Barat dan Nusantara Menari di Lidah…
Irisan cabai rawit merah, bawang merah, dan bawang putih yang tenggelam dalam minyak zaitun membuat kami penasaran. Saat dihidangkan, aroma segar irisan daun jeruk berpadu dengan pedas rawit sambal matah khas Bali itu. Ternyata, saat dipadukan dengan irisan tebal daging steik, menu Barat dan Nusantara itu menari di lidah. Daging matang (well done) berwarna kecoklatan terasa gurih, pedas, dan segar dengan aroma daun jeruk. Hmm... maknyus.
Menu spesial itu dapat dinikmati di Prabu Steak & Coffee di Jalan Tebet Utara I Nomor 45 C, Jakarta Selatan. Kafenya sangat mungil. Namun, tak perlu ragu untuk melangkahkan kaki karena beragam menu yang ditawarkan sangat menggiurkan.
Bisa dikatakan, menu steik di kafe ini unik. Pasalnya, saus yang disajikan tidak hanya barbeque dan jamur (mushroom) seperti umumnya restoran steik. Di sini, ada saus kari melayu, sambal matah bali, rendang saus padang, sambal kecap pedas sunda, dan sambal ijo padang.
Untuk jenis daging, kafe ini memiliki sirloin, tenderloin, iga, filet magnon, salmon, serta daging ayam. Daging bisa disajikan dalam porsi besar 300 gram dan mungil 100 gram. Harganya bervariasi mulai Rp 35.000 hingga Rp 110.000 per porsi.
Sebagai pelengkap, menu karbohidrat kentang goreng dan kentang kecil-kecil sudah termasuk dalam paket steik.
Siang itu, pilihan kami jatuh pada daging tenderloin yang tidak berlemak dan dimasak dengan tingkat kematangan penuh. Daging terasa sangat lembut di mulut, tidak alot sama sekali. Bumbu daging berupa bawang putih, lada hitam, mentega, dan minyak zaitun meresap hingga ke serat-serat daging. Kelezatan itu semakin paripurna dengan pedas gurih sambal matah.
Kami juga memadukan daging steik dengan kuah rendang yang lebih kaya dengan rempah. Yang tercecap adalah rasa asin dan rempah-rempah yang kental khas rendang padang.
Juru masak Prabu Steak & Coffee, Sobar Kurniawan (28), menyebutkan, saus steik dengan sambal matah paling diminati pengunjung selain sambal steik yang lazim digunakan, yaitu barbeque dan mushroom. Perpaduan dengan sambal khas Nusantara ini juga dilakukan pada jenis makanan lain, seperti pasta spageti atau fettuccine.
Salah satu menu, beef spaghetti, menyajikan spageti serupa spaghetti aglio olio (yang dimasak hanya dengan bawang putih dan minyak zaitun), dengan tambahan irisan kecil daging dan sambal matah. Perpaduan ini menciptakan cita rasa baru spageti, yakni lebih gurih dan pedas. Mirip mi goreng, tetapi dengan aroma lebih segar karena irisan daun jeruk.
Untuk pilihan minuman, Prabu Steak menyediakan aneka jus buah segar. Ada juga kopi mandailing, gayo, ijen banyuwangi, toraja, dan kopi khas Nusantara lainnya.
Salah seorang pengunjung, Roy Virda Mutia (35), mengaku sudah beberapa kali makan siang di tempat itu. Selain rasanya enak, harga makanan di Prabu Steak tergolong terjangkau.
Virda yang datang bersama suami menilai kombinasi antara makanan Barat dan bumbu khas Indonesia, untuk beberapa kasus, menghasilkan rasa yang enak, contohnya steik dan sambal matah.
”Kalau saya suka karena pada dasarnya senang dengan makanan pedas,” ujarnya.
Ayam geprek ”mozzarella”
Perkawinan menu Barat dan Nusantara juga ditemui di ayam geprek yang dilumuri lelehan keju mozzarella. Menu kekinian ini banyak ditawarkan berbagai restoran di Jakarta.
Kami mencoba menu ayam geprek mozzarella di Ayam Keprabon Express di Jalan Tiong, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan. Di waralaba ini, pengunjung bisa memesan makanan untuk dimakan di tempat atau dibawa pulang. Uniknya, pengunjung disajikan proses pembuatan ayam geprek karena juru masak meramu menu di dekat kasir.
Khusus untuk menu dengan tambahan lelehan mozzarella, kita bisa memesan dalam paket geprek blenger. Pengunjung bisa memilih level pedas yang mereka inginkan. Level satu setara dengan empat cabai dan berlaku kelipatan empat cabai untuk setiap level.
Ayam geprek blenger dibuat dari ayam goreng tepung tanpa tulang, yang dimemarkan. Saat dimemarkan di cobek batu, ayam dicampur dengan telur dadar dan sambal. Setelah itu, juru masak membubuhi irisan keju Italia, mozzarella, yang mudah meleleh. Irisan keju tipis-tipis itu kemudian dilumerkan dengan alat khusus. Keju pun menyelimuti ayam geprek pedas. Saat keju sudah menempel dan menutupi lapisan ayam, ayam diangkat dan diletakkan di atas nasi putih.
