Sistem Tiket Elektronik Masih Ganggu Kelancaran Penumpang
Oleh
Andy Riza Hidayat
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pengguna jasa kereta rel listrik (KRL) dengan tiket yang berbasis deposit saldo bank hari ini Selasa (24/7/2018) masih terhambat dalam mengakses pintu masuk (gate) stasiun. Gangguan yang terjadi di Stasiun Depok Baru, Kota Depok, Jawa Barat ini menghambt kelancaran penumpang yang akan masuk ke area dalam stasiun.
Puluhan hingga ratusan terlihat tertahan di muka gate lantaran tiket kartu yang mereka bawa tidak terbaca oleh mesin sistem gate. Faisal (31) misalnya, warga Depok akan bepergian ke Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, pagi itu datang membawa tiket kartu Flazz BCA. Setelah menempelkan kartu itu pada mesin top up yang tersedia di sisi luar loket sebelah barat, ia lalu beranjak memasuki ruang dalam stasiun. Namun, saat di gate ia kartu yang ia tempelkan pada mesin sensor tidak dapat terdeteksi.
Atas saran dari Yulia, seorang penjaga gate, ia menuju ke loket, untuk mengecek saldo dalam kartunya. Di loket, Fauzi ditanyai pemberangkatan terakhir yang ia lakukan kemarin, juga tujuan keberangkatannya pagi itu. Dengan tujuan ke Stasiun Tebet, Fauzi dikenakan biaya oleh petugas loket sebesar Rp 3.000. Seusai petugas loket mengecek kartu, Fauzi lalu membayar dan menempelkan kartu tiketnya pada mesin top up.
Beberapa pengguna jasa KRL yang lain cukup terkejut dan agak kesal dengan hambatan semacam itu. Pengguna yang memiliki KMT bernomor seri baru (1003 yang menggantikan 1001) juga mengalami hal sama. Sayangnya, pemberitahuan baru dilakukan petugas saat bertemu muka dengan calon penumpang yang kesulitan melewati gate masuk stasiun.
Seharusnya, ada sosialisasi berupa pengumuman visual atau melalui corong pelantang suara saat masih terjadi gangguan. Namun hal ini tidak terjadi hari ini di stasiun itu. Sementara Senin (23/07/2018) kemarin, ada sosialisasi pemakaian tiket kertas dari seorang petugas stasiun yang mengumumkan melalui pelantang suara.
Panjang antrean di pintu masuk, dalam pengamatan Kompas di lokasi, mencapai sekitar dua setengah meter. Antrean ini terjadi sejak pagi hingga pukul 07.15 waktu Indonesia barat hingga satu jam berikutnya. Meski kepadatan pengguna berangsur-angsur menurun, setidaknya waktu mereka menjadi tersita di depan pintu masuk.
Dua orang remaja putri yang hendak berangkat dengan kartu multi trip (KMT), terkendala karena kartunya tak terdeteksi sistem. Sejumlah penumpang lain yang menggunakan KMT juga mengalami hal serupa. “Perbaikan bukannya membaik, malah tambah tidak karuan,” kata dia yang hendak berangkat ke Stasiun Cikini.
Yulia, petugas passenger service di Stasiun Depok Baru, mengatakan, kondisi itu sebagai efek dari penerapan tiket kertas kemarin (Senin, 23/7/2018). “Jadi karena kemarin dengan karcis kertas, penumpang tidak terdata di stasiun tujuan saat turun. Maka, hari ini sementara bayar secara cash. Tiket kartunya di-klir-kan dulu di loket,” kata Yulia.
Rerata, proses aktivasi kartu tiket Flazz, e-money, dan KMT di loket memakan waktu sekitar 2-3 menit setiap satu orang. Sebagaimana biasa, setelah itu pengguna kartu berbasis saldo bank menempelkan kartunya pada mesin top up untuk pemotongan saldo.
Penerapan hal itu tentu menimbulkan pertanyaan dan prasangka. Sebab, masyarakat pengguna terhitung membayar dua kali, yakni pembayaran tunai sesuai jarak menuju stasiun pemberhentian dan pemotongan saldo dalam deposit kartu mereka.
Handoko (38), seorang karyawan di bilangan Sudirman, Jakarta Pusat, menceritakan, ia harus membayar tunai untuk pemberangkatan menuju Stasiun Sudirman. “Saldo di kartu saya ini masih ada. Tapi saya diminta bayar lagi Rp3.000. Tapi mana tahu kan kalau saldo kita dipotong atau nggak?” kata dia. (Robertus Rony Setiawan)