Mudik Gratis Jadi Bentuk Terima Kasih bagi Pedagang Jamu
Oleh
E19
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Program mudik gratis menjadi bentuk terima kasih PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul kepada para pedagang jamu di wilayah Jabodetabek. Menurut rencana, Sabtu (9/6/2018) sekitar 13.000 pemudik akan diberangkatkan dari Museum Purna Bhakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, dengan dominasi tujuan Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Direktur PT Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan, pada awalnya memang yang paling sulit adalah menentukan tanggal bagi pemudik. ”Kami hanya mengikuti kecenderungan pemudik pulang di tanggal berapa, dan ternyata kecenderungannya memang Sabtu dan Minggu esok karena sebagian besar masyarakat sudah libur sejak tanggal 11,” kata Irwan saat ditemui dalam jumpa pers program mudik gratis Sido Muncul di Cipete, Jakarta Selatan, Jumat (8/6/2018).
Selain itu, menurut Koordinator Program Mudik Gratis Antonius Sujono, manajemen moda transportasi yang akan digunakan juga menjadi salah satu kendala. ”Sejauh ini kami selalu menggunakan moda transportasi bus karena itu merupakan moda yang sangat dekat bagi para pemudik, terutama pedagang jamu,” ujar Sujono.
Dalam praktiknya, fasilitas mudik gratis ini tidak hanya dimanfaatkan oleh pedagang jamu. Menurut Sujono, sejak tahun kemarin program mudik gratis ini juga dimanfaatkan oleh pemudik yang bekerja sebagai pedagang asongan dan pedagang makanan. ”Sebenarnya semakin banyak pemudik yang bisa menggunakan fasilitas ini justru semakin bagus karena turut membantu mengurai kepadatan arus mudik nantinya,” kata Sujono.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pemudik gratis nantinya akan diberangkatkan melalui beberapa rute. ”Secara seremonial, kami akan memberangkatkan 220 bus dari Museum Purna Bhakti Pertiwi TMII sebagai pemberangkatan secara simbolis. Selain itu, kami juga memberangkatkan 106 bus dari beberapa wilayah, seperti Sukabumi, Bandung, Tangerang, Cilegon, Serang, Cikampek, Bogor, serta Cibinong,” ujar Sujono.
Irwan mengatakan, bus mudik gratis nantinya akan berakhir di tujuan Gunung Kidul. ”Tujuannya ke delapan kota, yaitu Cirebon, Kuningan, Tegal, Banjarnegara, Solo, Wonogiri, Yogyakarta, hingga Gunung Kidul. Adapun tujuan terbanyak pemudik adalah Solo dan Wonogiri karena itu merupakan tujuan mayoritas pedagang jamu,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Irwan juga mengatakan, program mudik gratis tersebut bukan program main-main. ”Kami sudah mulai sejak 1991 dan sekarang sudah yang ke-29 kali. Jika dihitung per bus sekitar Rp 18 juta, kami menghabiskan sekitar Rp 4,5 miliar untuk 220 bus. Orientasinya bukan lagi tentang keuntungan, melainkan melanjutkan tradisi,” katanya.
Tidak sebanyak dulu
Terkait jumlah pedagang jamu, Irwan mengatakan, saat ini memang pedagang jamu tidak sebanyak dulu. ”Pedagang jamu, terutama yang menyeduh sendiri, sekarang sudah tidak banyak. Adapun kecenderungan masyarakat mengonsumsi hal yang lebih siap pakai,” kata Irwan. Menurut dia, pedagang jamu sekarang lebih didominasi dengan produk yang siap pakai.
”Dulu banyak orang jual jamu di pinggir jalan. Itu, kan, berkurang, mungkin sekitar 30 sampai 40 persen dari pemudik kami saat ini masih berdagang jamu. Ada yang berjualan dengan gerobak, ada yang gendongan. Mungkin zamannya bergeser, jualannya sudah melalui bungkus-bungkusan,” lanjutnya.
Irwan lebih lanjut mengatakan, animo masyarakat terhadap minum jamu sudah tidak seramai dulu. Ia ingin masyarakat tetap menghidupkan tradisi minum jamu seduh sebagai sebuah hal yang diwariskan.
”Jamu seduh itu tradisi Indonesia yang seremonial. Seperti tradisi minum teh di Jepang, saya harap dia juga menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia walau sekarang jumlah jamu seduh dibandingkan yang siap pakai 1:10,” ujar Irwan.