Menimbang Manfaat Qlue
Sejak diluncurkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Desember 2014, program pengaduan persoalan masyarakat berbasis aplikasi Qlue turut mendukung penyelesaian berbagai masalah di Ibu Kota. Warga mengapresiasi keberadaan Qlue dan mendukungnya untuk dipertahankan.
Sejak awal, Qlue hadir di tengah keseharian warga Ibu Kota yang sibuk dan tidak terlalu mengenal camat atau lurah di tempat tinggal mereka. Program aplikasi Qlue hadir menjembatani komunikasi dan interaksi antara warga dengan pejabat publik hingga di tingkat kelurahan.
Warga bisa melaporkan berbagai keluhan mereka melalui Qlue, mulai dari kemacetan lalu lintas, angkutan umum berhenti serampangan, pohon tumbang, jalan rusak, sampah, dan berbagai persoalan lain. Aplikasi yang bisa diunduh lewat perangkat Android dan iOS ini merupakan saluran penyampaian aspirasi warga secara real time dalam bentuk teks dan foto.
Laporan yang masuk lewat Qlue terpetakan secara digital dan terintegrasi dalam laman smartcity.jakarta.go.id sehingga memudahkan pemerintah memantau persoalan. Turut melengkapi aplikasi ini adalah Cepat Respons Opini Publik (CROP) yang juga aplikasi bagi aparat Pemprov DKI Jakarta dan aparat kepolisian.
Sejauh mana warga berpartisipasi melalui Qlue? Data yang dihimpun oleh Qlue Indonesia menunjukkan partisipasi masyarakat yang terbilang aktif merespons beragam persoalan di lingkungan tempat tinggalnya. Laporan yang masuk ke aplikasi Qlue selama 2016 mencapai 479.353. Pada 2015, jumlahnya baru sekitar 130.000 laporan.
Adapun tingkat tindak lanjut dari laporan yang masuk sepanjang 2016 mencapai 80 persen. Hasil jajak pendapat Kompas, awal Januari lalu, menunjukkan apresiasi warga Ibu Kota terhadap tindak lanjut keluhan mereka. Sekitar enam dari sepuluh warga menilai, program Qlue cukup efektif mengurangi masalah-masalah di lingkungan tempat tinggal mereka.
Laporan yang masuk melalui aplikasi Qlue juga memperlihatkan peringkat respons aparat di tiap kelurahan berdasarkan poin yang diperoleh. Sebagai contoh, data yang masuk ke aplikasi Qlue per 1 Oktober-31 Desember 2016 menunjukkan sejumlah kelurahan yang memberikan respons penanganan cepat antara lain Kelurahan Rawa Badak Selatan yang mendapatkan 85 poin, Tugu Utara (83 poin), dan Kelurahan Cijantung yang memperoleh 82 poin.
Hasil jajak pendapat Kompas juga menunjukkan hampir separuh warga menilai kinerja aparat kelurahan semakin baik dengan dukungan aplikasi Qlue.
Pengalaman warga mendapatkan pelayanan lebih baik sejak kehadiran Qlue menumbuhkan harapan mereka atas keberlanjutan program aplikasi ini. Hasil jajak pendapat ini menunjukkan, hampir dua pertiga responden setuju jika program aplikasi Qlue dipertahankan.
Salah satu warga bernama Felicia di Kemayoran, Jakarta Pusat, turut menyatakan harapannya dalam surat pembaca Kompas akhir November 2017. Pengalamannya menyampaikan keluhan tentang saluran air yang tersumbat, pohon yang membahayakan pengguna jalan dan pelanggaran lalu lintas dijawab dengan perbaikan nyata dalam hitungan hari.
Kelemahan
Qlue juga tak lepas dari kelemahan karena tak jarang berisi laporan fiktif, tidak akurat, dan laporan menumpuk. Dari sisi ini, pengaduan secara tatap muka lebih mudah menelusuri kebenaran, akurasi, prioritas, dan tahapan penanganannya.
Sejumlah wilayah di Jakarta kini membuka pengaduan langsung warga di tingkat kelurahan, kecamatan, hingga kota, bahkan bertemu langsung dengan wali kota, seperti di Jakarta Selatan.
Namun, Jakarta yang selalu bising dengan kesibukan sekitar 10 juta jiwa warganya tentu menuntut efisiensi waktu untuk merespons dan menangani masalah terkait kepentingan publik. Jadi, apa pun sistem penanganan keluhan yang dijalankan, warga berharap Jakarta semakin nyaman dan layak huni, dan pemprov bisa mengetahui persoalan-persoalan yang dipandang penting oleh warganya.
(Krishna P Panolih/ Litbang Kompas)