JAKARTA, KOMPAS - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kamis (22/3), mengungkapkan sejumlah solusi untuk sungai dan danau atau situ yang tercemar. Pemaparan sejumlah temuan itu dirangkai dalam diskusi publik terkait peringatan Hari Air Sedunia yang tahun ini bertema “Nature for Water.”
Sejumlah pembicara turut dalam diskusi tersebut, yakni Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI Anto Tri Sugiarto, Hidrogeologis dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Rachmat Fajar Lubis, Peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI Cynthia Henny dan Veny Luvita, Peneliti Pusat Penelitian Metrologi LIPI.
Adapun sejumlah solusi tersebut, di antaranya adalah integrated floating wetland berupa tanaman dalam wadah terapung dengan media tanam seperti ijuk yang ditempatkan di pinggiran atau bagian tengah situ, danau, maupun sungai. Ini dirangkaikan dengan pendekatan berbasis ekosistem seperti penetapan kriteria berupa kategorisasi kualitas air terkait peruntukan.
Sementara Anto, memperkenalkan teknologi nano bubble untuk mengembalikan kualitas air. Teknologi diklaim mampu meningkatkan kadar oksigen dalam air, dan dengan demikian bisa memerbaiki kualitas sedimen dalam danau serta membenahi ekosistem biota air.
Prinsip kerjanya relatif sederhana, yakni dengan memompakan gelembung udara berukuran nano (ukuran <10 -9 (pangkat minus Sembilan) m) secara terus menerus ke dalam kolom air. Perbandingannya adalah gelembung udara konvensional dalam akuarium dengan ukuran (<10-3 (pangkat minus tiga) m).
Adapun Veny mempresentasikan sejumlah teknologi pengolahan air baku, di antaranya electromagnetic water treatment dan advanced oxidation processes guna menghilangkan warna, menghilangkan bau, mengurai senyawa kimia, memengaruhi molekul air, dan mengubah sifat serta memurnikan air.
Ia mengatakan, teknologi tersebut terutama bisa dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan penyedia air minum, seperti PAM Jaya, yang sebagian di antaranya relatif baru melakukan proses pengolahan air secara konvensional