”Manis” Dodol Kini dan Tahun Lalu
Keluhan sama dari Jaya (42), perajin kue keranjang dan dodol Cap Dewa Dapur Ny Idup di Jalan Sukasari, Kota Tangerang. ”Harga beras ketan melonjak, bukan lagi naik,” ujarnya.
Jika sebelumnya kedua pengusaha kecil itu memproduksi kue keranjang hingga 5 ton (5.000 kilogram), saat ini 1 ton saja. Jika sebelumnya memproduksi hingga tiga hari jelang Imlek, kali ini produksi berhenti sejak dua pekan terakhir. ”Saya memproduksi berdasar insting saja. Hari ini sudah berhenti produksi,” kata Jaya, Jumat (2/2).
Siang itu, di teras depan rumah Tjoan Teh tampak tiga perempuan menyiapkan daun pisang berikut cetakan bulat kue keranjang. Mereka bekerja sejak pagi hingga sore sembari mengobrol, mulai dari kisah sinetron sampai harga kebutuhan pokok yang naik melulu. Pemandangan ini beda dengan tahun-tahun sebelumnya, terutama lima tahun lalu. Saat itu, puluhan perempuan memenuhi teras atau paseban rumah kebaya leluhurnya.
Mahalnya harga beras ketan dan gula pasir juga membuat mereka bingung mematok harga. ”Enggak enak menjual dengan harga mahal kepada pelanggan. Enggak tega,” kata Jaya.
Saat ini harga dua kue keranjang atau 1 kg Rp 45.000. Jelang Imlek sebelumnya, Jaya menjual Rp 27.000 per kg. Harga dodol lapis Rp 65.000 per kg berisi empat biji.
Jadi tradisi
Usaha rumahan dodol dan kue keranjang adalah bagian tradisi tahunan sejumlah perajin menjelang Imlek. ”Sejak kecil saya sudah membantu Ibu. Pesanan pelanggan selalu datang. Kalau tidak buat dodol dan kue keranjang, rasanya ada yang kurang,” urai Jaya.
Ia meneruskan usaha musiman orangtuanya meski harus memulai dari awal lagi. Itu terjadi karena pascakerusuhan Mei 1998, semua pelanggan dodol dan kue keranjang orangtuanya menghilang.
Bersama istri dan anak-anaknya, Jaya mencari pelanggan baru. Awalnya, ia memulai usahanya memproduksi 200 kg kue keranjang dan dodol. Usahanya terus berkembang dan pada 2009 ia bisa memproduksi kue keranjang dan dodol 2.000 kg atau 2 ton. Tahun 2010 menjadi 2.500 kg. Puncaknya tahun 2015 ketika ia meningkatkan produksi hingga 5.000 kg. Namun, tahun ini hanya memproduksi 1.000 kg.
Selain di wilayah Kota Tangerang, Jaya juga memasarkan kue keranjang dan dodol ke Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi.
Dodol dan kue keranjang dibuat menggunakan beras ketan dan gula putih dengan perbandingan satu banding satu. Jika menggunakan beras ketan dan gula masing-masing 1.000 kg, berarti kue keranjang dan dodol yang dihasilkan sekitar 2.000 kg.
Proses pembuatan kedua jenis kue itu bisa berlangsung sekitar 8-15 jam. Prosesnya melelahkan.
Bagi Jaya, memproduksi kue keranjang dan dodol itu untuk mempertahankan resep turun- temurun dan tradisi. Dulu, hampir setiap keluarga keturunan Tionghoa membuat kue keranjang dan dodol untuk kebutuhan sendiri pada saat Imlek. ”Semua orang keturunan juga melakukan itu. Sekarang orang tinggal beli saja,” katanya.
Lima tahun lalu, banjirnya pesanan ditambah harga bahan baku yang terjangkau membuat Jaya dan Teh memproduksi dodol dan kue keranjang hingga tiga hari menjelang Imlek. Tahun
ini, ia mengalah pada lonjakan harga.
Kesibukan di dapur yang panas dan melelahkan hanya sampai dua minggu sebelum Imlek. Itu pun masih harus mengurangi jumlah produksi setiap hari.
Selamat menyambut Imlek.