JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pengemudi angkutan perkotaan kembali memprotes beroperasinya bus-bus PT Transportasi Jakarta atau Transjakarta. Kali ini, sopir angkot M-44 jurusan Kalimalang-Karet mengeluhkan pengoperasian bus transjakarta rute Kampung Melayu-Tanah Abang. Rute itu adalah rute nonkoridor.
Menurut salah seorang pengemudi, Agung Nugroho (53), pengoperasian bus transjakarta sudah dua pekan dan memicu penurunan pendapatan sopir angkot. ”Sebelumnya saya biasa bawa pulang Rp 150.000 per hari, sekarang Rp 70.000-Rp 100.000 per hari,” ujarnya, Senin (12/2), di Jakarta.
Para pengemudi protes pada Senin pukul 09.00-11.30. Caranya, sekitar 150 mobil angkot diparkir di jalan dekat Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, yang membuat kendaraan lain tak bisa memutar balik di bawah jalan layang. Lalu lintas arah Kota Kasablanka ke Kampung Melayu pun macet.
Protes juga membuat bus-bus transjakarta rute Kampung Melayu-Tanah Abang tidak beroperasi. Di sisi lain, lanjut Agung, para pengemudi angkot mengeluh karena bus-bus transjakarta rute Kampung Melayu-Tanah Abang bisa menaikturunkan penumpang di luar halte-halte transjakarta. ”Kalau begitu, sama saja dengan angkot, dong,” katanya.
Sebelumnya, pengemudi angkot M-03, M-09, dan M-11 melancarkan aksi mogok di Tanah Abang akhir bulan lalu. Selain menuntut pembukaan kembali Jalan Jatibaru, mereka juga meminta penghentian operasional bus transjakarta Tanah Abang Explorer karena menurunkan pendapatan mereka.
Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) dari unsur pakar transportasi, Daryati Asrining Rini, mengatakan, protes-protes operator angkutan umum terhadap bus transjakarta menunjukkan mendesaknya penggabungan semua angkutan umum di Jakarta di bawah satu payung pengelolaan.
Dengan begitu, semua angkutan umum untuk rute yang sama mendapat perlakuan serupa sehingga tidak menimbulkan kecemburuan. ”Ini mereka (pengemudi angkot) seolah-olah ditinggalkan. Bus transjakarta, kendaraannya bagus dan tarifnya murah karena subsidi. Mikrolet, kan, tanpa subsidi,” ucap Rini. (JOG)