”Kami belum tahu pasti luas areanya. Namun, kami sudah menyiapkan 10.000-an bibit mangrove jenis bakau,” ucap Ketua Komunitas Mangrove Muara Angke (Komma), Risnandar, Senin (26/3), di Ecomarine Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan. Kemarin, staf pengelola kawasan mangrove memotong-motong batang bambu untuk dijadikan ajir (penyangga) bibit mangrove saat ditanam nanti. Bibit tersedia dengan dana tanggung jawab sosial PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan Muara Karang.
Risnandar mengapresiasi Pemerintah Provinsi DKI yang tanggap terhadap laporan tumpukan sampah di depan Ecomarine Muara Angke. Namun, ia meminta Pemprov DKI juga menyediakan pemecah gelombang di laut untuk melindungi bibit-bibit mangrove. ”Mangrove baru bisa mandiri setelah berusia dua tahun,” ujarnya.
Sebelumnya, tumpukan sampah anorganik yang tergolong limbah rumah tangga itu membentuk semacam daratan di depan kawasan mangrove. Sampah yang kebanyakan berupa plastik kemasan itu ”berlabuh” di sana sejak Februari. DKI mulai melakukan pembersihan pada Sabtu (17/3).
Pembersihan itu melibatkan pekerja harian lepas (PHL) Suku Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kepulauan Seribu, Sudin LH dan Kebersihan Jakarta Utara, Unit Pelaksana Kebersihan Badan Air Dinas LH dan Kebersihan DKI, penanganan prasarana dan sarana umum, serta dibantu anggota TNI. Pada Minggu (18/3), personel pembersihan mencapai 465 orang, terbanyak dalam sepekan kemarin.
Selain itu, pembersihan juga memanfaatkan dua alat berat dan empat kapal fiber. Sampah diangkut dulu ke Pelabuhan Kaliadem, lalu baru diangkut truk ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantargebang, Bekasi. Truk tidak bisa langsung ke Ecomarine Muara Angke karena akses ke kawasan itu hanya gang sempit antarrumah di permukiman kumuh.
Cuaca dan perilaku
”Sampah anorganik kami pungut, sedangkan sampah organik tidak bermasalah karena bermanfaat untuk media penanaman mangrove,” kata Kepala Sudin LH dan Kebersihan Kepulauan Seribu Yusen Hardiman.
Hingga Minggu (25/3), 133 ton sampah terangkut ke TPST Bantargebang, Bekasi.
Yusen mengatakan, terkumpulnya sampah di depan Ecomarine Muara Angke dipicu embusan kuat angin muson Asia dari barat ke timur, penanda musim hujan. Sampah diduga berasal dari pesisir sebelah barat DKI. Pada sisi lain, upaya pembersihan rutin terkendala juga karena faktor cuaca, mengingat pembersihan pesisir butuh dilakukan dengan perahu motor.
Didin Rasidin (40), PHL dinas LH dan kebersihan, mengatakan, libur PHL yang terlibat pembersihan sampah berton-ton itu ditunda untuk mempercepat pengerjaan. Contohnya, Didin semestinya libur Rabu (21/3), tetapi ia tetap bekerja. Libur diganti pada Selasa (27/3) ini.
Pembersihan sudah usai. Namun, pekerja Sudin LH-Kebersihan Kepulauan Seribu selanjutnya, kata Yusen, rutin berpatroli mencegah sampah menumpuk lagi. ”Kata kuncinya, warga jangan buang sampah sembarangan, juga ke kali,” ucapnya.
Pemprov kini fokus melakukan pemadatan lumpur untuk penanaman mangrove pekan depan. Menurut Risnandar, komunitasnya, sejak 2008, sudah mengoordinasikan penanaman mangrove di area seluas 1,5 hektar, dengan total sekitar 27.000 pohon. Jenis mangrove yang akan ditanam adalah bakau, pidada, api-api, dan nipah. (JOG)