Sosialisasi Pembaruan Sistem Tiket Elektronik Minim
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·4 menit baca
BEKASI, KOMPAS – Pembaruan sistem tiket elektronik kereta commuter line sejak Sabtu—Senin (21-23/7/2018) membuat warga kebingungan. Sosialisasi yang diberikan tidak lengkap.
Nantika (22), warga Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, Senin (23/7/2018), mengatakan, informasi mengenai pembaruan sistem tiket elektronik yang ia terima tidak menyeluruh. Karyawan swasta yang bekerja di Pademangan, Jakarta Utara, itu mengatakan, dalam pemberitahuan yang disiarkan di dalam kereta, hanya diberitahukan bahwa pembaruan berdampak pada kartu multi trip (KMT) tidak bisa digunakan untuk membeli tiket kereta commuter line.
Oleh karena itu, ia kebingungan ketika tidak bisa membeli tiket menggunakan kartu uang elektronik (e-money) yang dikeluarkan bank pada Sabtu siang di Stasiun Bekasi. Pemindaian ke salah satu pintu elektronik gagal, namun berhasil di pintu-pintu lainnya.
Kejadian serupa berulang keesokan harinya. Pada Minggu siang, bukan hanya Nantika yang gagal memindai uang elektronik, tetapi juga calon penumpang kereta yang lain. “Tidak ada petugas yang memberi tahu kami jika sedang ada perbaikan sistem tiket elektronik, makanya kami mencoba memindai uang elektronik berulang kali,” ujar Nantika.
Saat itu, tambah dia, hanya tiket harian berjaminan (THB) yang bisa dideteksi oleh mesin pemindai di pintu masuk stasiun. Para penumpang harus mengantre sekitar 15 menit untuk membeli THB.
Kebingungan penumpang kembali terjadi pada hari ketiga. Lidzikri Audie Sayna (23), warga Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, mengatakan, sebelumnya telah mengetahui informasi pembaruan sistem tiket elektronik dari media sosial. Namun, dari informasi yang ia dapatkan pun, pembaruan hanya berdampak pada pengguna KMT.
Ia kaget ketika sampai di stasiun, baik KMT, THB, maupun uang elektronik tidak bisa digunakan. Mereka harus mengantre untuk membeli tiket kertas seharga Rp 3.000 untuk semua tujuan.
Menurut Nantika, semestinya sosialisasi diberikan secara utuh sejak jauh-jauh hari. Pembaruan sistem yang berdampak pada munculnya antrean di pintu masuk dan keluar stasiun bisa menghambat aktivitas penumpang. “Jika sudah tahu lebih awal, saya bisa mempersiapkan agar berangkat lebih awal juga,” ujar dia.
Puncak antrean
Wakil Kepala Stasiun Bekasi Muhamad Badrus mengatakan, antrean memuncak pada Senin pagi. Pada pukul 05.00—10.00, terdapat 32.200 penumpang. Mereka harus membeli tiket kertas karena sistem tiket elektronik masih diperbaiki. Antrean pembelian tiket kertas mencapai 100 meter dari dalam stasiun ke jalan raya.
Badrus menambahkan, untuk menanggulangi antrean loket penjualan tiket ditambah. Tidak hanya di ruangan, tetapi juga menggunakan beberapa meja di halaman stasiun.
Selain itu, sejumlah petugas juga menjual tiket dengan berkeliling dan mendatangi penumpang. “Total tempat penjualan tiket ada 10 titik di sisi utara dan enam titik di sisi selatan,” ujar dia.
Pintu elektronik untuk sementara tidak berfungsi. Dari total 19 pintu yang terbagi di sisi utara dan selatan, terdapat tiga pintu di setiap sisi yang bisa digunakan untuk akses masuk dan keluar secara manual.
Stasiun juga menyediakan surat keterangan terlambat. Penumpang dapat memberikannya kepada institusi terkait untuk menjelaskan sebab keterlambatan beraktivitas.
Mulai berfungsi
Antrean berangsur berkurang setelah pukul 10.00. Pada pukul 10.30 pun sistem tiket elektronik sudah dapat digunakan. Akan tetapi, belum semua pintu elektronik dapat memindai THB, KMT, dan uang elektronik.
Sejumlah penumpang pengguna KMT masih gagal memindai kartunya. Beberapa petugas dari PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) yang memantau di pintu elektronik menjelaskan kepada mereka, KMT dinyatakan kedaluwarsa. Sebab, pada perjalanan sebelumnya, KMT hanya digunakan untuk membeli tiket masuk di sebuah stasiun. Sementara itu, ketika keluar di stasiun tujuan, penumpang menggunakan pintu manual.
Oleh karena itu, catatan perjalanan di KMT harus dihapus di loket. Saldo akhir tidak terpotong. Sebagai ganti biaya perjalanan, penumpang perlu membayarnya secara tunai.
Sementara itu, di Stasiun Kranji, hingga pukul 16.30, sistem tiket elektronik belum berfungsi utuh. Dari total tujuh pintu elektronik, seluruhnya belum dapat memindai uang elektronik untuk masuk ke stasiun.
Sementara itu, untuk akses keluar, terdapat satu pintu elektronik yang bisa digunakan. Pemberitahuan tentang akses tersebut dilakukan secara lisan oleh lima petugas. Mereka berteriak, tanpa pengeras suara.
Akibatnya, antrean keluar stasiun memanjang di satu pintu. Penumpang yang sudah antre di pintu lain pun berebut untuk berpindah tempat.