Penataan Belum Ramah Lingkungan
Sebanyak 541 pohon dari Jalan Sudirman akan dipindah. Selain itu, 101 pohon lain ditebang. Pohon ditebang karena tidak sesuai dengan pola jalur pedestrian, sudah tua, dan akan ada pekerjaan utilitas di lokasi pohon tersebut. Sebagai pohon pengganti, ada sawo kecik, ketapang kencana, dan tabebuia. Selain dapat menyerap polusi, ketiga jenis pohon itu dipilih karena faktor estetika.
Kepala Bidang Kehutanan Dinas Kehutanan Pertamanan dan Permakaman DKI Jakarta Jaja Suarja mengatakan, hingga Kamis (22/3), 390 pohon telah direlokasi dari Jalan Sudirman. Tanggung jawab pemindahan 541 pohon tersebut berada di dua perusahaan, yaitu PT Mitra Panca Persada (MPP) dan PT Keppel Land Investama.
Kepala Seksi Perencanaan Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Mutiara Ayuputri mengatakan, dari 541 pohon yang akan direlokasi, 530 pohon berasal dari separator lajur lambat-cepat dan 11 pohon berasal dari jalur pejalan kaki.
Mutiara mengatakan, menurut rencana, pohon-pohon dipindahkan ke Taman Bersih Manusiawi Wibawa (BMW) Sunter, RTH-RPTRA (Ruang Terbuka Hijau-Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) Kalijodo, Wisma Atlet Kemayoran, dan lahan kosong Pemda DKI di Jalan Tipar Cakung Cilincing, Jakarta Utara.
Mutiara melanjutkan, saat ini 188 pohon telah selesai ditanam kembali di Taman BMW Sunter dan 10 pohon di RTH Kalijodo. ”Sisanya akan ditanam di Tipar Cakung dan Wisma Atlet,” kata Mutiara.
Lahan pemda di Tipar Cakung di lahan seluas 20.800 meter persegi bisa menampung lebih dari 2.000 pohon, termasuk pindahan dari Sudirman-Thamrin. Jaja menjelaskan, di lahan Tipar Cakung, pohon-pohon pindahan selama dua minggu direbahkan, disiram air, dan diberi pupuk hormon untuk merangsang pertumbuhan bakal akar, Setelah itu baru bisa ditanam kembali.
Gersang
Di Tipar Cakung, hingga Minggu, puluhan batang pohon sepanjang 3-4 meter direbahkan di tanah dalam beberapa barisan. Ada sebagian batang pohon yang direbahkan terpisah, sisanya saling bertumpuk. Ranting-ranting kecil dipisahkan dari batang-batang pohon berdiameter 30-70 cm tersebut.
Ageng Prasetyo dari bagian manajemen konstruksi PT MPP mengatakan, idealnya pohon yang dipindah masih menyisakan 30 persen dahannya. ”Ini agar pohon cepat rimbun kembali,” katanya.
Suhandi (49), pekerja perawatan pohon, mengatakan, penyiraman dilakukan berdasarkan kondisi cuaca. Jika hujan, penyiraman tidak perlu dilakukan. Hujan deras yang sempat terjadi selama beberapa jam pada Minggu siang membuat Suhandi tidak perlu menyirami batang-batang pohon dalam 2-3 hari ke depan.
Pemberian hormon perangsang pertumbuhan akar diberikan setiap dua minggu sekali. Hormon diberikan dengan menyiramkan larutan air di root ball (pangkal akar dan sekitarnya yang masih membawa tanah).
Kondisi tanah di lahan Tipar Cakung tampak tidak layak untuk ditanami pohon. Lebih dari 80 persen tanah di lahan itu gersang dan kering. Material sisa bongkaran bangunan, seperti pecahan beton dan keramik, tersebar di bidang tanah ini. Tanahnya pun padat dan keras. Di beberapa titik, di permukaan tanah tampak seperti bekas lapisan aspal yang sudah rusak.
