Bagi warga Ibu Kota, sepertinya tiada hari tanpa ke mal. Saat hari kerja, sering kali mereka menyempatkan diri makan siang atau sekadar janjian di mal yang bertebaran di seantero Jakarta. Ngemol, istilahnya. Bahkan, sejumlah orang suka memilih mal sebagai tempat rapat terkait pekerjaan.
Selain sejumlah mal menyediakan sejumlah ruang untuk pertemuan-pertemuan seperti itu, kafe atau warung kopi di mal pun menangkap pasar itu. Cukup memesan makanan dari resto mereka, pelanggan bisa menghabiskan waktu berlama-lama. Colokan listrik atau Wi-Fi gratis pun tersedia.
Saat akhir pekan, sepertinya juga tidak ada lagi ”DTM”—daerah tujuan main—bagi keluarga-keluarga Jakarta dan pinggirannya. Mal atau pusat perbelanjaan menjadi tempat tujuan mereka berekreasi atau menghabiskan waktu saat akhir pekan bersama keluarga. Tidak peduli toko-toko busana, sepatu, atau dagangan lainnya di mal sepi, wahana makan (food court) di sejumlah mal saat akhir pekan lebih mirip arena makan dengan meja-meja yang selalu penuh terisi.
Tidak heran, saat akhir pekan, kemacetan melanda ruas-ruas jalan di sejumlah kawasan pinggiran Jakarta. Akhir pekan merupakan hari mengeluarkan kendaraan pribadi dan menggunakannya bersama keluarga. Saat hari-hari kerja, banyak di antara mereka hanya menggunakan sepeda motor, ojek atau angkutan berbasis aplikasi. Kalaupun menggunakan kendaraan pribadi, hanya untuk dari rumah ke stasiun.
Piknik CL
Pelayanan kereta api commuter line (CL) yang semakin membaik memberikan warga menemukan alternatif transportasi. Banyak pula di antara warga menggunakannya untuk berekreasi di saat akhir pekan bersama keluarga.
Akhir pekan lalu, Kompas mencoba menggunakan CL untuk berekreasi ke lokasi wisata Danau Cisoka di Kampung Cigaru, Desa Cisoka, serta Tebing Koja—dikenal juga sebagai Kandang Godzilla—di Kampung Solear, Desa Cikuya, Solear, tempat wisata yang lagi ngehits di Kabupaten Tangerang, Banten.
Danau Cisoka yang tenar disebut Telaga Biru merupakan bekas galian penambangan pasir sejak 11 tahun lalu yang ditinggalkan begitu saja. Bekas-bekas galian menjadi tempat penampungan air hujan dan menjadi semacam danau dengan air yang kini berwarna biru dan lainnya berwarna hijau. Selain karena ganggang, warna biru danau itu diperkirakan karena kandungan kimia tanah di daerah tersebut.
Mereka yang berminat ke Kandang Godzilla bisa menggunakan CL dari arah Tanah Abang kemudian turun di Stasiun Tigaraksa. Keluar dari stasiun, dilanjutkan menggunakan angkutan kota jurusan Adiyasa-Balaraja. Bagi goweser (pesepeda), bisa membawa sepeda lipat (seli) naik CL, lantas meng-gowes-nya dari Stasiun Tigaraksa ke Danau Cisoka.
Ke lokasi wisata yang juga bekas galian pasir di Tebing Koja pun bisa dijangkau menggunakan CL dan turun di Stasiun Maja. Kawasan itu kini semakin ramai dengan kehadiran kota baru Citra Maja, yang digadang-gadang akan menjadi kota yang terintegrasi.
Kedua tempat wisata yang hanya ditempuh 40-50 menit dari Stasiun Rawabuntu, BSD, Tangerang Selatan, itu menjadi lokasi pemotretan bagi sejumlah warga.
”Lokasinya instagramable banget,” kata seorang remaja di Tebing Koja. Dia datang bersama keluarganya karena terpesona gambar-gambar Tebing Koja di berbagai media sosial.
Masih banyak tempat di seputar Jakarta yang menjadi alternatif untuk tidak melulu main ke mal. Lagian ngemol melulu, apa enggak suntuk setiap hari bermacet-macet di jalan raya?