Habis Kebakaran, Terbitlah Pembangunan Tak Terkendali
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·2 menit baca
Bangunan baru mulai terlihat di antara sisa-sisa reruntuhan bangunan bekas kebakaran di RW 003 Kelurahan Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat. Kira-kira sebulan lalu, 240 bangunan di tujuh RT hangus setelah 3,5 jam dilalap api. Kini, warga yang kehilangan rumah dan harta bendanya itu mulai membangun rumahnya.
Ruli Efendi (38), Kamis (8/3), mengecek pembangunan rumahnya di RT 007 RW 003 Krukut, Jakarta Barat. Fondasi rumah berukuran sekitar 3 meter x 4 meter itu mulai terlihat. Petugas bangunan menata batu bata yang dilapisi cairan semen untuk membuat dinding. Setelah dua pekan tinggal di pengungsian, Ruli mulai bersiasat membangun ulang rumahnya. Ia mendapatkan beberapa bantuan material seperti semen dari partai politik maupun komunitas. “Dulu, rumah saya dua lantai. Yang lantai bawah saja bagus, atasnya dari bahan tripleks dan kayu sehingga mudah terbakar.”
Saat kebakaran, rumah dan seluruh harta benda Ruli terbakar. Hanya surat dan dokumen penting yang selamat. Jika ditotal, kerugian akibat kebakaran mencapai Rp 70 juta.
Di sudut lain, masih di wilayah yang sama, bangunan lain juga mulai berdiri. Namun, pembangunan ulang permukiman usai kebakaran itu cenderung tak terkendali. Jumroh (55), misalnya, mengeluh lantaran tetangganya membangun rumah melebihi ukuran sebenarnya. Rumah tetangganya terlalu menjorok ke depan dan memakan jalan lingkungan. Padahal, jalan lingkungan di sekitar Kelurahan Krukut sudah sempit yakni 50-100 sentimeter saja. Saat jalan berpapasan, dua orang akan bersenggolan.
Ketua RT 011 RW 003 Kelurahan Krukut, Suwardi, mengatakan, ada warga yang menaikkan lantai bangunannya. Hal itu dilakukan karena rata-rata rumah dihuni lebih dari 1 keluarga. Satu pintu rumah, bisa dipakai untuk tiga kepala keluarga. Sebagian warga juga mengontrakkan sisa kamar. Satu kamar bisa disewakan mulai Rp 500.000 per bulan.
Peningkatan lantai bangunan itu rata-rata tidak tertib aturan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Menurut warga, sesekali, lurah hanya menyurvei lokasi yang dibangun. Lurah akan memperingatkan ketika bangunan terlalu menjorok ke depan.
Ruli Efendi berharap, pembangunan rumah ini diikuti dengan ketertiban pengaturan listrik di rumah-rumah warga. Pada saat pembangunan seharusnya diikuti penataan dan penertiban instalasi listrik. Jangan sampai, setelah rumah jadi, instalasi listrik seperti benang kusut sehingga rawan korsleting.