Pada era kini, di tengah fenomena pemanasan global dan perubahan iklim, salah satu pembahasan terhangat di dunia adalah pentingnya hutan. Dalam satuan lebih kecil tidak lain adalah pohon.
Saking pentingnya, pohon dibahas para pengambil keputusan tertinggi politik di dunia: presiden atau perdana menteri. Di banyak kesempatan, para pemimpin dunia hampir selalu menyambut tamu dengan acara menanam pohon, termasuk Presiden Joko Widodo yang mengajak Sultan Brunei Darussalam, Sultan Hassanal Bolkiah, menanam pohon keben (pohon perdamaian) di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/5/2018).
Oleh para pakar atau akademisi dunia, peran pohon dihitung dengan njlimet (detail), seperti kemampuannya menyerap karbon, melepaskan oksigen, dan kemampuannya mengikat tanah di kontur miring. Hasilnya, hampir tidak ada peran negatif pohon dalam konteks menahan laju pemanasan global.
Di level perkotaan, peran pohon sangat vital. Selain peran estetis, secara biologis pohon menyehatkan kota dan warganya, baik fisik maupun psikis. Bahkan, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada 2016 menegaskan, keberadaan pohon di kota menciptakan kota-kota yang sehat untuk ditinggali.
Organisasi PBB itu memaparkan sembilan peran penting pohon dan hutan dalam menunjang keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan perkotaan. Beberapa di antaranya dengan kemampuan setiap pohon dewasa menyerap 150 kilogram CO2. Dengan demikian, pohon akan meningkatkan mutu udara.
Selain itu, penempatan pohon-pohon yang tepat di perkotaan akan turut mendinginkan suhu 2-8 derajat celsius, yang berarti mengurangi pemanasan kota. Peran lain adalah menyaring polusi kota, yang kini ”rumah” bagi 50 persen penduduk dunia.
Para penggiat ”kota cerdas” di dunia pun menyebut bahwa pepohonan meningkatkan daya hidup perkotaan tanpa bisa dihitung. Faktanya, tutupan tajuk (kanopi) pohon di kota-kota di dunia, apabila dihitung, luasannya terus menyusut.
Ancaman nyata diyakini mengintai kota-kota di kawasan Afrika dan Asia, dua kawasan dengan tingkat urbanisasi tinggi. Pada 2050, sebanyak 66 persen penduduk dunia diperkirakan akan menghuni kota.
Di Jakarta, serbuan pendatang hampir tak pernah berhenti. Saat ini saja, jumlah penduduk Ibu Kota sekitar 10,3 juta jiwa, yang terus bertambah karena pendatang atau kelahiran baru.
Seperti halnya kota-kota di dunia, Jakarta masih didera kemacetan tiada habis serta polusi udara. Upaya-upaya menguranginya pun belum usai. Bahkan, yang muncul adalah sejumlah riuh kontroversi di jagat dunia maya.
Setidaknya empat hari terakhir, jagat maya ramai kabar pohon imitasi di jalan protokol Jakarta. Ada yang menyoal harga yang fantastis, juga pemenang tendernya. Dan, ternyata sejumlah kabar yang beredar keliru.
Entah sejak kapan persisnya dunia maya cepat tersulut isu-isu perkotaan. Celakanya, respons yang diberikan rentan terpeleset jauh dari substansi, malahan mencari kambing hitam. Ramai soal pohon bukan hanya kali ini. Mudah-mudahan pohon asli mendapat tempat sebaik-baiknya.