Rasa pedas ayam suwir memar ini pun berpadu dengan gurihnya lelehan keju mozzarella. Rasanya cukup pas dinikmati dengan nasi putih hangat. Menu ini memang lebih cocok dimakan saat panas. Ketika sudah dingin, lumer keju mozzarella terasa kurang nendang.
Jika Anda merasa terlalu pedas, garnish irisan mentimun yang disajikan bersama ayam geprek blenger bisa menjadi penawar. Opsi lain adalah memesan es teh manis segar yang cepat meredakan pedas di mulut.
Harga yang ditawarkan di Ayam Geprek Keprabon Express sangat terjangkau. Seporsi ayam geprek blenger dibanderol Rp 25.000. Adapun paket ayam geprek tanpa keju dibanderol dengan harga Rp 15.000 dan paket geprek jumbo Rp 20.000 per porsi. Anda tinggal menyesuaikan sajian ayam dengan level pedas yang diinginkan.
Piza Nusantara
Cita rasa Nusantara ternyata juga dapat merasuk ke makanan khas Italia, piza. Dahi dijamin berkerut jika mendengar ayam betutu, ayam woku, dan daging rendang tersaji di atas roti bundar piza. Namun, itulah yang dilakukan oleh Pizzeria Cavalese untuk membuat publik bertanya-tanya dan datang menjajal sendiri rasa piza ala kuliner Nusantara tersebut.
Hari Jumat (26/1), ketika sudah lewat sedikit dari jam istirahat makan siang, Adi Kurniawan, tenaga staf pemesanan makanan di Pizzeria Cavalese, mempersilakan kami menuju meja dan kursi yang kosong. Ia menyerahkan buku menu sekaligus menunjukkan papan plastik kecil di meja berisi informasi rasa baru piza.
Dua di antara varian rasa baru tersebut adalah waka woku (ayam woku) dan beef rendang (rendang sapi). ”Iya betul, itu ayam woku yang khas Manado (Sulawesi Utara),” kata Adi memastikan setelah mengetahui tamunya agak ragu.
Baiklah, untuk tahu bagaimana racikan percampuran kuliner Italia dan Indonesia, tiga varian piza dipesan. Waka woku yang khas Manado, beef rendang dari Padang (Sumatera Barat), dan chicken betutu dari Bali.
Pizzeria Cavalese berlokasi di Ruko Green Lake Sunter, Jalan Danau Sunter Selatan, Jakarta Utara. Di seberangnya terdapat Danau Sunter Selatan. Restoran sajian khas Italia ini buka pukul 11.00-22.00 pada hari kerja dan pukul 11.00-23.00 pada akhir pekan.
Setelah sekitar setengah jam menanti, pramusaji datang membawa piring-piring berisi piza yang sudah dipesan. Tiga piza bundar berdiameter 30 sentimeter berjajar di meja, menunjukkan penampilan masing-masing.
Di antara ketiga piza, varian chicken betutu memiliki penampilan paling tidak biasa. Bagaimana tidak, daun-daun singkong yang sangat lokal tersebar pada permukaan bundar piza. Pada helai-helai daun singkong, sambal menempel dan menanti penikmat piza yang tidak awas. Pedasnya bisa langsung menonjok.
Saatnya sepotong piza chicken betutu berjumpa dengan indera pencecap. Roti piza yang tipis dan sedikit renyah sudah seperti biasanya piza khas Italia. Namun, rasa bumbu betutu di permukaannya dan pada bahan-bahan di atasnya, termasuk pada potongan ayam dan daun singkong, memberi kenikmatan yang unik. Tentu saja, diselingi dengan ”huh-hah” menahan rasa pedas yang sekaligus membuat nagih.
Icip-icip berlanjut ke piza waka woku dan beef rendang. Yang terlihat pada permukaan varian waka woku adalah potongan bawang bombai dan ayam, sedangkan di piza beef rendang terdapat daging, irisan cabai besar, serta taburan bawang goreng. Cita rasa ayam woku lumayan terasa di piza waka woku, tetapi rasa rendang sulit ditangkap lidah dari piza beef rendang, meski sesekali rasa bumbu di roti piza identik dengan bumbu rendang rumah makan padang.
Piza chicken betutu bisa dinikmati dengan harga Rp 58.000 per porsi kecil dan Rp 98.000 per porsi besar. Piza waka woku dibanderol Rp 55.000 per porsi kecil dan Rp 92.000 per porsi besar. Harga piza beef rendang sama dengan varian chicken betutu. Satu porsi kecil yang berdiameter 30 sentimeter pas disantap berdua. Oh ya, harga belum termasuk biaya pelayanan 5 persen dan Pajak Pembangunan (PB1) 10 persen.
Adi mengatakan, memadukan piza dengan cita rasa Nusantara memang upaya Pizzeria Cavalese membuat perbedaan dibandingkan dengan restoran Italia lainnya. Selain tiga varian itu, ada juga piza chicken satay (sate ayam) dan con tonno (berisi tuna sambal matah).
”Yang paling favorit sebenarnya con tonno. Itu bisa 8-10 porsi yang dipesan per hari,” ujarnya. Varian favorit kedua adalah chicken betutu, dipesan sebanyak 3-5 porsi per hari. Kreasi dengan cita rasa lokal terus berkembang karena chef Pizzeria Cavalese juga ahli dalam utak-atik olahan nusantara.
Selamat mencoba perkawinan Barat dan Nusantara ya.