JAKARTA, KOMPAS – Lonjakan harga telur ayam sejak seminggu lalu belum menunjukkan penurunan harga. Kemarin, harga eceran telur ayam di pasar seputaran Jakarta Barat masih mencapai Rp 29.000–30.000 per kilogram. Hari ini, Selasa (17/7/2018), telur ayam seharga Rp 26.000 per kilogram. Meski demikian, mungkin saja harga dapat naik lagi.
Martinus (67), salah satu distributor telur di Kemandoran, Jakarta Barat, mengatakan, pasokan telur dari peternakan mulai berkurang. Hal ini karena pada masa Lebaran di pertengahan bulan Juni lalu, banyak ayam petelor yang dijual untuk konsumsi rumahan. Ini membuat harga masih bisa melambung.
“Ayam yang menghasilkan telor banyak dijualin,” kata Martinus yang sudah berjualan telor ayam sejak 2010. “Kalau ayam yang masih muda, belum produktif, masih sedikit telornya,” kata Clara, istri Martinus, menambahkan.
Tak jauh dari toko milik Martinus, Kompas memantau beberapa kios sembako di Pasar Palmerah, Jakarta Barat. Yono, salah satu pedagang telur mengatakan hal senada. Pasokan telur ayam ras dari distributor langganannya di Tangerang rutin tersedia setiap hari.
“Pasokannya sebenarnya nggak susah, tapi ayam-ayam penghasil telor banyak yang dipotong saat Lebaran,” kata Yono yang mengusahakan kios sembako Gani Jaya.
Di kios berukuran sekira 4 x 5 meter tersebut, ia menjual telur ayam ras di kisaran Rp 29.000–30.000 per kilogram. “Ini naik (harganya), lebih mahal dibanding sewaktu puasa, yang Rp 26.000,” kata Yono.
Karena ayam penghasil telor ini mulai berkurang, stok telor pun menjadi tak sebanding dengan tingkat kebutuhan masyarakat. Dari distributor telor ayam, ia membeli seharga 27.000 per kilogram.
Kenaikan harga pun terjadi untuk komiditi serupa, yaitu telor puyuh dan telor bebek. Yono menyebut, harga telur puyuh mengalami kenaikan sebesar Rp 4.000, menjadi Rp 35.000 per kilogram. Adapun harga telur bebek yang seminggu sebelumnya sebesar Rp 27.000 menjadi Rp30.000 per kilogram.
Lebih jauh, Kompas mendatangi toko distributor telor ayam lainnya. Terletak di Jalan Palmerah Utara 117 B, Jakarta Barat, berdiri Aneka Bogor Caraka—biasa dikenal umum dengan ABC—toko penyalur telor untuk kebutuhan pasar dan penjual warung. Toko ini sudah bergerak di bidang usaha penjualan telor sejak 1998. Sejak tiga tahun lalu, pengelolaan toko ini diteruskan oleh Asiu (43) dan Amin (47).
Amin menjelaskan, setiap hari tokonya menerima pasokan telor sebanyak 70 peti, dengan setiap peti berisi puluhan telor berbobot total 14,8 kilogram. Ia menyebut asal telor yang dipasok oleh sejumlah peternakan di beberapa kota luar Jakarta dengan perantara calo.
“Kita banyak pasok lewat calo-calo, telornya kebanyakan dari Blitar,” katanya. Menurut Amin, dari tokonya, ia berusaha menjual dengan ketentuan dari peternakan yang memasok telor. Adapun harga jual di pasaran, baginya, tergantung pada harga jual oleh masing-masing pedagang.
Siang itu, bergiliran orang datang membeli satu-dua peti berisi telor ayam ras di toko ABC. Dengan mematok harga jual telor Rp 25.300/kilogram, sehari rata-rata Amin menjual telor sebanyak 1 ton.
“Kalau dihitung, sehari 1 ton yang terjual,” kata Amin, dengan merinci jumlah telor yang terjual mencapai 67 peti per hari.
Niko (44), seorang pembeli yang dijumpai di toko tersebut mengatakan, ia sejak lama biasa membeli kebutuhan telor ayam di Toko ABC ini. Meskipun harga telor melambung belakangan ini, ia cukup menerima ketentuan harga yang dipatok oleh distributor.
“Pengennya sih turun harga telornya, tapi ya terpaksa tetap beli, soalnya buat stok saya,” kata Niko yang membuka warung di daerah Pejompongan, Slipi.
Harga pakan tinggi
Ninuk (40), pegawai salah satu toko distributor telor ayam di Jalan Palmerah Barat, Jakarta Barat, menyebutkan, harga pakan ternak ayam yang tinggi menjadi persoalan lain.
“Bungkil jagung itu kan impor, jadi harganya lumayan mahal,” kata Ninuk. Selain jagung, bahan pakan bagi ayam juga meliputi dedak, tepung daging, dan tepung ikan.
“Campuran bahan pakan ternak ayam ini ada bermacam-macam,” tegasnya. Selain itu, kata Ninuk, obat-obatan bagi ayam juga faktor lain yang turut mempengaruhi harga jual telor.
Di tokonya, satu kilogram telor dijual seharga Rp29.000 hingga Rp30.000. “Kalau harga (nilai tukar) dolar murah, ya harganya bisa lebih murah,” kata Ninuk memberi alasan lain. Per hari ini, Selasa (17/7/2018), nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar Rp 14.391 (kurs referensi dari laman Bank Indonesia).
Kenaikan harga telor ayam ras itu membuat pengusaha warung makan dan kaki lima cukup gelisah. Linawati (58), penjual telor ayam di Toko Siska di area Pasar Palmerah mengatakan, penjual warung di sekitar rumahnya di Kemanggisan mengeluhkan kenaikan harga eceran telor ayam. Akibatnya, mereka harus menaikkan harga beberapa menu makanan di warungnya, terutama yang berbahan telor ayam ras.
“Naik seribu rupiah, ya, Bu, harganya,” kata Linawati menirukan ucapan pedagang warung di dekat rumahnya.
Suparno (38), penjual ketupat sayur yang biasa berjualan di Kemandoran VIII, Palmerah, Jakarta Barat, waswas bila harga telor ayam tak jua turun. Namun, dia pun tak mau bertaruh dengan menaikkan harga per porsi ketupat sayur dagangannya.
“Kita nggak mau kalau harga dinaikin. Bisa-bisa pelanggan malah pergi,” kata Suparno, setelah membeli satu kilogram telor ayam ras di toko milik Martinus dan Clara.(E09)