Uji Coba Ganjil Genap di Tol Tangerang, Depok, Bogor Masih Dikaji
Oleh
AMANDA PUTRI NUGRAHANTI
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek masih mengkaji rencana pelaksanaan uji coba pembatasan kendaraan dengan sistem ganjil genap di tol Tangerang, Bogor dan Depok, menyusul pelaksanaan uji coba di Bekasi beberapa waktu lalu. Beberapa hal yang harus dipersiapkan antara lain penyediaan angkutan pengganti dan lahan parkir.
Kepala Humas Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Budi Rahardjo, Senin (2/4), mengatakan, setelah uji coba ganjil genap di pintu tol Cikampek yakni pintu Bekasi Barat dan Bekasi Timur, pembatasan kendaraan serupa akan diterapkan juga di ruas tol yang lain, yaitu Tangerang, Depok dan Bogor.
“Kami belum dapat memastikan kapan uji coba ganjil genap di ruas tol yang lain akan dilaksanakan, karena saat ini masih dalam proses penghitungan oleh semua pihak, termasuk Jasa Marga,” ujar Budi.
Ia menjelaskan, pengkajian dilakukan untuk melihat pengaturan ganjil genap dapat diterapkan sejauh mana, termasuk melihat pintu tol yang layak untuk diterapkan aturan ini. Pintu tol yang akan diberlakukan ganjil genap hanya pintu tol yang menjadi titik penumpukan kendaraan.
Di Bekasi, pintu tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur yang paling sering macet, sehingga pada lokasi itu diberlakukan aturan ganjil genap.
“Hal ini dimaksudkan, pertama, untuk membuat orang beralih pintu tol, agar tidak menumpuk di satu titik. Kemudian, yang kedua, di pintu-pintu tol yang padat itu nantinya akan disediakan angkutan alternatif pengganti kendaraan pribadi, sehingga pengguna kendaraan pribadi beralih ke angkutan alternatif tersebut,” ungkap Budi.
Penyiapan angkutan alternatif ini, menurut Budi, merupakan salah satu hal yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan uji coba ganjil genap, agar dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan masalah baru. Angkutan alternatif yang diperlukan adalah angkutan premium seperti yang sudah ada di Bekasi.
Angkutan umum
Saat ini, di Tangerang, Depok dan Bogor sudah ada angkutan Transjabodetabek yang merupakan angkutan reguler. Di beberapa lokasi seperti BSD City, Serpong, dan Summarecon Serpong juga sudah tersedia JR (Jabodetabek Residence) Connection, angkutan perumahan yang menghubungkan titik perumahan dengan beberapa titik di Jakarta.
Namun, hal itu masih belum cukup. Masih dibutuhkan angkutan premium yang dapat menarik minat para pengguna kendaraan pribadi (mobil) untuk beralih menggunakan angkutan umum.
Untuk itu, selain ketersediaan angkutan alternatif, hal lain yang dibutuhkan adalah ketersediaan lahan parkir (park and ride). Dengan begitu, pengguna kendaraan pribadi dengan mudah memarkirkan kendaraan mereka dan beralih menggunakan angkutan premium.
Djoko Setijowarno dari Masyarakat Transportasi Indonesia, menyebutkan, banyaknya warga Jabodetabek yang memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum merupakan hasil dari kesalahan masa lalu. Pengembang yang membangun perumahan tidak diwajibkan menyediakan sarana angkutan umum. Akibatnya, sebagian besar penghuni perumahan itu memilih membawa kendaraan pribadi dan melalui jalan tol.
Padahal, banyak warga sebenarnya akan memilih menggunakan kendaraan umum ketika transportasi massal dapat memberikan pelayanan yang baik.
Hal ini terlihat saat terjadi pembenahan kereta listrik pada tahun 2013. Meskipun pada awalnya banyak ditolak, tetapi akhirnya banyak pengguna kendaraan pribadi yang beralih.
Oleh karena itu, pilihan revitalisasi angkutan umum di wilayah Bodetabek mutlak harus segera dilakukan agar kemacetan dapat semakin berkurang.