Menyibak Angkasa Mengejar Bintang
Lalu, pengunjung digiring memasuki ruang Astromitologi. Membaca poster dan penjelasan singkat mitologi dari sejumlah daerah di Indonesia. Ternyata, sejumlah wilayah di Indonesia memiliki mitologi yang berkaitan dengan benda-benda langit.
Manamakeri dan Bintang Kejora dari Biak Numfor, Papua, misalnya, menceritakan tentang seorang laki-laki yang badannya penuh dengan kudis atau kurap dan terusir dari kampungnya. Di sebuah kampung baru, ia bertemu dengan sang bintang pagi, bintang kejora yang merupakan representasi dari Planet Venus.
Ada pula legenda gubuk penceng dari Jawa Tengah; Hala Na Godang dari Batak, Sumatera Utara; dan kisah mitologi lain.
Kisah-kisah itu menyadarkan bahwa pengamatan benda langit sudah dilakukan oleh nenek moyang bangsa Indonesia sejak berabad-abad silam. Hasil pengamatan mewujud dalam kisah yang dituturkan dari generasi ke generasi. Ada persamaan dalam setiap cerita. Pengetahuan tentang benda angkasa itu membantu dalam menentukan siklus waktu juga arah, seperti dipraktikkan pelaut Nusantara pada masa lampau.
Menjelajah ruang demi ruang di Skyworld, makin banyak informasi tentang jagat raya lewat foto-foto ilustrasi dilengkapi penjelasan fenomena-fenomena alam semesta, seperti lubang hitam, supernova, meteor, hingga lintang kemukus atau komet.
Tak hanya penjelasan, Skyworld juga melengkapi paket edukasi wisata itu dengan simulasi penerbangan roket, ruang kendali misi roket, replika satelit, hingga diorama Planet Mars. Untuk akurasi informasi pada wahana-wahana itu, pengelola bekerja sama dengan Bosscha Observatory Bandung dan Institut Teknologi Bandung.
Cobalah sejenak mengistirahatkan kaki sembari menyimak tayangan film asal muasal terjadinya jagat raya, termasuk Bumi. Melihat film ini menjadikan kita paham bahwa Bumi hanya setitik debu dibandingkan luasnya jagat raya ini.
Manusia hidup di Planet Bumi yang berada di tata surya dengan Matahari sebagai pusatnya. Selain Bumi, ada 7 planet lain di tata surya ini yang menyatu dengan tata surya lain di Galaksi Bima Sakti. Bima Sakti sendiri adalah satu dari tebaran galaksi lain di jagat raya. Entah seberapa luasnya jagat raya ini. Yang pasti, manusia baru bisa menjejakkan kakinya di Bulan, satelit Bumi. Di sistem tata suryanya sendiri pun manusia baru sekadar bisa mengamati bintang pusat hidupnya, yaitu Matahari, dan beberapa planet, seperti Mars dan Venus, melalui pesawat tanpa awak. Pengamatan lain dilakukan dengan peneropongan selama bertahun-tahun.
Rasakan sensasi menjejakkan kaki di permukaan Bulan di ruang khusus yang berisi replika pesawat ruang angkasa milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), lembaga Pemerintah AS yang bertanggung jawab atas program luar angkasa dan penelitian luar angkasa jangka panjang. Di ruangan ini ada pemutaran film yang salah satu adegannya adalah saat Neil Armstrong dan Buzz Aldrin menjadi manusia pertama yang menjejakkan kaki di Bulan.
Seusai puas berkeliling museum, pengunjung bisa menikmati sensasi menonton teater bintang selama 30 menit. Setiap hari, pertunjukan di planetarium Skyworld digelar selama lima kali, yaitu pukul 09.30, 11.00, 12.30, 14.00, dan 16.00. Khusus pada Jumat, pertunjukan pada pukul 12.30 ditiadakan.
Di ruangan planetarium itu pengunjung bisa mengenal lebih dekat planet- planet dalam Galaksi Bimasakti. Pengunjung juga akan diputarkan film sesuai dengan segmentasi usia. Ali Muhammad (28), edukator di Planetarium Skyworld, mengatakan, ada beberapa film simulasi yang diputar dalam ruangan berbentuk kubah itu. Ada film tentang pembentukan bintang, tata surya, Matahari, dan perjalanan manusia menuju Bulan.
Sinema 5D, perang laser
Petualangan di Skyworld belum berakhir, lho. Mari masuk ke ruang sinema 5 dimensi. Pasang kacamata, pilih tempat duduk, dan jangan lupa pakai sabuk pengaman.
Siap-siaplah diterpa angin kencang, tepercik air, juga kaki yang terasa menyentuh rumput liar sembari diri melaju superkencang di rel panjang berliku. Jurang tak berdasar, perut Bumi, dan tempat-tempat lain semua diterjang. Tak usah sungkan menjerit, ledakkan tawa. Saat akhirnya usai, semua terasa ringan dan bahagia.
