JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 40 laptop hilang dicuri dari Madrasah Tsanawiyah Al-falah, Penjaringan, Jakarta Utara. Padahal, laptop itu dipersiapkan untuk ujian nasional berbasis komputer yang digelar dua minggu lagi.
Bendahara Madrasah Tsanawiyah Al-falah Mohammad Umar mengatakan, laptop ini dilaporkan hilang oleh penjaga sekolah kepada pengajar pada Senin (9/4/2018) petang sekitar pukul 18.40. Laboratorium komputer yang berada di lantai tiga itu dijaga.
Umar mengatakan, pintu laboratorium itu dikunci dengan gembok. Tangga satu-satunya menuju lantai tiga pun dikunci dengan gembok. Penjaga sekolah berada di lantai dasar.
Namun, situasi sekolah pada saat itu cenderung sepi. Umar mengatakan, kegiatan belajar-mengajar lebih singkat pada hari itu, pukul 11.00. Sebab, siswa kelas IX mengikuti ujian sekolah berstandar nasional (USBN).
”Jadi ada jeda waktu Ashar, sekitar pukul 12.00, sampai dengan Maghrib,” kata Umar ketika ditemui di tempat kejadian, Selasa (10/4) siang.
Lokasi madrasah yang terletak di gang sempit dan di depan sebuah masjid yang ramai, kata Umar, seharusnya mempersulit gerak pencuri. ”Mungkin sudah diincar dari awal,” kata Umar.
Umar menjelaskan, 35 dari 40 laptop adalah milik siswa, sementara sisanya milik guru. Laptop yang berada di laboratorium komputer sekolah tersebut digunakan untuk mengerjakan berbagai ujian akhir kelas IX.
”Hanya 35 dari 109 siswa tingkat akhir yang memiliki laptop. Jadi rencananya siswa akan dibagi dalam tiga sesi untuk mengerjakan UNBK,” kata Umar.
Terkait hal itu, Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-falah Chandra mengatakan, pihaknya akan mengundang orangtua dari siswa kelas IX untuk memberikan informasi yang jelas. ”Kami akan menyampaikan informasi dan menjelaskan kepada orangtua murid terkait kejadian tersebut,” katanya.
Ada bantuan
Chandra mengungkapkan, pihak Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta telah mengunjungi madrasah tersebut. Ia menceritakan, pihak Kanwil Kemenag akan mencarikan solusi agar siswa dapat mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK). UNBK akan dilaksanakan pada Senin (23/4). ”Sedikit ada ketenangan, kanwil sudah memberikan harapan akan ada bantuan,” katanya.
Chandra mengatakan, sebetulnya madrasah yang ia pimpin tersebut sudah menggelar UNBK sejak kebijakan penggunaan komputer dalam ujian nasional. ”Selama ini tidak pernah ada masalah sebelumnya,” katanya.
Sejak Senin malam, kata Chandra, polisi telah melakukan olah tempat kejadian. Saat ini, laboratorium komputer tersebut dikunci dan tidak terbuka oleh umum. ”Supaya steril. Tidak akan kami buka sebelum ada info atau pengumuman dari polisi,” kata Chandra.
Kepala Kepolisian Sektor Penjaringan Ajun Komisaris Besar Rachmat Sumekar mengatakan, penanganan kasus ini masih dalam proses lidik.