Asam Pedas Si Garang Asem
”Garang asem ini makanan
Rumah makan di Cikokol adalah rumah makan pertama yang dirintis mantan pemain sepak bola pada era 1980-an ini. Jalal yang sering disapa Pak De merintis bisnis rumah makan sejak 2005. Saat ini, usaha Wong Kudus Grup sudah memiliki 60 cabang di Tangerang, Jakarta, Sumatera, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.
”Agar rasanya tetap sama, kami mengirimkan juru masak yang sudah terlatih, terutama di cabang yang berada di luar daerah,” kata Jalal yang kini juga menjadi pebalap mobil di Indonesia. Mobil balapnya juga menggunakan gambar rumah makan Wong Kudus.
Setiap hari, sejak dibuka pukul 09.00 hingga pukul 21.00, rumah makan ini selalu dipenuhi pengunjung, apalagi saat makan siang dan makan malam.
Rumah makan yang sebagian besar terbuat dari bambu itu dihiasi gantungan bola berwarna hitam dan putih. Di sisi kanannya berderet tiga mobil koleksi Jalal. ”Bola itu bulat. Dalam filosofi, bulat itu tidak berujung. Semoga usaha ini terus berkembang dan masakan tradisional dari Kudus makin dikenal banyak orang,” ucap Jalal.
Huruf ”o” pada kata wong berupa gambar bola.
Garang asem ala Wong Kudus hanya tersedia dalam varian ayam kampung. Menu lain di sini ialah soto kudus, pecel madiun, ayam goreng kampung, sop kambing, dan sate kambing. Sate usus, sate ati ampela, sate telur puyuh, tempe goreng, tahu, otak-otak, dan perkedel siap menemani santapan Anda. Ada juga peyek bulat.
Sebagai pelengkap, ada pilihan es jeruk kelapa yang segar dan dingin, es markisa, kelapa kopyor, dan lainnya.
Seporsi garang asem dibanderol Rp 25.000, soto Kudus Rp 12.000 per porsi. Sementara harga lauk antara Rp 6.000 dan Rp 10.000.
Isi yang beragam
Penjelajahan varian garang asem berlanjut ke Waroeng Garang Asem 578 yang ada di kawasan Bintaro, Kota Tangerang Selatan. Jika kebetulan sedang berbelanja di Pasar Modern Bintaro, mampirlah di salah satu kios dekat pintu selatan.
Setiap akhir pekan, kios ini pasti diserbu pengunjung yang rela mengantre sebelum mendapatkan tempat duduk.
Membeludaknya pembeli tak lain karena garang asem di sini tidak hanya berupa ayam, tetapi ada varian lain, yakni garang asem iga sapi, patin, kerapu, dan kepala ikan kakap. Semua disajikan hangat dengan bungkus daun pisang.
Pemilik usaha ini menggunakan ayam pejantan untuk menu garang asem dengan asam dari belimbing wuluh dan tomat hijau. Takarannya sangat pas, tidak terlalu asam. Tak lupa, cabai rawit merah selalu hadir di setiap bungkusan.
Siti Khodijah (21), pegawai warung ini, mengatakan, meskipun terlihat bening, ternyata garang asem ini mengandung santan. Namun, takaran santan sangat sedikit sehingga nyaris tidak tampak. Garang asem ini mirip garang asem dari Jawa Tengah utara, Demak, Kudus, dan Grobogan. Berbeda dengan garang asem dari Solo dan Yogyakarta yang bersantan kental.
”Makanan ini sangat cocok untuk mereka yang ingin diet karena tidak menggunakan minyak sama sekali. Biasanya ayam, daging, atau ikan mengeluarkan minyak mereka saat dimasak,” ujar Siti, Kamis.
Daging iga pada garang asem sangat empuk, tidak alot sama sekali. Bumbunya pun sangat meresap. Siti mengatakan, daging iga dipresto hingga lunak, baru ditambah bumbu garang asem, selanjutnya dibungkus daun dan dikukus.
Selain garang asem, nikmati juga penganan di tempat ini, seperti babat gongso, lidah gongso, dan nasi gudeg. Nasi gudeng dengan cita rasa agak berbeda dengan gudeg Solo atau Jogja karena tidak terasa begitu manis. Sangat cocok bagi yang tidak suka rasa manis.
Sebagai pelengkap, rasakan segarnya es timun yang bisa menurunkan kolesterol, es krampul alias es teh dengan irisan jeruk, serta wedang uwuh yang pas untuk menghangatkan tubuh pada musim hujan seperti saat ini.
Yani (26), seorang pengunjung, mengaku kerap mampir ke warung garang asem ini saat berbelanja di pasar. ”Kalau tidak dimakan langsung, ya, dibungkus, karena banyak yang suka di rumah. Rasanya enak sekali. Kalau bosan makan garang asem, saya suka nasi gudegnya karena tidak manis. Biasanya saya tidak suka makan gudeg, tetapi di sini suka,” ujar Yani.
Jika Anda ingin menikmati garang asem di Waroeng Garang Asem bersama keluarga, sebaiknya datang ke gerai Waroeng Garang Asem di Jalan Bintaro Utama 9. Di sana tersedia tempat lebih luas dan lebih nyaman serta menu yang lebih banyak. Warung ini juga punya cabang di Taman Jajan yang buka sore hingga malam hari.
Mangkuk tanah liat
Di sekitar Bumi Serpong Damai (BSD), Serpong, Tangerang Selatan, Rumah Makan Dapoer Ngeboel di Jalan Kalimantan, Nusa Loka, juga menyediakan garang asem. Rumah makan bergaya natural-lawas ini tidak menyajikan garang asem dengan daun pisang, tetapi dalam mangkuk tanah liat sama dengan penganan lain.
”Kami tidak memasak garang asem dengan bungkus daun pisang agar lebih praktis,” kata Muginem (65), penanggung jawab dapur rumah makan itu.
Garang Asem Cespleng di sini hanya satu pilihan isi, yaitu ayam. Potongan ayam berenang di antara kuah bening yang bertabur irisan belimbing wuluh dan cabai rawit merah utuh. Hasilnya? ”Kegarangan” yang terukur di tengah cuaca dingin.
Selain garang asem, tempat ini juga menyajikan pilihan menu lain, seperti nasi rawon, nasi goreng magelangan, nasi pecel, dan nasi gudeg.
Jika tidak ingin menyantap makanan berat, pesanlah penganan seperti pisang goreng atau tape goreng yang disajikan di atas piring tanah liat yang dilapisi daun pisang.
Minuman segar, seperti sereh nipis atau asem jawa, bisa dipilih. Ada juga segelas jahe lemon, wedang jahe merah, atau jahe susu. Semua berpadu apik dengan si garang asem.