Warga Menaruh Harapan Pada Wali Kota Bekasi Terpilih
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu/Ratih P Sudarsono
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS - Warga berharap, pasangan Rahmat Effendi dan Tri Adhianto Tjahyono mampu membenahi infrastruktur Kota Bekasi di lima tahun masa kepemimpinan mereka.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bekasi Nurul Sumarheni di Bekasi, Jumat (7/6/2018), mengatakan, berdasarkan Pleno Rekapitulasi dan Penetapan Hasil Penghitungan Suara Tingkat Kota Bekasi pada Pemilihan Kepala Daerah 2018, Kamis lalu, Rahmat Effendi-Tri Adhianto Tjahyono memperoleh 697.634 suara. Perolehan tersebut mengungguli pasangan calon Nur Supriyanto dan Adhy Firdaus Saady yang mendapatkan 335.900 suara.
Nurul mengatakan, hasil pleno tersebut belum disetujui oleh pasangan calon Nur Supriyanto dan Adhy Firdaus Saady. Mereka menolak menandatangani berita acara rekapitulasi. Akan tetapi, sikap tersebut tidak memengaruhi keabsahan hasil penghitungan tersebut.
Yusuf Bachtiar (26), warga Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, mengatakan, pasangan wali kota-wakil wali kota terpilih harus segera menuntaskan persoalan kekurangan transportasi publik. Di dalam kota, transportasi publik yang bisa digunakan hanya angkot.
Menurut dia, penggunaan angkot kurang efektif untuk menjangkau tempat publik. Misalnya, untuk menuju ke stasiun dan terminal, ia harus beberapa kali berganti angkot.
“Saya berharap bus Trans Patriot bisa segera beroperasi,” kata Yusuf.
Pemerintah Kota Bekasi menyiapkan beberapa bus sejak tahun lalu. Jalur bus, halte, serta rute bus sudah ada. Namun, hingga saat ini Trans Patriot belum bisa digunakan.
Yusuf menambahkan, pelebaran jalan di beberapa tempat seperti Jalan Raya Perjuangan dan Jalan Pangeran Jayakarta pun belum rampung. Akibatnya, kemacetan relatif belum teratasi.
Menurut Elisa Sri Wahyuni (22), warga Kelurahan Cimuning, Kecamatan Mustika Jaya, pekerjaan yang perlu disegerakan bukan hanya pelebaran jalan tetapi juga perbaikan jalan. Masih banyak jalan berlubang yang membahayakan para pengguna jalan.
Elisa melanjutkan, Kota Bekasi membutuhkan tambahan ruang terbuka. Saat ini, warga kekurangan tempat berkumpul. Kota didominasi mal.
Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Islam 45 (Unisma) Adi Susila mengatakan, pemimpin terpilih juga harus membenahi manajemen anggaran menjadi lebih transparan dan akuntabel. Pengelolaan anggaran yang selama ini cenderung tertutup membuka celah korupsi.
Selain itu, Pemkot Bekasi juga perlu membangun manajemen anggaran yang partisipatif. Menurut Adi, pemkot perlu mengoptimalkan kerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mewujudkan janji kampanye yang membutuhkan dana besar.
Partisipasi publik pada Pilkada 2018 mencapai 73 persen dari DPT sebanyak 1.434.717 jiwa. Pada Pilkada 2013, partisipasi publik hanya 48,81 persen dari total DPT 1.578.037 jiwa. Selain memilih wali kota, warga Bekasi juga memilih gubernur-wakil gubernur (Pilgub) Jawa Barat.
Adapun jumlah suara sah adalah 1.033.534 suara, sedangkan suara tidak sah sebanyak 23.797 suara. Total suara sah dan tidak sah mencapai 1.057.331.
Ade-Iwan unggul
Di Kabupaten Bogor, pasangan Ade Yasin dan Iwan Setiawan unggul dalam penghitungan suara tingkat kabupaten. Proses penghitungan suara rampung menjelang tenggat pada tengah malam.
Sidang pleno terbuka yang dipimpin Ketua KPU Kabupaten Bogor Haryanto Surbarti, sempat menunda jalan persidangan selama 30 menit pada pukul 20.25. Penundaan jalan sidang dilakukan setelah pemberian tanggapan dari saksi setiap paslon dan Panwaslu. Sebelumnya, semua hasil penghitungan suara di 40 kecamatan direkapitulasi.
Salah satu yang masih dipersoalkan semalam, terkait data pemilih tambahan yang dianggap oleh salah satu paslon, tidak akurat dan tidak didukung dokumen yang sah. Panwslu juga mengingatkan prosedur yang kurang pas dari panitia pemilihan kecamatan, diduga karena petugas kurang paham prosedur penggunaan dokumen.