Proses cetak KTP elektornik belum lancar. Ganjalan tersebut berupa habisnya tinta hingga terbatasnya fasilitas untuk perekaman data. Ada daerah yang proses rekam data KTP elektonik hanya bisa dilakukan di kecamatan.
BOGOR, KOMPAS — Hampir satu bulan ini Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil atau Disdukcapil Kota Bogor tak melayani pencetakan kartu tanda penduduk elektronik. Penyebabnya, tinta untuk mencetaknya habis.
”Kami kehabisan tinta cetaknya. Dana untuk membeli tinta sudah dialokasikan Rp 500 juta. Namun, kami belum bisa membelinya karena pusat belum mengeluarkan e-katalognya. Kan, kami tak bisa beli di pasar bebas, misalnya beli eceran di Pasar Warung Jambu. Itu tidak bisa,” kata Kepala Seksi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Mugi Lastono, Sabtu (3/3).
Mugi menjelaskan, untuk menghilangkan penggelembungan harga, pusat memutuskan pembelian barang untuk keperluan KTP-el harus di perusahaan atau distributor yang ada di daftar e-katalog yang dikeluarkan pusat. Barang-barang yang sudah masuk e-katalog itu dipastikan juga tidak beredar di pasaran.
”Kami belum tahu kapan e-katalognya keluar. Saya pikir, Februari lalu sudah dikeluarkan, ternyata Maret ini belum juga. Mungkin pertengahan Maret atau April keluar. Problem pencetakan KTP-el di lapangan selalu ini, blangko atau tinta habis,” kata Mugi.
Sabtu lalu, Dinas Dukcapil ikut pameran di halaman Balai Kota Bogor. banyak pengunjung yang menanyakan lamanya proses pembuatan KTP-el.
”Masyarakat masih kurang paham bahwa pengadaan blangko dan tinta sangat bergantung pada pusat. Begitu juga proses penunggalan data. Setelah perekaman dan pencetakan suket (surat keterangan), datanya harus dikirim ke pusat untuk dimanunggalkan. Setelah clear, baru dikirim kembali kepada kami sebagai data pemohon dengan status siap cetak atau print ready record (PRR). Kalau data PRP sudah turun, blangko serta tintanya ada, KTP-el dua hingga tiga menit jadi,” tutur Mugi.
Berdasarkan data akhir Desember 2017, sisa blangko yang tersedia 27.005 lembar. Adapun data PRR 2.239 dan data SFE (sent for enrollment/masih menunggu verifikasi) 29.326 orang.
Saat pameran di balai kota, banyak pula pengunjung yang menanyakan keabsahan dan keakuratan nomor induk kartu keluarga dan penduduknya yang dikeluarkan Disdukcapi. Sebab, mereka gagal menggunakan nomor induk tersebut untuk registrasi nomor telepon seluler.
”Tentu saja KK dan KTP yang kami terbitkan benar dan sah. Kalau gagal registrasi HP, itu persoalannya disinkronisasi dengan data pusat. Jalan keluarnya, kami sarankan mendatangi langsung kantor provider-nya untuk registrasi nomor HP mereka secara manual,” katanya.
Jika di Kota Bogor tersendat, Disdukcapil Kabupaten Bogor tetap melayani pencetakan karena baru mendapat tambahan blangko KTP-el. ”Tiga hari lalu dapat kiriman 30.000 blangko. Stok tinta masih ada. Cukup untuk mencetak sebanyak itu,” kata Kepala Disdukcapil Kabupaten Bogor Oetje Subagdja, Minggu.
Oetje tidak hafal jumlah data PRR yang harus dicetak saat ini. Namun, ia memastikan, stok 30.000 blangko dan tinta yang ada cukup untuk mencetak PRR yang sudah masuk.
Antrean suket
Kepala Disdukcapil Tangerang Selatan Toto Sudarto mengatakan, saat ini proses pencetakan blangko KTP-el masih lama. Hal ini karena disdukcapil masih memproses antrean pencetakan untuk para pemegang suket. Sejumlah pemegang suket hingga kini belum menerima blangko KTP-el.
Para pemegang suket yang ingin memperbarui data pribadi dipersilakan ke kantor kecamatan untuk perekaman data. Saat ini rekam data KTP-el di Tangsel baru bisa dilakukan di tingkat kecamatan. Disdukcapil Tangsel menargetkan, seluruh antrean pencetakan KTP-el bisa diselesaikan tahun ini.