Mendorong Cerobong Kereta Api
Keberadaan angkutan kereta api memberikan efek bergulir (multiplier effects). Sayangnya, kereta api di Indonesia belum optimal. Angkutan kereta api yang tengah dibangun saat ini perlu didukung agar bisa memberikan manfaat yang lebih luas lagi.
Ketua Umum Masyarakat Perkeretaapian Indonesia Hermanto Dwiatmoko, Selasa (22/3/2018), mengatakan, investasi Rp 1 miliar di infrastruktur perkeretaapian bisa memberikan peningkatan ekonomi Rp 1,63 miliar, pendapatan untuk masyarakat Rp 362,5 juta, dan kesempatan kerja untuk 9.556 orang.
Kereta api juga bisa mengangkut lebih banyak penumpang dan barang. Dari sisi penggunaan bahan bakar, kereta api lebih efisien sekaligus menekan emisi.
Efisiensi juga didapatkan dari area yang dibutuhkan untuk perjalanan kereta api. Adapun penambahan kendaraan dipastikan menuntut ruang yang kian besar untuk kendaraan.
”Konsep public service obligation (PSO) sebenarnya untuk mendukung perpindahan mobilitas orang dari jalan raya ke kereta api. Dana yang diberikan pemerintah ke operator kereta api ini merupakan konversi penghematan biaya seperti perbaikan jalan, subsidi bahan bakar minyak, dan polusi,” tuturnya di sela-sela Indonesia Railway Conference 2018 di JIExpo.
Ia berharap, PSO juga diterapkan pemerintah pusat dan daerah untuk kereta perkotaan yang saat ini tengah dibangun.
Masih rendah
Saat ini, peran angkutan kereta api masih amat rendah. Tahun 2000, angkutan kereta api memberikan kontribusi 0,05 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2000. Tahun 2015, kontribusi angkutan kereta api malah turun menjadi 0,03 persen dari PDB.
Tahun 2015, biaya logistik di Indonesia menyedot 26,4 persen PDB atau sekitar Rp 1.820 triliun yang terdiri dari biaya transportasi Rp 1.092 triliun, biaya penyimpanan Rp 546 triliun, dan biaya administrasi Rp 182 triliun. Angka ini masih amat tinggi lantaran biaya angkutan barang yang belum efisien.
”Tahun 2019, Presiden Joko Widodo menargetkan biaya logistik kita 18 persen PDB. Solusi untuk menekan biaya logistik adalah program tol laut, pembenahan pelabuhan, dan keterhubungan dengan wilayah,” kata Hermanto.
Dari sisi angkutan penumpang, kereta api hanya berkontribusi 7,32 persen. Angka ini jauh di bawah angkutan jalan yang mencapai 84,13 persen.
Untuk angkutan barang, peran kereta api hanya 0,67 persen. Adapun transportasi jalan untuk angkutan barang bisa mencapai 91,25 persen.
Indeks pengangkutan logistik di Indonesia pada tahun 2016 juga masih berada di posisi ke-63 negara-negara di dunia.
Hermanto mengatakan, pengalihan pengangkutan peti kemas sebanyak 1 juta TEUs setahun dari jalan ke kereta api bisa menghemat Rp 3,5 triliun biaya logistik.
LRT jaring penumpang
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Satya Heragandhi mengatakan, Jakpro tengah membangun satu rute, yakni Kelapa Gading-Velodrom. Rute ini ditargetkan beroperasi bulan Juli atau Agustus ini. Rute ini didedikasikan untuk menyambut Asian Games di Jakarta.
Sementara fase 2 menjadi kelanjutan dari fase 1, dengan rute Velodrom-Dukuh Atas-Tanah Abang. Fase 2 tengah dalam proses feasibility study. Apabila rute di fase 2 selesai, akan terhubung simpul kegiatan, yakni Kelapa Gading-Dukuh Atas-Tanah Abang.
”Penumpang rute Velodrom-Kelapa Gading kami prediksi sekitar 20.000 orang per hari. Jika Dukuh Atas sudah beroperasi, penumpang LRT (kereta ringan) bisa mencapai 170.000 orang,” ujar Satya.
Selain itu, di area depo LRT di Kelapa Gading, juga direncanakan ada bangunan bertingkat untuk berbagai keperluan, seperti perumahan, kantor, dan toko.
Adapun Velodrom akan menjadi stasiun transit antarmoda LRT dan bus transjakarta.
Siapkan fase 2
Perpanjangan rute juga tengah disiapkan PT MRT Jakarta. Sembari menyelesaikan rute Lebak Bulus-Bundaran HI, badan usaha milik daerah (BUMD) ini juga menyiapkan perjanjian pendanaan dengan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) dan peletakan batu pertama untuk rute Bundaran HI-Kampung Bandan.
”Loan agreement (perjanjian pendanaan) dengan JICA akan ditandatangani bulan Mei, sedangkan ground breaking (peletakan batu pertama) fase 2 dilakukan akhir tahun ini,” kata Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Agung Wicaksono, Kamis.
Jalur angkutan massal cepat (MRT) di fase 2 menurut rencana akan melewati Jalan Gajah Mada. Terowongan rel kereta tidak dibuat bersisian seperti di jalur bawah tanah antara Bundaran Senayan-Bundaran HI. Di rute lanjutan ini, terowongan kereta akan dibangun atas-bawah, masing-masing untuk satu jalur kereta.
”Ini untuk menyiasati ruang yang sempit,” katanya.
Ia juga optimistis, kehadiran moda angkutan modern ini akan membentuk mobilitas baru masyarakat, yakni memakai angkutan umum yang terkoneksi, seperti kereta api perkotaan, bus, dan berjalan kaki.
Atasi kendala
Sementara proyek pembangunan LRT Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek) yang merupakan proyek pemerintah pusat terus dilakukan.
Head of LRT Engineering Division PT Adhi Karya Isman Widodo mengatakan, progres fase 1 LRT yang dibangun PT Adhi Karya mencapai 34,5 persen. LRT ini dikenal dengan sebutan LRT pemerintah pusat.
Fase 1 meliputi rute Cawang-Cibubur (57,55 persen), Cawang-Dukuh Atas (18,216 persen), dan Cawang-Bekasi Timur (29,58 persen).
Isman mengakui, ada banyak tantangan dalam pembangunan LRT, antara lain kondisi lapangan yang sudah ada saat ini. Sejumlah jalur LRT layang berada di atas proyek-proyek lain. Di Cawang, misalnya, jalur rel LRT berdiri di atas gardu SUTET dan jalan layang Cawang yang berlapis-lapis.
Dari sisi waktu, pembangunan LRT fase 1 tergolong pendek. Pembangunan LRT sepanjang 44 kilometer ini ditetapkan akhir tahun 2015 dan pembangunan dimulai tahun 2016. Adapun target operasional LRT adalah tahun 2019.