Pengelola RPTRA Tipar Cakung Wisnu mengatakan, sepengetahuannya, beberapa tahun lalu lahan kosong bekas rawa tersebut digunakan sebagai tempat parkir. ”Dulu rawa-rawa di sini, tetapi kemudian diuruk tanah dan sempat menjadi tempat parkir,” katanya.
Ageng mengatakan, untuk mengatasi kondisi tanah yang buruk itu, akan disiapkan lubang- lubang tanam masing-masing berukuran 60 cm x 60 cm x 1 m. Selain diisi tanah merah, lubang tanam akan dibersihkan dari puing-puing bangunan dan sampah plastik. ”Akan mengganggu pertumbuhan akar pohon,” katanya.
Suhandi optimistis seluruh pohon yang ia rawat saat ini bisa tumbuh kembali. ”Kalau 95 persen bisa hidup kembali, ya, sudah tergolong bagus,” katanya.
Tak boleh direbahkan
Achmad Noerzaman, Presiden Direktur Arkonin, konsultan perancang penataan trotoar Sudirman-Thamrin, Kamis lalu, menjelaskan, ada perubahan formasi atas ruas tersebut. Pada Juli-September 2018 akan ada trotoar Sudirman-Thamrin selebar 9-12 meter. Proyek ini didanai PT MRT Jakarta, Keppel Land, dan PT MPP.
Arsitek lanskap Nirwono Joga menyatakan, penataan ulang tidak perlu sampai memindah pohon. Jalur lambat yang semula terdiri atas dua lajur, satu lajurnya bisa dipergunakan sebagai badan trotoar dan lainnya untuk lajur bus dan sepeda motor. Jalur pemisah yang selama ini hijau dipertahankan. ”Tidak ada aturan baku bahwa trotoar harus berlebar 9 meter,” ujarnya.
Nirwono melanjutkan, di lapangan pohon-pohon berusia 10-20 tahun dengan batang berdiameter 30-40 cm dipangkas habis daun dan batangnya, akar hanya disisakan bonggol kecil berdiameter kurang dari 50 cm. Idealnya saat memindah pohon, benang-benang akar tidak boleh habis supaya di tempat baru bisa berpeluang besar untuk pulih dan tumbuh kembali serta batang pohon tidak boleh rebah.
”Setiap kali ada pemindahan pohon, rata-rata 30-40 persen dari total pohon yang dipindah pasti mati,” ujar Nirwono.
Selain itu, pohon-pohon lama sudah membentuk hidup dan ekosistemnya sendiri. ”Nilai ekologi pohon itu besar, kenapa harus dipindah atau digeser?” katanya.
Dodi Nandika, arboris dari Insititut Pertanian Bogor (IPB), menambahkan, pemindahan, penanaman, dan perawatan pohon sebaiknya berpegang pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2012. Ada aturan soal jenis pohon yang bisa ditanam di tepi jalan besar, median jalan, dan di simpang susun. Selain itu, juga sudah diberi contoh pohon yang bisa ditanam sesuai kepentingan.
Cuma pelengkap
Nirwono menilai, jalur hijau di trotoar baru Sudirman-Thamrin mengkhawatirkan. Pohon masih dinilai sebagai pelengkap saja. Apalagi, pohon-pohon baru yang akan ditanam berdiameter 10-12 cm, butuh lima-enam tahun sampai batang berdiameter 20 cm. Pohon tidak maksimal berfungsi sebagai penyerap polusi udara, peredam kebisingan, dan peneduh karena baru akan berfungsi lima tahun ke depan.
”Pohon-pohon lama yang berdiameter besar harusnya ditanam kembali di trotoar baru karena di Jakarta sulit dapat stok pohon besar. Kalau tidak, jalur hijau Sudirman-Thamrin akan tambal sulam. Konsultan dan DKI baru sebatas bicara penataan trotoar dari aspek konstruksi, tidak ramah lingkungan,” ujar Nirwono. (HLN/DD17)