Menambah membayar Rp 35.000 per orang, seru-seruan berlanjut di wahana perang laser. Di ruangan gelap, semua gambar penuh warna berpendar. Arahkan tembakan lasermu ke teman, pacar, suami, atau anak yang dalam beberapa menit ke depan menjadi musuhmu. Yang paling lihai bersembunyi, mengintai, dan menembak dengan tepat bakal muncul sebagai pemenang. Berlari, menelusup di antara papan gambar berpendar, berteriak. Tertawa-tawa lepas. Terasa lega dan puas.
Untuk sejenak bersantai seusai berpeluh mengelilingi Skyworld, ada fasilitas lain yang bisa dinikmati, seperti kolam renang untuk anak-anak. Ada pula toko cendera mata yang menjual pernak-pernik bertema petualangan antariksa di area bagian belakang. Ruangan untuk beristirahat dan makan siang untuk rombongan besar, seperti pelajar, pun cukup luas.
”Kami memiliki area seluas 20.000 meter persegi. Pangsa pasar kami terutama adalah rombongan dari sekolah-sekolah, baik dari Jabodetabek maupun luar kota,” kata Adenia Agustin dari Marketing Communication Skyworld TMII.
Vivi (36), orangtua yang sedang mendampingi anaknya berwisata di Skyworld TMII, mengatakan, anaknya yang masih berusia enam tahun sangat senang berkeliling ke area Skyworld. Apalagi saat menonton teater bintang. Anaknya antusias melihat dan bertanya tentang dunia antariksa.
”Bagus sekali, anak-anak senang sekali bermain di sini, bisa melihat roket, satelit, astronot, dan planet-planet. Kalau enggak diajak rombongan sekolah, lain kali bisa kembali lagi bersama keluarga,” kata Vivi.
Planetarium TIM
Mengenal benda angkasa pun bisa dilakukan di ruangan teater bintang Taman Ismail Marzuki (TIM). Ruangan itu seketika gelap saat lampu dimatikan, Jumat (6/4) siang. Tiba-tiba, ribuan bintang berkerlip memenuhi kubah planetarium yang melengkung. Diiringi lantunan musik klasik musik latar film Star Wars, penonton diajak terbang menjelajahi luar angkasa.
”Ini adalah pemandangan bintang di langit Jakarta pada pukul 19.30, ketika seluruh lampu penerangan kota kita matikan,” ujar narator melalui pengeras suara.
Penonton pun riuh bertepuk tangan menyambut pemandangan langit malam cantik yang bertabur bintang itu. Mereka berdecak kagum sembari memekik ”Whoaaaaaaa….” Narator lalu menunjuk gugusan bintang yang berbentuk seperti salib, anjing, ular, kambing, dan lainnya dengan cahaya laser merah. Tiba-tiba, di gugusan bintang yang ditunjuk itu muncul gambar- gambar yang sudah banyak dikenal dalam dunia astrologi. Ada rasi bintang yang muncul pada malam hari. Ada pula yang muncul pada dini hari menjelang pagi, seperti Capricorn, Aquarius, dan Libra. Nama-nama rasi bintang itu diambil dari mitologi dewa-dewa Yunani.
Seusai dijelaskan tentang rasi bintang, pengunjung diajak menjelajahi lebih dalam dunia luar angkasa yang gelap. Narator memberikan penjelasan tentang Matahari dan planet-planet yang berputar mengelilinginya. Ada Planet Merkurius, Venus, Bumi si planet biru tempat tinggal manusia, hingga planet kerdil Pluto.
Pada Selasa-Jumat, Planetarium memutar dua kali pertunjukan, yaitu pukul 09.30 dan 13.30. Adapun pada Sabtu, Minggu, dan hari besar, digelar tiga kali pertunjukan, yaitu pada pukul 09.00, 12.00, dan 15.00. Ruangan teater bintang bisa menampung hingga 350 pengunjung sekali pertunjukan.
Namun, siap saja untuk mengantre tiket lebih awal karena sering kali tiket cepat ludes terjual. Mila Izzatul Ikhsanti, narasumber astronomi dari Planetarium TIM, mengatakan, khusus untuk tiket rombongan, hingga Juli, tiket teater bintang sudah penuh dipesan.
Selain melihat pertunjukan teater bintang selama 45 menit, pengunjung bisa mengunjungi museum kecil. Museum itu berisi penjelasan tentang asal muasal bintang dan alam semesta. Ada pula peralatan-peralatan zaman dulu, seperti astrolabe yang dipakai untuk mengamati ukuran benda-benda langit.
Komunitas pencinta astronomi pun bisa berkunjung pada malam hari untuk mengamati bintang melalui teropong. Khusus untuk pengamatan bintang pada malam hari, tidak dibuka setiap hari. Pengelola Planetarium akan mengumumkan melalui laman resmi mereka jadwal teropong dibuka untuk umum.
Mau di TIM atau TMII, hasrat menyibak angkasa mengejar bintang terpuaskan. (NEL)