JAKARTA, KOMPAS - Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek akan membangun empat kawasan berorientasi transit tahun ini.
Simpul kawasan berorientasi transit (transit oriented development/TOD) berada di Terminal Poris Plawad, Kota Tangerang; Jatijajar (Depok); Baranangsiang (Bogor); dan perbatasan Lebak Bulus (Tangerang Selatan).
Pada tahap awal, prioritas pembangunan TOD di Terminal Poris Plawad, Kota Tangerang. Pembangunan di Poris Plawad senilai Rp 1,7 triliun tersebut diawali dengan uji publik, Jumat (23/3). Pekan depan, akan dimulai tahap pelelangan. Ditargetkan pembangunan TOD ini akan selesai pada tahun 2020.
“Dalam rencana, setelah lelang, akan dilakukan groundbreaking TOD Poris Plawad pada bulan April mendatang. Selanjutnya, pembangunan fisik akan dimulai. Untuk membangun TOD, kira-kira membutuhkan waktu 2 atau 3 tahun," jelas Kepala BPTJ, Bambang Prihartono kepada wartawan usai uji publik TOD Terminal Poris Plawad di Rumah Makan Batik Kuring, kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Jumat (23/2).
Uji publik ini dihadiri pihak swasta seperti pengembang dan swasta lainnya.
Menurut Bambang, prioritas pembangunan TOD Poris Plawad karena Kota Tangerang merupakan kawasan strategis nasional. Juga, pergerakan orang dari Kota Tangerang ke Jakarta cukup tinggi, sehingga mempengaruhi kepadatan arus lalu-lintas. “Kehadiran angkutan massal merupakan kebutuhan mendesak di Kota Tangerang,” kata Bambang.
Tidak jauh dari Terminal Poris Plawad, terdapat Stasiun Batu Ceper yang disinggahi KRL rute Duri-Tangerang serta KA bandara. Pembangunan TOD Poris Plawad ini, tambah Bambang, akan terintegrasi dengan Stasiun Batu Ceper, yang terletak berseberangan dengan terminal.
Bangunan TOD juga akan terintegrasi dengan proyek lanjutan jalur layang bus transjakarta Tendean-Ciledug. Rencananya, jalur Koridor 13 transjakarta ini akan diteruskan ke Central Business Distrik (CBD) Ciledug.
Menurut Bambang, skema pembiayaan proyek ini adalah bentuk kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) Unsolicited, sehingga pembangunan dan pengoperasian TOD tersebut akan dipegang pihak swasta.
Sementara pemerintah hanya menyiapkan lahan untuk pembangunan proyeknya.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Saeful Rohman mengatakan, Pemerintah Kota Tangerang siap untuk kehadiran TOD.
Menurut Saeful, Kota Tangerang menyediakan lahan seluas 4,9 hektar, termasuk 1,9 hektar untuk pembangunan TOD. Sisa lahan akan dipergunakan Pemerintah Kota Tangerang dalam menunjang kehadiran TOD tersebut.
Saeful juga berharap, lanjutan pembangunan jalur layang bus transjakarta Tendean-Cieldug segera direalisasikan agar transportasi di Kota Tangerang dan sekitarnya, termasuk DKI Jakarta segera terintegrasi.
8 Moda Angkutan
Dalam paparannya pada Uji Publik, Direktur Prasarana BPJT Risal Wasal mengatakan, dalam rencana bangunan TOD Poris Plawad ini terdiri dari empat lapisan, dimana pada lapisan pertama adalah tempat perpindahan transportasi antarmoda. Pada lapisan kedua merupakan area komersial, ketiga perkantoran dan yang paling atas adalah permukiman berbentuk apartemen.
Saat ini, Terminal Poris Plawad merupakan Terminal Tipe A. Dalam rencana, pada saat TOD difungsikan, terdapat delapan moda angkutan umum yang terlayani di tempat ini, yakni angkutan kota, bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), bus transjakarta, bus trans-Tangerang, LRT, kereta bandara, dan KRL Tangerang-Duri.
Selain Terminal Poris Plawad, kata Risal, tiga TOD terminal lainnya juga akan segera dibangun. “Seperti TOD Terminal Poris Plawad, sebelum pembangunan fisik TOD Terminal Jatijajar, Baranangsiang, dan Lebak Bulus akan didahului dengan uji publik, lelang, dan membentuk badan usaha pelayanan,” kata Risal.
Menurut dia, di wilayah Jabodetabek ini, setidaknya 47 kawasan potensial TOD dengan skema pembiayaan KPBU.
“Kenapa TOD harus dibangun? Adanya TOD untuk mengurangi kepadatan kendaraan di jalan raya. Juga kehadiran TOD dapat mengubah mindset masyarakat agar mau beralih dari pemakaian kendaraan pribadi ke transportasi umum,” kata Risal.