TANGERANG, KOMPAS — Jalan Perimeter Selatan di kompleks Bandara Soekarno-Hatta masih ditutup menyusul ambrolnya dinding penahan tanah, Senin lalu. Penutupan jalan ini membuat kemacetan semakin parah di sekitar bandara.
”Jalan Perimeter Selatan masih ditutup. Sampai kapan jalan ini ditutup, kami belum bisa memastikannya. Kami masih harus menunggu kepastian dari pihak yang berwenang kalau jalur itu aman untuk dilintasi,” kata Kepala Satlantas Polres Bandara Internasional Soekarno-Hata Komisaris Agung Wuryanto di Kota Tangerang, Rabu (7/2).
Agung tidak menampik, dampak penutupan jalur dari dan keluar bandara di Jalan Perimeter Selatan menambah kemacetan, terutama di luar kawasan bandara. ”Sebagai solusinya, kami membuat jalan alternatif yang dapat memudahkan akses warga yang datang dan melintas di kawasan bandara,” katanya.
Fachrul, karyawan Garuda Maintenance Facility AeroAsia, mengatakan, waktu tempuh lebih lama tiga kali lipat akibat penutupan Jalan Perimeter Selatan ini lantaran macet dan harus memutar.
Syahrul (35), warga Kota Tangerang, terjebak macet di Jalan Marsekal Surya Darma menuju Jalan Perimeter Utara saat berangkat kerja, Rabu pagi. ”Lebih dari 1,5 jam untuk tembus masuk Tol Sedyatmo. Padahal, biasanya paling lama hanya sekitar setengah jam,” kata karyawan perusahaan swasta di Slipi ini.
Periksa penanggung jawab
Di Polresta Tangerang, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) M Iqbal memastikan, polisi segera memeriksa penanggung jawab proyek terowongan yang ambrol dan menyebabkan dua orang menjadi korban ini. Satu korban, yakni Dianty Diah Ayu Cahyani Putri (24), meninggal. Sedangkan Mutmainah
Syamsudin (25) masih dalam perawatan di rumah sakit.
Iqbal mengatakan, ambrolnya dinding terowongan membuat konstruksi bangunan dipertanyakan. Sejauh pengamatan, Rabu siang, sejumlah petugas membersihkan tanah dan reruntuhan dinding terowongan.
Secara terpisah, Head Business and Development Siloam Hospital Lippo Village Alexander Mutak mengatakan, kondisi Mutmainah membaik dan ia bisa berkomunikasi dengan lancar. Ia ditangani dokter spesialis ortopedi dan penyakit dalam (PIN)