BOGOR, KOMPAS — Petugas Polres Bogor mendatangi sebuah rumah di Taman Aster Golf Bogor Like Side, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Minggu (14/1) sore. Polisi didampingi anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia serta Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Bogor membawa H dan Q, ibu dan anak penghuni rumah tersebut, ke kantor polres di Cibinong, Bogor.
”Kami menerima laporan dari masyarakat tentang dugaan ibu penghuni rumah ini melakukan kekerasan terhadap anaknya. Kami bawa keduanya ke kantor untuk pendalaman pemeriksaan,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bogor Ajun Komisaris Bimantoro Kurniawan.
Ia mengatakan hal itu sebelum meninggalkan lokasi, sesaat setelah mobil merah milik Ny H, yang disopiri seorang polisi, berlalu. Penumpang mobil itu adalah Ny H dan Q, serta seorang polwan. Bimantoro tidak bersedia memberi banyak keterangan. Ia hanya mengatakan ada laporan masuk, ibu dan anak itu akan diperiksa secara mendalam di unit perlindungan perempuan dan anak di polres.
Aldi dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Bogor mengatakan, dirinya dan KPAI Kota Bogor mendapat laporan terjadi kasus kekerasan di rumah itu dari Sekretaris Daerah Kota Bogor. Lalu bersama Unit PPA Polres Kota Bogor ke lokasi. Ternyata, sampai di lokasi, rumahnya berada di wilayah kabupaten.
”Polres Kota Bogor lalu segera menghubungi Polres Bogor. Untuk masuk ke rumah itu, wewenang ada pada polisi wilayahnya,” kata Aldi.
Di lokasi, Bimantoro dan timnya berkali-kali mengetuk pintu rumah H, tetapi tak segera dibuka. Padahal, sebelumnya terlihat Q mengintip dari balik tirai jendela di lantai dua rumahnya, melihat kesibukan di jalan depan rumah.
Ketika akhirnya kedua penghuni itu keluar menuju mobil merahnya, Ny H dan Q sama-sama menundukkan wajah. Aldi mengatakan, Ny H mengaku sudah bercerai dengan suaminya dan Q anak satu-satunya. Q berusia 14 tahun siswa kelas VIII di sebuah sekolah di Kota Bogor. Pada tubuh Q terdapat sejumlah bekas luka baret, lembam, dan lainnya.
”Q mengaku luka-luka itu akibat jatuh, digaruk, dan dicubit. Pada tangannya ada bekas luka seperti bekas tersundut rokok, tetapi dia bilang, itu bekas dicubit Mimi. Ia memanggil ibunya Mimi. Biar polisi yang mendalami. Sepintas, bekas-bekas lukanya itu tidak wajar,” tutur Aldi.
Beberapa warga setempat, yang enggan disebut namanya, kini merasa lega. ”Paling tidak, saat ini ada pihak yang berkompeten, tahu bagaimana menangani keduanya,” kata mereka.
Para tetangga bingung dan khawatir karena kerap melihat si ibu tengah memukuli si anak. Pada tengah malam terdengar si anak menangis menjerit. Si ibu jarang keluar rumah. Si anak hanya terlihat saat berangkat dan pulang sekolah.
Susianah Affandy dari KPAI Pusat mengatakan, dari tanya jawab singkat dengan keduanya, ia melihat ibu-anak itu dalam kondisi tertekan, khususnya H. Sang ibu tidak konsisten dengan jawaban-jawabannya. Q terkesan menutupi apa yang menimpa dirinya dan mencoba melindungi ibunya. ”Keduanya perlu mendapat pertolongan psikologis,” katanya. (RTS)