Perkantoran di Kementerian Perhubungan Masih Lumpuh
JAKARTA, KOMPAS–Proses penyidikan penyebab kebakaran Gedung Karya di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, berlanjut pada Senin (9/7/2018). Sebagian karyawan yang berkantor di Gedung Karya dialihtugaskan sementara ke ruang kerja di Gedung Cipta dan sektor-sektor terkait lainnya.
Seusai apel pagi, seluruh anggota unit kerja Kementerian Perhubungan di halaman depan Kementerian Perhubungan, sebagian besar staf operasional Kemenhub belum dapat aktif bekerja. Kebanyakan pegawai Kemenhub hanya duduk-duduk di selasar antara gedung Karya dan Gedung Karsa di Kantor Pusat Kemenhub, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
Dalam jumpa pers di muka pintu masuk Gedung Karsa siang tadi, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Baitul Ikhwan mengatakan, saat ini tengah diatur pengalihan sementara ruang kerja pegawai operasional Kemenhub di Gedung Karya yang terdampak kebakaran. “Kita sedang membuat pengaturan ruang kerja karyawan. Persiapan dan penataan kondisi di ruangan,” kata Baitul.
Meskipun demikian, Baitul memastikan, penyidikan tidak akan banyak mengganggu operasional pelayanan Kemenhub. Sebagai kementerian yang mencakup empat direktorat jenderal (Dirjen), yaitu Perhubungan Darat, Perhubungan Laut, Perhubungan Udara, dan Perhubungan Perkeretaapian, Kemenhub tetap menjalankan tugas pelayanan selama 24 jam.
Hal itu terlihat dari operasional pelayanan satu atap di Gedung Cipta, sebelah Gedung Karya, yang tidak terdampak kebakaran. Selain aktivitas sebagian karyawan dialihkan ke Gedung Cipta, direncanakan sebagian staf ditempatkan pada unit-unit kerja terkait. Misalnya, ditugaskan di kantor pelayanan PT Pelni di Jalan Gajah Mada, dan Kantor Angkasa Pura I di Kemayoran.
“Sementara untuk sektor kelautan bisa saja ditugaskan di Tanjung Priok. Masing-masing disesuaikan dengan unit kerja bidangnya,” kata Supangkat, staf Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub.
Terkait dengan penyidikan tempat kebakaran, kantung parkir kendaraan karyawan di lantai P1-P5 Gedung Karya hari ini juga ditutup. Parkiran karyawan dialihkan ke gedung-gedung kantor kementerian lain yang terdekat dari Kemenhub, seperti di gedung Kominfo. Bahkan juga di trotoar depan kantor Kemenhub dipakai untuk tempat parkir motor-motor. Siang itu, selain ada barisan sepeda motor, beberapa pegawai Kemenhub juga berkumpul di trotoar di depan kantor Kemenhub.
Di tempat parkir sementara itu, Chandra, salah satu staf Dirjen Perhubungan Udara, mengatakan, ia dan karyawan lainnya menunggu arahan selanjutnya dari atasannya.
“Ya, masih nunggu bagaimana selanjutnya. Para pimpinan mungkin sedang berunding,” kata Chandra.
Adapun Imam Jajuli, staf Inspektorat Jenderal Kemenhub, mengungkapkan, jaringan (server) dan fasilitas komputer di ruang kerjanya di Gedung Karya belum dapat dioperasikan.
Butuh Penanganan Cepat
Proses penyidikan penyebab kebakaran saat ini tengah dilakukan oleh kepolisian. Kabid Humas Polda Metro Jaya Argo Yuwono mengatakan, proses pengumpulan data oleh Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) melalui olah tempat kejadian perkara dapat memakan waktu seminggu. Mengingat kebakaran merambati seluruh lantai Gedung Karya yang meliputi 25 lantai, proses penyidikan dapat berlangsung lebih lama. Hal ini tentu akan berdampak bagi terhambatnya fungsi operasional di Kemenhub.
Seperti dialami Yogi Arisandi, Kepala Subbidang Evaluasi dan Pelaporan Puslitbang Transportasi dan Perkeretaapian. Siang itu, ia terlihat gelisah. Sedianya, pada pukul 13.00 ia dan perwakilan dari 30 instansi lain akan mengikuti rapat evaluasi manfaat pembangunan jalur ganda kereta api lintas Cirebon–Prupuk–Purwokerto di lantai 22 Gedung Karya. Undangan itu telah diberitahukan sejak akhir Juni lalu. Namun, akibat musibah kebakaran itu, rapat pun tertunda.
“Saya belum dapat kabar lagi bagaimana jadinya,” katanya.
Hadi, staf Kemenhub yang berkantor di Gedung Karya, siang itu juga belum aktif bekerja. Ia menyebutkan, prasarana instalasi listrik dan jaringan komputer perlu diperbaiki. M. Yunus, petugas kebersihan harian di Gedung Karya, mengatakan, ia belum beraktivitas sebagaimana biasa.
“Otomatis kita nggak tahu apa yang mau dikerjain. Gedungnya ditutup. Yang bagian depan Gedung Karya juga hitam gelap, kotor,” ujar Yunus sambil duduk santai di halaman depan Gedung Cipta.
Sementara itu, petugas kerumahtanggaan di Gedung Karya, Dedy (47), mengatakan, beberapa lantai rusak parah.
“Kabel-kabel terbakar, lantai becek dan lengket. Tembok-temboknya hitam,” kata Dedy yang menginap di area P1 Gedung Karya saat terjadi kebakaran. Melihat kondisi itu, renovasi keseluruhan Gedung Karya bisa sampai tiga bulan, seperti diperkirakan oleh Musa, Kepala Satpam Kantor Pusat Kementerian Perhubungan.
“Kemungkinan butuh waktu (perbaikan) satu setengah sampai tiga bulan,” katanya.
Dalam situasi seperti ini, petugas kebersihan di Gedung Karya, Herlani (45), mengungkapkan kecemasannya. “Tidur jadi nggak nyenyak, stand by terus. Beda kalau pas lagi kerja normal, tahu kapan jamnya kerja, kapan istirahat,” tuturnya.
Menyangkut keselamatan diri dalam situasi genting, Yogi mengatakan, sekitar April atau Mei lalu ia pernah mengikuti pelatihan mitigasi bencana. Pesertanya adalah karyawan dari unit-unit kerja Kemenhub, seperti Puslitbang, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dan Badan Pengembangan SDM Kemenhub.
“Kita diberikan penjelasan sepuluh menit, lalu praktik pengamanan diri, evakuasi melalui tangga darurat dan titik kumpul evakuasi yang ditentukan,” kata Yogi. Pelatihan serupa itu perlu rutin diadakan untuk melatih kesadaran tanggap darurat, khususnya di lingkungan kerja dan perkantoran.(E09)