisian daerah.
Menurut Adrianus, tindakan tegas kepada pengedar narkoba pasti memberikan dampak. Namun, tindakan tegas itu juga membawa masalah lain, yakni fenomena Duterte (Presiden Filipina Rodrigo Duterte) ala Indonesia.
Inilah adu kekuatan negara (Polri dan BNN) melawan mafia narkoba. Pertarungan itu akan berlangsung lama, brutal, dan mahal. Siapa yang akan jadi pemenangnya? Mari berharap negara sebagai pemenang karena masa depan negara ada di tangan generasi muda yang terbebas dari jeratan narkoba. (WISNU AJI DEWABRATA)